Pangeran Guangxi terkekeh, "percaya diri sekali, bagaimana bisa kau memandang dirimu setinggi itu?"
Lihua mengangkat bahu, ia mengeluarkan belati nya memberikan nya ketangan pangeran Guangxi yang memperhatikan nya bingung. "Tusuk aku dengan belati ini." Lihua mengarahkan mata belati itu tepat dilehernya.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Guangxi menahan tangan nya. Hanya sedikit gerakkan mata belati itu akan langsung menusuk leher Lihua.
"Aku ingin kau jujur dengan perasaanmu sendiri."
"Dengan cara membunuhmu?"
Lihua mengangguk, "benar, tidak buruk juga karena aku sudah hampir mati 2 kali."
Pangeran Guangxi seolah-olah tengah menimbang ingin langsung menusuk Lihua atau mempermainkannya lebih dulu. "Sebenarnya aku selalu mengikutimu karena kau selalu datang ke dalam mimpiku dalam wujud dewasa, kau yang menangis dihadapan ku sambil mengutukku." kata Pangeran Guangxi menghempaskan belati ditangan nya menancap pada batu besar disekitar mereka.
"Seorang gadis kecil yang serupa denganmu juga datang padaku, memanggilku ayah dan selalu mencoba menarik perhatianku tapi semua itu tiba-tiba berganti dengan gadis kecil yang terbujur dengan bersimbah darah sementara pedang menancap di dada mungil nya." Guangxi berkata dengan nada pahit seolah-olah ia memang merasakan betul kehilangan.
Lihua melihat nya dengan gamang, apa yang dikatakan oleh pria itu adalah wujud dari bayangan masa depan. Dimana Lihua memaki nya karena membunuh putra nya dan gadis kecil itu adalah putri kesayangan nya yang mati karena sebuah penculikan.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Lihua pelan.
"Apa?"
"Semua yang kau lihat itu apa terasa menyenangkan? Melihat bagimana caramu membunuh putraku, bagimana aku sangat membencimu dan kematian putrimu." kata Lihua membuat pangeran Guangxi terkejut. "Semua yang kau lihat itu akan terjadi jika kau tetap berusaha menghancurkanku, karena itu akan membencimu."
"Kalau begitu kau seharusnya tahu jika takdir tidak bisa diubah, atau malah akan berbalik menyerangmu." Kata Guangxi yang mulai kacau.
"Aku tahu karena itu setelah ini aku tidak berharap apapun."
"Mari kita hancur bersama Lihua, dan lihat tanggapan orang-orang yang sangat kau lindungi itu."
***
Menjelang malam Lihua tidur didalam tenda nya, bayang-bayang orang yang masih berkeliaran diluar tampak karena cahaya obor yang dipasang diluar. Lihua menghela nafas merasakan tubuh remuk karena banyak nya luka.
Disaat dirinya sakit seperti ini Lihua akan sangat merindukan orang-orang di dunia nya, dimana akan ada satu dua orang yang menemani nya hingga sembuh benar. Bukan nya malah sendirian didalam tenda sambil merasa bersalah kepala Zhen. Lihua merasa sangat kacau sekarang setelah pertemuan nya pangeran Guangxi, Lihua sadar jika ada takdir yang tidak akan bisa di ubah oleh nya.
Tirai tenda nya dibuka dari luar membuat Lihua menyibak selimut nya dan melihat kalau yang datang adalah Zhen.
"Zhen ada apa?" Tanya Lihua heran.
Zhen yang mengenakan hanfu biru tua itu terlihat sangat dingin dan tidak tersentuh, Lihua tidak mengenali Zhen yang ada didepannya kini.
"Lihua katakan padaku siapa kau sebenarnya?"
Lihua cukup terkejut ia sampai hanya dapat menatap wajah Zhen sebelum akhirnya berkata dengan tawa yang dipaksakan. "Apa yang kau katakan? Aku Lihua putri dari kaisar Dozai."
"Beberapa bulan lalu Lihua yang kukenal adalah gadis penyendiri yang buta, dan selama ini kau selalu menuntun kami untuk mengikuti semua rencana-rencanamu yang kenyataan nya selalu sukses." Kata Zhen berdiri menjulang membuat Lihua merasa takut dengan sosok nya. "Apa kau adalah otak dari semua penyerangan ini?"
Lihua menarik tangan Zhen yang dingin untuk duduk, "hei ada apa?" Lihua menyentuh kedua sisi wajah Zhen meminta pria itu untuk menatap nya. "Kenapa kau terlihat risau dan berpikir jika aku pelaku nya?"
"Pangeran Guangxi datang menyerahkan diri dan mengatakan pada kami semua jika ia bersekongkol dengamu untuk menggulingkan kekaisaran. Dia memberikan semua bukti yang tidak bisa dibantah." Zhen memejamkan matanya, menyenderkan kepala di pundak Lihua. "Seseorang mendapatkan bukti keterlibatanmu dengan pangeran Guangxi, dan dengan berat hati putra mahkota menurunkan mandat untuk membunuhmu."
Lihua berniat mendorong Zhen ketika sebuah tusukan pedang menembus perut nya, Lihua memuntahkan darah seketika. "Kau percaya pada mereka?" Tanya Lihua ketika berangsur-angsur tubuh nya makin melemah ketika Zhen makin menancapkan pedang nya.
Zhen menyenderkan kepala Lihua pada lengan nya, tatapan lurus kedepan menatap ujung pedang nya berlumuran darah. "Diluar sana mereka berencana menculik dan membunuh dengan cara tidak mudah."
Lihua menyingkirkan rambut nya, sementara tangan nya yang lain menyentuh lengan Zhen. "Jadi kau bermaksud memberikan kematian yang mudah untukku?" Lihua tertawa kecil.
"....." Zhen hanya diam,
Lihua tahu hukuman yang akan diberikan kepada penghianat adalah ditusuk berkali-kali lalu tubuh nya digantung di kota sebagai ancaman. Ia pun tahu jika Zhen tidak akan pernah tega melihat nya mati dengan cara seperti itu, karena nya Zhen lebih memilih mengakhiri semua dengan cara ini.
"Semua yang kulakukan tidak lain hanya untuk memastikan jika kau selamat, dan bisa melanjutkan kehidupanmu." Kata Lihua mengabaikan rasa sakit menyengat di tubuh nya yang mulai sekarat.
"Aku tidak akan pernah sanggup melihatmu mati dihadapanku, kau dan kakak adalah orang terpenting untukku." Lihua terbatuk ia bisa mendengar suara debaran jantung Zhen yang kuat.
"Sebelum semua ini usai aku hanya ingin tahu apa kau mencintaiku?" Tanya Lihua ketika matanya mulai berkunang,
"Aku mencintaimu." Jawab Zhen entah dia berkata jujur atau malah berbohong untuk menyenangkan hati Lihua sebelum ia mati.
Lihua memejamkan matanya perlahan, "pada akhirnya aku mendapatkan ending yang sama, tapi mungkin ini lebih baik jika aku mati ditanganmu. Mati ditangan orang yang dicintai." "Terimakasih karena tidak membuatku kesepian di dunia ini." Suara Lihua makin melirih hingga akhirnya menghilang sepenuhnya bersama helaian nafas nya.
Ketika itu tanpa pernah Lihua ketahui air mata jatuh membasahi kepala nya. Zhen melepaskan pegangan pedang nya dan langsung memeluk tubuh Lihua yang sudah tidak bernyawa.
Lihua sama sekali tidak melakukan perlawanan dan seakan-akan dirinya pasrah mati begitu saja. Darah Lihua mengotori pakaian yang digunakannya.
Diluar sana seseorang berdiri, menunggu. "Apa kau sudah selesai?"
"Ya." Sahut Zhen.
Zhen melepaskan pedang nya dengan perlahan seketika darah mengucur deras, lalu zhen mengangkat tubuh Lihua membiarkan kepala nya bersandar di dada nya.
Membawa tubuh Lihua yang sudah tidak bernyawa keluar dari tenda, menghampiri pangeran Lijuan yang memperhatikan wajah Lihua yang seolah-olah tengah tertidur pulas.
Mata nya merah ketika mengusap darah yang disekitar dagu Lihua. "Kau melakukan nya dengan cepat kan agar dia tidak terlalu kesakitan?" Zhen mengangguk dengan kaku pegangan nya pada pundak Lihua mengerat.
Pangeran Lijuan melepaskan jubah luar nya menyelimuti tubuh Lihua, "jangan biarkan adikku kedinginan." Air mata Lijuan jatuh saat melihat darah yang merembes dari jubah nya.
"Biar aku yang mengambil alih tubuh nya." Kata Zhen menuju kereta kuda yang akan membawa nya kembali ke kerajaan asalnya.
"Biarkan Lihua dimakamkan di tanah kelahirannya Zhen."
"Dia istriku jadi biarkan aku yang mengurusnya." Sahut Zhen dingin.
"Zhen, kaisar butuh melihat putri nya."
Langkah Zhen terhenti, "kau tahu apa yang terakhir kali Lihua katakan sebelum pergi?" Kata Zhen dengan senyum mencemooh. "Aku dan kau adalah orang terpenting dalam hidupnya."