"Kau pangeran Guang Xi?" kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Lihua, sekelebat ingatan tentang bagaimana pria ini membunuh nya membuat amarah nya menggelegak. Tapi sedetik kemudian Lihua tersadar jika itu hanyalah bagian dari cerita nya, namun tetap saja semua itu akan menjadi kenyataan jika Lihua menikah dengan si brengsek di depan nya ini.
Pangeran Guangxi tersenyum tapi siapapun tahu jika senyum itu tidak sampai ke mata. Persis seperti di dalam cerita tokoh antagonis satu ini sangat pandai dalam berakting, dan kini Lihua benar-benar menyesal mengapa tidak membunuh pangeran Guangxi di awal cerita dan malah dia yang mati dengan tragis di akhir cerita. Tentu saja karena ia tidak tahu jika ia akan masuk kedalam cerita nya sendiri.
"Senang anda masih mengingat bahkan mengenalku Putri." Pangeran Guangxi maju selangkah membuat Lihua refleks memundurkan langkah nya, merasa alergi berdekatan dengan pria ini.
"Anda seperti sangat tidak ingin berdekatan dengan saya putri? Apa karena kejadian malam itu?" kata Pangeran Guangxi menyindir Lihua tentang pertemuan tak disengaja mereka malam itu.
Lihua tertawa sengaja bersikap tidak sopan pada lawan bicaranya. "Jangan salah paham pangeran, tapi saya telah memiliki tunangan jadi rasanya tidak pantas untukku berdekatan dengan pria asing." Ujar Lihua menekankan kata tunangan yang entah kenapa membuat pria dihadapannya kini terlihat kesal.
"Jika saat itu kau tidak menghancurkan klan merpati putih, pasti kini kau telah menjadi seorang selir dari kerajaan yang ditaklukan." kata Guangxi memaparkan kenyataan yang seharusnya terjadi jika klan merpati putih berhasil menjatuhkan kerajaan.
Wajah Lihua memerah oleh rasa benci teramat sangat. "Pada kenyataan nya aku tidak menjadi selir untuk Pangeran pecundang manapun, termasuk kau. Aku tetaplah seorang tunangan dari seorang pangeran dan jenderal dari kerajaan seberang." balas Lihua.
Rahang pangeran Guangxi mengetat ingin setidaknya mencekik gadis arogan ini. "Kau, kita lihat nanti saat dimana kesombonganmu menjadi kejatuhanmu sendiri Putri."
Lihua mencibir. "Kejatuhanku artinya kebinasaan untukmu pangeran." maksudnya jikalau Lihua pada akhirnya mati maka Lihua akan memastikan jika pangeran Guangxi menemui akhir yang lebih tergis dari itu.
***
Pangeran Zhen yang melihat interaksi membara dari dua orang diatas jembatan itu mengerutkan kening heran. Apa yang sebenarnya terjadi pada tunangan nya itu hingga bisa menatap pangeran Guangxi dengan tatapan sedingin itu? Lalu bagaimana caranya Lihua mengenal pria itu?
Mendekat kerah Lihua, Pangeran Zhen menarik tubuh Lihua ke belakang tubuh nya. "Sepertinya anda mengenal tunangan saya pangeran Guangxi?" tanya Pangeran Zhen berbasa-basi meski tatapan nya tajam penuh peringatan.
Kepala Pangeran Guangxi miring sedikit untuk menatap Lihua yang disembunyikan dibelakang tubuh Pangeran Zhen. "Tidak kami baru saja bertemu, aku hanya merasa penasaran saja mengapa gadis secantik ini dibiarkan berada sendirian disini." katanya seolah-olah meminta pemakluman karena terpesona oleh pesona tunangan orang lain.
Kata-kata itu membuat Lihua mencengkram hanfu Pangeran Zhen erat. Seolah mengerti dengan reaksi tunangan nya, Pangeran Zhen melirik sedikit sebelum kembali fokus pada lawan bicaranya. "Saya lengah karena membiarkan nya berkeliaran seorang diri, tapi anda tidak perlu khawatir pangeran karena saya akan menjaganya dari orang-orang yang berusaha menyakiti nya." Ucap Pangeran Zhen yang memiliki makna khusus untuk Pangeran Guangxi yang tentu saja menyadari itu.
Entah mengapa melihat sikap Lihua yang tidak bersahabat dan merasa terancam seperti tadi, membuatnya harus menjaga jarak antara Lihua dengan Pangeran ini.
Melihat sikap protektif dari tunangan Lihua, Pangeran Guangxi memilih mundur ia belum ingin berurusan dengan jenderal besar ini, setidaknya tidak untuk saat ini. "Kalau begitu saya pamit untuk pergi lebih dulu." katanya membungkuk singkat pada pangeran Zhen, lalu matanya menatap Lihua dengan sedikit seringai. "Sampai jumpa lagi Putri Lihua."
Setelah Pangeran Guangxi menghilang dari pandangan mereka pangeran Zhen langsung membalik tubuhnya untuk menatap Lihua. "Apa yang kau lakukan hingga dia menatapmu seperti tadi?" tanya nya.
Lihua yang ditatap seolah-olah ia telah berselingkuh langsung berargumen. "Mana kutahu? Dia dia sendiri yang menghampiri ku, jangan salahkan aku karena aku yang terlalu cantik dimata pria." kata Lihua beralasan.
Wajah Pangeran Zhen masih terlihat sangat datar, tanpa kata ia merapihkan rambut Lihua yang berantakan setelah terkena hembusan angin. "Jangan pernah mengurai rambutmu seperti ini di depan pria lain." Lihua terpaku saat tubuhnya dibalik oleh pangeran Zhen yang langsung mengelabang rambut nya.
***
Acara masih berlanjut hingga tengah malam, Lihua sudah sangat bosan dan ingin secepatnya pergi dari tempat ini. Didepannya ada segelas arak, selama membuat novel bergenre kerajaan seperti ini Lihua pasti selalu membuat tokoh nya meminum arak meski ia sendiri sama sekali tidak pernah meminum minuman beralkohol itu.
Salahkan rasa penasaran nya yang sangat ingin mencicipi arak itu, pelan-pelan Lihua mendekatkan gelas kebibirnya lalu meminumnya dalam satu tegukan. Rasa terbakar ditenggorokan membuat Lihua menggerenyit namun ketika perlahan rasa manis mencecap ujung lidah Lihua membuat gadis itu kembali ingin mencicipi kembali.
Tak terasa sepoci arak telah tandas ditangan Lihua, kini gadis itu mulai cegukan dan mabuk. Dua pangeran yang melihat tingkah Lihua berusaha menahan senyum geli mereka, bahkan saat Lihua mulai memangku wajah dengan senyum lebar nya, dua pangeran berusaha keras menahan tawa.
Sebelum Lihua bertingkah aneh dan membuat keributan Pangeran Lijuan berdiri dan meminta perhatian ayahanda mereka.
"Yang mulia tampaknya Pangeran ini harus mengantar Putri Lihua ke kediaman nya, ini sudah tengah malam."
Kaisar memperhatikan putri yang berusaha mempertahankan kewarasan nya dengan geli. "Antar adikmu kekediamannya."
"Baik yang mulia." Pangeran Lijuan membungkuk singkat lalu mendekat kearah adik nya. "Ayo kuantar pulang."
Lihua mendongak tersenyum lugu, "kakak Lijuan? Gendong aku." kata Lihua mengangkat tangan nya tinggi minta digendong oleh sang kakak. Untung saja sekarang ia sedang tidak sadar jika tidak maka sudah pasti Lijuan akan menjitak kepala nya.
Mau tak mau akhirnya pangeran Lijuan terpaksa menggendong Lihua di punggung nya. Mereka keluar dari area perayaan, kini yang terdengar dijalan setapak itu hanya lah gumaman ngawur dari Lihua.
"Andai semua ini nyata pasti aku sangat bersyukur memiliki kakak sepertimu." gumam Lihua memeluk leher Pangeran Lijuan erat.
"Memang nya kau kira ini cerita?" sahut Lijuan.
Lihua mengangguk-anggukan kepalanya. "Semua ini memang hanya cerita, sampai aku ingin menangis jika suatu saat akan pergi dari sini."
Langkah Lijuan terhenti sejenak.
"Kau pikir kau mau kemana?"
"Ke tempat dimana seharusnya aku berada. Disini aku hanya akan hidup dengan rasa takut akan kematian yang didatangkan orang itu ... ceguk."
"Siapa?"
"Dia pria yang akan merenggut kakak dan Pangeran Zhen dariku ... Dia pangeran Gu-" sebelum Lihua menyelesaikan kalimat nya ia telah lebih dulu pingsan atau tertidur di pundak kakak nya.
Sebenarnya Lijuan masih penasaran dengan apa yang dimaksud oleh adik nya itu, tapi melihat Lihua yang lebih dulu kehilangan kesadaraan membuatnya berjanji untuk bertanya saat Lihua sadar nanti.