Chereads / Empress Zhilan / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

"Begini kirim prajuritmu untuk mengepung kota Huyin saat tengah malam tiba, diam-diam kau dan Pangeran Zhen menyelinap ke dalam tenda, disana kau akan menemukan sang pemimpin dan jenderal dari klan merpati putih dan setelahnya kau bisa langsung memenggal mereka di tempat." Jelas Lihua dengan terencana, sekarang rasa bosan nya telah menguap dan berganti dengan semangat yang menggebu.

Pangeran Lijuan menggerenyit kan kening. Ia bingung dengan aura berbeda yang kini dimiliki oleh sang adik, apalagi ketika melihat kedua mata yang berkilat penuh dengan ambisi. "Kenapa kita harus membunuhnya? Kita tinggal menundukkan mereka-."

Lihua menghela nafas, lalu memotong perkataan sang kakak. "Lalu kau ingin membuat mereka bergabung dibawah kerajaan kita? Tidakkah kau berpikir jika suatu saat mereka akan mencari celah untuk berkhianat? Langsung membunuh mereka akan menyelesaikan semua permasalahan mendatang." Kata Lihua ia memiringkan kepalanya merasa jengkel dengan kepolosan sang kakak tentang kebajikan.

Pangeran Zhen terlihat tidak setuju tapi juga tidak bisa menemukan kata-kata untuk menyenggah perkataan Lihua.

Melihat ekspresi Zhen Lihua tahu apa yang dipikirkan oleh pria ini tidak jauh berbeda dngan kakak nya. jadi ia berkata dengan jengkel. "Kenapa kau juga tidak setuju? Aku berkata seperti ini juga untukmu, jika pembrontakan itu terjadi maka kau akan mati." ucap Lihua sambil mengingat disalah satu plot cerita nya Pangeran Zhen akan mati saat pemberontakan itu berlangsung.

"Jika mereka membrontak yang akan menjadi sasaran adalah dirimu, kau akan dijadikan kambing hitam atas semua itu. Kematianmu akan terkenang sebagai penghianat, pasti kau tahu kalau itu bukanlah hal yang menyenangkan untuk dikenang. Sudahlah berbicara dengan ikan lebih menyenangkan dibandingkan dengan kalian berdua, huh!"

Melihat ekspresi dua orang dihadapannya yang meragukan nya membuat Lihua kesal. Ia hanya berusaha untuk menolong dua orang brengsek ini tanpa menginginkan timbal balik dari mereka.

Lihua berjalan keluar dari kediaman kakak nya, langkah kaki nya terdengar menghentak dan suara bantingan pintu membuat dua kasim yang berjaga di depan pintu terkejut.

***

Dan disinilah ia sekarang berada ditepian kolam ikan, berbicara dengan ikan-ikan itu seperti orang bodoh. Sepertinya apa yang dikatakan oleh kakak nya memang ada benar nya, benturan dikepalanya membuat otaknya sedikit bermasalah.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya tapi mereka tidak percaya padaku, jika saja aku tidak tahu akhir hidupku maka akan kubiarkan saja mereka mati mengenaskan." Lihua bercerita pada ikan koi yang menghampiri nya. Ia hanya berjongkok disana menatap ikan-ikan gendut itu berenang kesana kemari.

"Putri anda dipanggil oleh yang mulia Kaisar Dozhai untuk menghadap pada nya sekarang juga." ucap Kasim yang bertugas dikediaman Kaisar. Menunduk hormat padanya meski Lihua tahu jika kasim ini selalu berbicara buruk dibelakang nya.

"Ayah memanggilku? Hmp, tidak mau." Lihua menolak tanpa menoleh lagi. Pasti panggilan nya kali ini bukan sesuatu yang baik untuk kesehatan telinga nya. Entah omelan macam apa lagi yang akan tua bangka itu katakan pada nya, sebelum nya Lihua terjebak dengan Pangeran Zhen seharian karena Ayah nya.

"Yang mulia juga berpesan; jika anda tidak datang maka putri dilarang untuk makan selama seminggu."

Mendengar itu Lihua langsung berdiri dan menatap kasim itu galak. "Kau bercanda? Ayah ingin aku mati muda dengan tidak memberiku makan selama seminggu? Baik aku pergi sekarang!"

Kasim itu berniat berbalik tapi Lihua menjegal kaki nya hingga kasim itu tercebur masuk kedalam kolam. "Ups, sepertinya kau harus memperhatikan ucapanmu saat dibelakangku kasim." Ancam nya dengan senyum miring, jempol nya bergerak membentuk garis lurus dilehernya.

Beberapa menit kemudian, setelah berjalan dengan nafas yang hampir habis Lihua sampai di kediaman sang kaisar. "Ayah memanggilku?" di dalam sana ternyata terdapat pangeran Zhen dan kakaknya Lijuan. Pastilah kakak nya telah mengatakan rencana nya pada Ayah mereka.

Dasar pengadu!

"Duduklah, Ayah dengar kau memiliki rencana terhadap pembrontakan klan merpati putih."

Lihua hanya mengangguk dengan tanpa niat. "Aku tak harus menjelaskan apapun pada Ayah kan? karena kakak sudah mengatakan semuanya." Ia melipat kedua tangan nya, menyipit kearah Pangeran Lijuan yang berpura-pura tidak melihat nya.

Awas kau ya! Arti tatapan Lihua yang terlihat jelas.

Merasakan ketegangan tak kasat mata diantara putra putri nya. Kaisar Dozai berdeham memecah keheningan. "Kakakmu sudah mengatakan semua nya. Namun, aku hanya ingin mengetahui kebenaran nya langsung darimu." Kaisar Dozai meletakan cawan teh nya keatas meja, menatap Putri nya dengan tatapan tak terbaca. "Dari mana kau belajar tentang strategi putriku?"

Pertanyaan ini lagi, sepertinya ia benar-benar salah menjadikan sifat Lihua di novel yang introvet dan tampak nya sifat nya itu telah membuat nya mendapatkan label bodoh oleh semua orang.

"Ayah begini saja. Anggaplah kalau aku ini terlalu banyak membaca buku tentang siasat perang dan sejenis nya saat berdiam diri, hingga rencana seremeh ini bukan apa-apa untukku." Lihua tersenyum manis, seolah-olah dirinya adalah mahluk yang terlahir tanpa dosa.

Membuat taktik ataupun strategi dalam membunuh orang lain pun bisa Lihua lakukan dengan mudah, jangan lupakan di dunia nya Lihua adalah seorang penulis yang menulis cerita bukan hanya genre romantis tapi juga genre gore.

ketika emosi nya naik maka Lihua akan membuat satu chapter penuh dengan adegan pembunuhan sambil membayangkan orang yang dibenci nya setengah mati.

Beruntung nya aku tidak masuk kedalam cerita bergenre gore, atau aku akan kembali kedunia nyata sebagai pembunuh berantai.

"Jadi karena aku sudah datang, Ayah tidak perlu berhenti mengirimkan makanan untukku bukan?" Tanya Lihua memastikan alasan sebenernya ia mau datang ketempat ini.

Kaisar Dozai tertawa lepas saat mendengar perkataan Lihua yang terdengar kurang ajar. "Tentu saja tidak bahkan aku berniat memberikanmu hadiah."

Lihua yang mendengar itu senyum nya bertambah lebar, ia tidak berpikir jika hal yang ditunggu-tunggu nya akan datang semudah ini. Padahal ia telah berpikir bagaimana cara meluluhkan hati sang Ayah atau jika tidak berhasil maka ia akan membuat keributan.

"Aku akan jauh lebih senang jika Ayah membatalkan pertunangan ku dengan pangeran Zhen." Katanya langsung.

Lihua pikir dengan memutuskan hubungan dengan Pangeran Zhen takdir tidak akan menjadi rumit, karena awal dari semua akhir buruk itu berasal dari kematian pangeran Zhen.

Semua orang disana langsung menatap nya. Berbagai macam ekspresi yang ada membuat Lihua heran.

"APA?! KAU INGIN PEMBATALAN PERTUNANGAN DENGAN PENGERAN ZHEN?"

Kaisar, pengeram Lijuan maupun pangeran Zhen terlihat terkejut dengan permintaan Lihua yang tiba-tiba.

"Lihua merasa kurang pantas untuk Pangeran Zhen, yang berasal dari Kerajaan Shengli. Aku rasa ini yang terbaik untuk kami, masih banyak putri yang lebih baik untuk Pangeran." Katanya berusaha terlihat rendah hati ketika mengajukan pembatalan pertunangan yang tidak pernah diinginkannya.

***

Ditolak!

Permintaan yang disertai dengan alasan manis mengharukan itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Kaisar.

Alasannya, karena kerajaan ini dan kerajaan seberang telah melakukan perjanjian perdamaian dengan ikatan pernikahan sebagai penghubung mereka.

"Cih, kebohongan macam itu?! Mana ada perjanjian itu di dalam ceritaku? Kaisar memang sangat pintar membual!" sepanjang jalan menuju paviliun nya mulut Lihua tak berhenti meracau memaki kakak, ayah, serta tunangan nya.

Ia hanya ingin hidup bebas serta bermalas-malasan di kamar nya, mengapa hal sesimple itu terlalu sulit untuk diwujudkan.

"Sepertinya ada yang kesal dengan keputusan Kaisar saat ini." Pangeran Lijuan yang sedari tadi mengikuti langkah adiknya, langsung mendahului Lihua menyentuh dagu sang adik dengan ujung kipas nya. Tersenyum menyebalkan khas dirinya.

Lihua meremas kuat kepalan tangan nya. "Jika masih ingin hidup lebih baik kakak menyingkir dari jalanku." ancam Lihua. Ia sedang dalam kondisi tidak ingin bercanda pada siapapun.

"Memang apa yang bisa dilakukan oleh singa kecil sepertimu?" remeh Pangeran Lijuan tampak ia menemukan hiburan baru dengan menggoda adik kecil nya.

Lihua menyeringai. "Aku bisa merencanakan pembunuhan dengan rapi dan bersih kakak, jadi jangan ragu dengan kemampuanku." ucap Lihua yang kepalanya sedang mendidih. "Katakan padaku ingin kubuat seperti apa kematianmu?"

Pangeran Lijuan menyakini jika perkataan Lihua memang sungguh-sungguh, apalagi saat mengingat strategi matang yang dibuat oleh adiknya.

"Kau bisa, tapi kau tidak mungkin tega membunuh kakakmu sendiri."

"Kenapa kau kira aku tidak tega melakukan nya? Semua anak singa dilahirkan dengan insting membunuh." tanya Lihua balik tatapan nya lurus. "Aku mungkin tidak tega, tetapi kakak sendiri? Bukankah hal itu juga pernah terjadi dulu?"

Tanpa Lihua sadari warna kedua bola matanya menjadi agak gelap. "Kakak membenciku?" Lihua melangkah lebih dekat, senyuman terasa dingin dan lain dari sebelumnya. Tampak seperti sebelum Lihua mengalami kecelakaan.

"Lihua apa yang terjadi padamu?" Lijuan menyadari perubahan itu, senyum sinis Lihua terasa sangat menusuk nya. "Kakak kira aku mau menjadi alasan dari kematian Ibunda? Atau kakak kira aku bahagia menjadi seorang putri dan memiliki kakak sepertimu. Tidak, karena itu aku memilih bunuh diri."

"Sampai kapan kau akan berpura-pura bersikap seperti kakak yang baik huh? Kau kemanakan dirimu yang seperti bajingan itu," Setelah mengatakan itu tubuh Lihua diguncang oleh Pangeran Lijuan.

Lihua mengerjapkan kedua mata nya, bingung. "Ada dengan wajah tegang itu?" Tanya Lihua heran, untuk sesaat ia merasa seperti kehilangan kesadaran.

"Kau ... Apa yang kau katakan tadi?" Tanya Lijuan yang menggenggam bahu Lihua dengan erat. Ada rasa khawatir dan sedih dari tatapan yang Lihua tangkap dari nya.

"Aku bilang apa? Aku hanya ingat sampai anak singa dan selanjutnya buram." Lihua menyentuh kening nya yang agak pusing. "Aneh rasanya seperti pingsan untuk sesaat."

Lijuan terdiam, ia berusaha membaca Lihua dan tidak menemukan kebohongan pada raut wajah nya. Mungkinkah itu adalah sisi lain dari dirinya yang terlupakan, dan bisa tiba-tiba muncul ketika mendapatkan stimulasi lain.

"Kau, kembalilah ke kediamanmu." Kata Lijuan mendapatkan anggukan dari Lihua. "Ya sepertinya aku kurang enak badan akhir-akhir ini."

Pangeran Lijuan masih menatap punggung sang adik dari belakang, ia melirik seseorang yang sedari tadi ikut memperhatikan nya.

"Kau lihat yang tadi?"

Pangeran Zhen mengangguk. "Alam bawah sadarnya memunculkan ingatan lama."

"Sepertinya hal itu juga yang membuat nya tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kalian. Mengingat hubungan kalian juga tidak terlalu bagus. Itu buruk untuk Zhen." Pangeran Lijuan terkekeh sambil meninggalkan sahabat nya dibelakang.