Lihua berbaring miring diatas ranjang kedua matanya menatap langit-langit, menatap kosong meski otak nya disesaki dengan banyak pertanyaan. salah satunya mengapa ia tertarik masuk ke dalam cerita nya, benarkah jika ia benar-benar berada di dunia novel? Ataukah sebuah masalalu yang serupa dengan kabut.
Gadis didalam mimpi nya itu mengatakan jika ia harus menyelesaikan sesuatu, tapi apa? Semuanya pertanyaan itu membuat kepala Lihua sakit.
Pangeran Guangxi ia harus segera menyingkirkan pria itu agar bisa keluar dari tempat ini, Lihua takut ia akan terlalu nyaman dan merasa terikat hingga suatu saat tidak akan rela untuk meninggalkan dunia yang bukan milik nya ini.
Lagi pula pria itu dengan sengaja hampir membuatnya sekarat, meski sebagian besar itu juga merupakan kesalahan nya karena terang-terangan menyerang pangeran itu. Hal itu hanya untuk memastikan apakah prajurit bayangan yang selalu menyertai pria itu benar-benar ada.
Bodoh nya Lihua membuat karakter Guangxi yang dikelilingi oleh orang-orang yang mengerikan.
Jadi malam ini juga Lihua harus menyingkirkan prajurit bayangan yang berada di atap kediamannya, Memata-matai sekaligus melaporkan apa yang dilihatnya hari ini pada tuan nya.
Lihua mengganti pakaian tidur nya dengan hanfu menyamarkan dirinya sebagai prajurit. Lihua berjalan keluar dari kediaman nya tanpa menimbulkan suara, sengaja untuk memancing musuh untuk mengikutinya. Langkah Lihua membawa nya kearah istana lotus yang kosong sejak Permaisuri tiada.
Lihua berhenti ditengah-tengah halaman luas yang ditumbuhi oleh ilalang. "Kau bisa keluar dari persembunyianmu." kata Lihua disambut dengan lesatan mata panah kearahnya.
Mudah Lihua menghindar dan berbalik menatap orang yang berpakaian hitam itu dingin. "Trik yang sama tidak akan berpengaruh lagi padaku, lain kali cari cara yang lebih baik dari ini." Lihua mengeluarkan pisau yang terkait dengan rantai berduri, kepalanya miring sedikit saat berkata dengan seringai. "Tapi maaf saja tidak akan ada lain kali, karena malam ini kau mati disini."
Lihua memutar rantai itu ke udara sebelum menyambar leher pria itu lalu mengoyak nya.
***
Lihua menyeret seonggok mayat, langkah nya terseok-seok saat mendekati jurang. Pakaian nya kotor oleh bercak darah yang hampir mengering, sapuan angin dingin membawa aroma anyir. Sampai di ujung jurang Lihua mendorong tubuh mayat itu menggunakan ujung sepatu nya sampai terjatuh kebawah sana. Tangan nya lecet karena terkena rantai berduri.
Lihua mengusap peluh dikeningnya, "seumur hidup aku belum pernah berkerja selelah ini selain saat mengejar dosen." Keluh nya kelelahan, "Apa lain kali kubakar atau kutegelamkan saja mayat bedebah-bedebah ini?"
Lihua melepaskan mengganti melepaskan jubah luar nya yang berceceran darah, menyisakan hanfu lapisan kedua yang sedikit transparan.
Sekitarnya gelap dan hanya terdengar suara mahluk malam penghuni hutan. Di dunia nyata ataupun dunia ini Lihua tidak takut dengan yang namanya hantu, baginya manusia lebih menakutkan dari makhluk-makhluk kasat mata itu.
Seperti kata pepatah membunuh atau dibunuh. Tentu Lihua lebih memilih untuk membunuh dibandikan dibunuh. Tidak seperti di dunia ini dimana Lihua bisa dengan terang-terangan membunuh orang tanpa takut dengan sistem hukum yang melindungi hak asasi manusia. Dunia nyata seseorang membunuh orang lain menggunakan cara non verbal. Jika kau tak bisa menyakiti fisiknya maka rusak saja psikisnya.
Jahat? Memang, Lihua mengakui jika dirinya adalah sosok iblis yang menjelma menjadi manusia, tak sekali Lihua menghancurkan hidup seseorang yang mengusik nya. Apa Lihua merasa bersalah? Jawaban nya sama sekali tidak.
Disatu saat Lihua akan menjadi teman yang baik dari musuh nya, membuat nya begitu bergantung dan percaya padanya lalu ketika waktunya tiba, Lihua akan menghancurkan fondasi itu dan menyaksikan musuh nya hancur lebur karena merasa terkhinati. Sedari awal Lihua tidak pernah mengkhianati siapapun, dan tak pernah berniat 'baik' untuk siapapun.
"Sejak awal aku memang bukan gadis baik, jadi jangan menaruh harap berlebih." gumam Lihua membersihkan bekas darah di telapak tangan nya menggunakan sapu tangan.
***
Sampai dipekarangan kediaman nya Lihua mengendap-endap masuk tanpa disadari oleh dua prajurit yang mengantuk.
"Tengah malam keluar seorang diri dengan pakaian seperti itu, kau pergi kemana?" Tanya suara pria yang berada dibelakang Lihua, Lihua terkejut hampir membalik tubuhnya jika pangeran Zhen tidak menahan tubuhnya dan menutup matanya.
"Z-Zhen?"
Pangeran Zhen hanya diam, menutup matanya saat menghirup aroma bunga dari rambut Lihua namun seberkas aroma anyir tercium oleh nya, membuatnya menggerenyit. Ini sudah kedua kalinya ia mencium aroma yang sama, yang pasti akan selalu terjadi hal serius ketika Zhen merasakan aroma iyu melekat pada Lihua.
"Darah?" Gumam nya terdengar oleh Lihua.
Lihua tersentak tapi tidak berusaha melepaskan diri, ia mengerti cepat atau lambat tunangan nya ini akan sadar siapa dirinya.
"Kukira sifatmu yang berbuah tapi ternyata orang nya lah yang berbeda." kata pangeran Zhen melepaskan tangan nya dari mata Lihua.
Lihua berbalik menatap wajah tunangan nya lekat. Ia tersenyum tipis. "Aku memang bukan Lihua." akunya.
Untuk sesaat mereka diliputi oleh keheningan. Pangeran Zhen memang pernah sedikit menduga jika tunangan nya ini merupakan orang lain, tapi sesekali Lihua benar-benar sama dan terasa familiar. Disatu sisi Zhen tidak menyangka jika gadis itu akan mengakuinya.
"Setidaknya, aku bukanlah lagi Lihua yang dulu menjadi egois memaksakan cinta pada Pangeran Zhen. Ataupun gadis suram dengan kehidupan yang menyedihkan." Kata Lihua jujur namun juga berbohong disaat bersamaan. "Meski sekarang kau memiliki sedikit rasa padaku, bukan berarti rasa benci itu sudah tidak melekat pada dirimukan? Selama ini aku berpura-pura tidak menyadari dan kaupun tidak menunjukan nya padaku."
Meski alur ceritanya mungkin berubah tapi Lihua masih mengingat jelas betapa Pangeran Zhen membenci nya. Awal ia datang sikap dingin nan acuh tunangan nya itu sudah sangat jelas.
"Menikahiku artinya kau akan terjebak dengan kerajaan ini. Jadi aku akan memohon sekali lagi pada Kaisar agar mengakhiri pertunangan ini dan kau akan bebas lalu kembali ke kerajaanmu tanpa membawa tanggung jawab."
Lihua sudah mengumpulkan tekad untuk tidak memiliki hubungan apapun dengan dunia novel ini, segera setalah dia kembali maka semua ini akan terlupa.
"Terimakasih karena telah menjagaku selama ini."
Setelah mengatakan itu Lihua hanya mendengar suara pecahan guci, dan sosok pangeran Zhen yang tiba-tiba menghilang.
Lihua mendongak menghalangi agar air matanya tidak jatuh. "Aku tahu jika akhirnya akan sesakit ini, kenapa harus menangis lagi?"
Sekarang Lihua benar-benar telah menghancurkan Zhen dengan caranya.