Chereads / Empress Zhilan / Chapter 15 - 15

Chapter 15 - 15

Dari kejauhan Pangeran Lijuan melihat dua orang yang terlihat bermesraan itu kesal, "dua orang bodoh ini benar-benar membuatku kesal. Padahal sudah dijauhkan masih saja memiliki cela untuk bertemu." gerutu Pangeran Lijuan. "Seperti itu yang dikatakan tidak memiliki perasaan?"

"Bahkan gelang sialan itu masih melekat pada Lihua, jika begitu siapa yang berani menikahi nya?!" Gelang pemberian Pangeran Zhen adalah milik dari mendiang Permaisuri, ibunda dari Pangeran Zhen. siapapun yang memiliki gelang itu artinya merupakan calon permaisuri selanjutnya dan telah tercatat sebagai istri sah.

Melihat kedua orang yang tertidur itu makin membuat Pangeran Lijuan kesal. Padahal gerbang kediaman lotus telah diberikan selusin penjagaan yang seolah terlihat tengah menjaga Lihua agar tidak kabur, walaupun kenyataan nya untuk menghalangi Zhen datang dan menemui adik nya. Lijuan sangat tahu betapa pemalas nya adik perempuan nya itu jadi tidak mungkin Lihua akan kabur dari masa pengasingan nya.

"Lebih baik aku pergi." kata Pangeran Lijuan berbalik pergi meninggalkan istana lotus.

***

Di istana naga Kaisar terlihat sakit kepala, begitu banyak perkamen yang bertebaran di meja nya. Urusan kerajaan sudah begitu menyulitkan, sekarang ditambah dengan sikap putri nya yang begitu seenaknya memutuskan pertunangan. Meskipun Pangeran Zhen tidak mengatakan apapun tapi tetap saja jalinan antar kerajaan sudah pasti ikut berakhir.

"Anak ini benar-benar keras seperti ibunya." hela kaisar Dozai lelah.

"Yang mulia Pangeran mahkota telah datang." kata seorang prajurit dari balik pintu, kaisar Dozai memejamkan matanya lalu berkata. "Biarkan dia masuk."

"Bagaimana?" Tanya nya langsung.

"Seperti yang diperkirakan, Pangeran Zhen tidak semudah itu melepaskan Lihua, terbukti dari gelang yang masih tersemat dipergelangan tangan nya." Terang Lijuan setengah kesal.

Mendengar itu kaisar Dozai terlihat puas. "Bagus. Kalau begitu kirim Lihua ke wilayah konflik, lalu kita lihat apakah Pangeran itu akan tetap bersikap dingin pada Putriku."

***

Lihua terbangun di dalam selimut tebal, melihat sekeliling nya Lihua sadar jika ia dipindahkan oleh Pangeran Zhen ke dalam kamar. Ini adalah kamar dari mendiang Permaisuri. Hal itu membuat nya teringat jika dunia nya Lihua memiliki ibu tapi tidak dengan ayah.

Ayah nya pergi meninggalkan Lihua yang saat itu masih berusia 2 tahun, entah kemana. Ah, rasa yang tidak disukai Lihua kembali datang. rasa dimana ia sadar jika dirinya lumayan tidak berharga hingga ditinggalkan. Karena itu sampai umur nya menginjak 18 tahun, Lihua sama sekali tidak berpengalaman dengan yang namanya cinta karena trauma.

Lihua menyingkap selimut nya, menginjakan kaki pada lantai dingin itu. Diantara kegelapan yang hanya diterangi dengan sebatang lilin, Lihua berjalan kearah pintu.

Tidak ada satupun penjaga yang berjaga di depan kediaman, lagi pula siapa yang berniat melakukan hal buruk pada tuan putri yang diasingkan?

Kini kedua kaki Lihua menginjak rumput basah setelah keluar dari kediaman nya, hembusan angin malam menggoyangkan lentera yang digantung diatas pohon.

Kehidupan di dunia nya meski menyesakan tapi tetap menyenangkan karena Lihua memiliki sahabat dan sepupu yang dekat dengan nya, dan seorang ibu yang begitu hangat. Tapi disini, Lihua merasa sendirian dan kesepian, di dunia ini Lihua hanya memiliki seorang ayah yang berkuasa tapi otoriter sekaligus seorang kakak yang payah untuk diajak berbicara.

"Jika aku mati disini ... apa kisah konyol ini akan berakhir?" Gumam Lihua saat menunduk kebawah, menemukan sebuah kolam yang dalam nya mencapai 5 meter.

Hanfu yang dikenakannya berkibar terkena angin malam. Entah kenapa malam ini Lihua merasa begitu lelah, ia juga malas untuk berjuang.

Besok pagi ia akan ditemukan mengambang diatas kolam, lalu dikenang sebagai seorang putri yang bunuh diri karena frustasi.

Lihua terkekeh pelan, ia menoleh kebelakang dimana seorang pria yang sedari tadi membuntutinya tanpa suara berdiri diam namun siap menarik Lihua jika gadis itu berniat bunuh diri.

"Kenapa Pangeran berada diluar saat malam?" Sapa Lihua sambil tersenyum manis.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya untuk apa kau keluar di malam yang berangin ini?"

"Aku punya dua jawaban untuk itu. Pertama menikmati malam, dan kedua berniat bunuh diri."

"Kau sudah dua kali mencoba bunuh diri." sahut Pangeran Zhen tanpa ekspresi tetapi mata nya menatap Lihua lekat, dan siap untuk menarik tubuh Lihua kapan saja ketika gadis ini melompat.

"Anggap saja yang sebelumnya hanya uji nyali, yang ketiga pasti berhasil." canda Lihua sambil menyisipkan untaian rambut yang tidak diikat ke belakang telinga nya. Sinar bulan bercahaya dibelakang punggung nya, terlihat sangat murni. namun, Zhen tidak menyukai pemandangan itu seolah-olah jika ia mengedipkan mata maka Lihua akan lenyap detik itu juga.

"Percobaan bunuh diri yang pertama karena kematian ibuku. Kedua kali adalah saat kau mengatakan jika kau membenciku." Ujar Lihua saat mengingat mimpi nya barusan. Pangeran Zhen selintas terlihat terkejut sebelum akhirnya kembali terlihat tenang. "Kau mungkin berpikir jika aku telah lupa karena kejadian itu, tapi aku kembali mengingat semua nya."

"Kini aku hanya ingin membuatnya menjadi mudah untuk kita. Pergi dan menikahlah dengan gadis yang benar-benar kau cintai, jangan pernah merasa bersalah untuk apapun yang terjadi setelah ini." Lihua perlahan melangkah mundur saat kaki nya mulai habis menginjak tepian seharusnya ia mulai tenggelam tetapi malah sebuah pelukan hangat yang menyambut nya.

Pangeran Zhen memeluk tubuh Lihua erat ketika tubuh itu makin melemas dipelukannya. "Aku minta maaf." kata itu dibisikkan pangeran Zhen.

Kejadian ini tidak terjadi sekali, pada malam-malam tertentu Lihua akan berjalan keluar sendiri dan berlaku aneh. Mengatakan hal-hal yang membuat nya terdiam lalu mencoba membunuh dirinya sendiri. Dan pada keesokan harinya Lihua sudah lupa dengan apa yang dilakukan nya semalam, Lalu ia membiarkan nya seolah tidak terjadi apapun.

Sekali Zhen hampir kehilangan gadis ini untuk selamanya setelah kata-kata kasar nya malam itu, malam yang menjadi pemicu mengapa Lihua selalu berusaha mati. Zhen mengangkat tubuh Lihua menggendong tubuh gadis itu untuk kembali ke kediaman nya.

***

Ini baru lewat satu setengah hari dan Lihua baru saja mendapatkan dekrit, dimana Kaisar yaitu ayah nya sendiri mengirimnya ke wilayah konflik. "Sebenarnya aku ini anak nya atau bukan? Hati nya terbuat dari apa saat mengirim Putri nya sendiri ke daerah berbahaya?" Dumel Lihua terpaksa membereskan kembali barang-barang nya.

Dia akan dikirim ke kota Wuhu yang Terletak di pinggir sebelah tenggara sungai Yangtze, Wuhu berbatasan dengan kota Xuancheng di arah tenggara, chizou dan tongling di arah barat daya, kota Hefei di barat laut, Manansang di timur laut, provinsi Jiangsu di timur, dan sekitar 90 km barat daya dari Nanjing.

Jika ada transportasi yang layak mungkin Lihua akan dengan senang hati pergi, tapi mengingat hanya ada kereta kuda dan yang lebih buruk tandu sebagai perjalanan. Lihua menjadi tidak senang dengan tranportasi kuno di zaman ini.