"Gimana?! Udah ketemu belum?!" tanya Arsyad dari panggilan telepon.
"Belum Syad! Ini juga masih nyari!" jawab Danu.
"Sama, saya juga belum ketemu" jawab Bayu juga.
Arsyad menghela napasnya kasar, kepalanya benar-benar terasa sakit karena ia terus kepikiran kepada Reno.
Bagaimana tidak, ini sudah lebih dari satu jam Reno menghilang, entah ke mana remaja itu pergi. Mereka bertiga juga sudah berpencar dan mencari di sekitaran hotel serta Pantai Seminyak, bahkan sampai bertanya kepada orang yang lalu-lalang di sekitaran pantai, namun hasilnya nihil. Mereka bertiga sama sekali belum menemukan Reno sampai detik ini.
Rasanya sudah putus asa, mereka sangat kebingungan harus mencari Reno ke mana lagi di tengah-tengah malam seperti ini. Meski pantai tidak terlalu sepi dan terbilang masih ada orang yang lalu-lalang, namun tetap saja mereka khawatir kepada Reno. Terlebih remaja itu pernah kabur dari rumah, mereka hanya takut hal serupa terulang kembali.
Terlihat Arsyad sudah sangat bingung, pikirannya sangat-sangat kacau karena takut kehilangan adik kesayangannya. Matanya pun sudah berkaca, bahkan napasnya terasa sulit untuk diatur.
"Kamu di mana Dek?" cemas Arsyad dengan tatapan kosong yang lurus ke depan.
Sama halnya dengan Danu. Pria itu sudah berkeliling dan mencari di tempat yang sekiranya Reno berada, namun ia tidak menemukan remaja itu. Yang ada dirinya dianggap seperti orang gila karena sudah bolak-balik ke tempat yang sama selama beberapa kali.
Sementara itu, Bayu masih terus mencari Reno. Pikiran pria itu memang sudah memikirkan hal yang negatif, namun ia terus berusaha mencari lagi dan lagi. Ia bertanya sana-sini, memperlihatkan foto Reno kepada orang yang lewat, bahkan sampai salah orang karena mengira itu Reno. Tapi semua itu tidak ada hasilnya, karena tidak ada sama sekali yang melihat Reno.
Akibat berkeliling dan berlarian selama satu jam lebih, membuat kaki Bayu seperti mati rasa dan kram. Ia berjalan pelan menuju ke salah satu restoran untuk membeli minum karena tenggorokannya terasa sangat kering, sekaligus ingin istirahat sejenak agar kakinya bisa digunakan untuk berlari lagi.
Saat berjalan menuju ke kasir, tanpa sengaja Bayu menabrak seorang pria yang sedang membawa sebuah gelas berisi minuman segar yang entah apa namanya. Sehingga gelas itu jatuh dan pecah di lantai akibat Bayu menabrak pria itu.
"Jalan liat-liat dong Pak! Tempat masih lebar kok malah ditabrak sayanya?!" ucap pria yang ditabrak Bayu, tentu ia marah lantaran Bayu yang menabraknya.
"Ah maaf, Pak, saya nggak liat" sahut Bayu yang memang tidak melihatnya. Ia terus kepikiran kepada Reno, sehingga ia melamun dan tidak bisa fokus.
"Terus gimana nih minuman saya?! Emang didiemin aja bisa balik lagi?!" ucap pria itu lagi.
Bayu berdecih kesal, lantaran pria itu berbicara dengan suara yang cukup keras sehingga banyak orang melihat kepadanya. "Iya-iya saya ganti, bawel banget jadi laki-laki" kesalnya. Segera ia mengambil dompet dari saku celananya.
Saat ingin membuka dompet, terlihat ada seseorang yang datang lagi ke arah Bayu. Karena penasaran siapa yang datang, Bayu pun menoleh sejenak. Ternyata yang datang adalah seorang perempuan bule yang sudah berdiri di depan pria yang Bayu tabrak tadi.
"What's wrong babe? Why were you shouting? (Ada apa sayang? Kenapa tadi kamu teriak-teriak?)" ucap perempuan itu sambil bergelayut manja di tangan pria yang ditabrak oleh Bayu.
"Oh, ini orang nabrak saya tadi, terus minuman yang kamu pesen jadinya jatuh" jelas pria itu.
Sontak saja perempuan itu menoleh ke arah Bayu yang kebetulan lagi melihat ke arahnya. Tapi hanya sesaat saja Bayu berkontak mata, karena ia langsung mengambil tiga lembar uang seratus ribuan untuk diberikan kepada pria tadi.
"Nih tiga ratus ribu, cukup kan buat satu minuman tadi?" ucap Bayu kesal sambil menyodorkan uang itu. "Saya udah minta maaf, lain kali ngomongnya nggak perlu keras-keras kayak tadi. Ngeganggu yang lain."
"Ya, terserah" ketus pria itu, lalu mengambil uang yang diberikan Bayu. "Ayo babe, kita pesen lagi" ajak pria itu ke perempuan yang merupakan pacarnya. Namun perempuan itu tidak menjawabnya, melainkan malah sorot matanya lurus kepada Bayu.
"Um, kamu kenal anak itu?" ucap perempuan itu, tangannya menunjuk ke arah dompet Bayu yang ada foto Reno di sana.
Seketika saja bola mata Bayu melebar, karena perempuan itu tampak serius. Segera ia mengeluarkan foto itu dan menunjukkannya agar lebih jelas.
"Ka-kamu liat anak ini?! Sa-saya lagi cari adik saya!" jelas Bayu.
"Kalau tidak salah namanya Reno ya? Tadi saya lihat dia sedang duduk di pohon palem di sana, karena katanya dia sedang patah hati ya?" sahut Bule itu, ia menunjuk ke arah pohon palem yang dimaksudnya. "Lebih baik kamu cepat, saya takut dia kenapa-napa."
Bayu menoleh ke tempat yang dimaksud perempuan itu. Ia yakin sekali kalau perempuan ini benar, karena ia tau nama Reno bahkan ia juga tau kalau Reno sedang patah hati atau lebih tepatnya kecewa dengan mereka.
Ia mengangguk-angguk, senang karena akhirnya ada yang melihat Reno. "Terima kasih! Terima kasih banyak!" Segera ia berlari meski kakinya masih sedikit kram, tak lupa juga ia memberitahu Arsyad dan Danu kalau Reno sudah ketemu.
Di dekat pohon palem dengan tiga batang yang merambat itu, perlahan Bayu mendekati seorang laki-laki yang sedang duduk di bawahnya.
"Ren?" ucap Bayu pelan, tangannya menepuk pelan pundak laki-laki itu.
Matanya langsung melebar, dan perasaannya sangat lega sekali karena laki-laki itu adalah Reno. Segera ia memeluknya karena benar-benar khawatir.
"Ternyata beneran kamu Ren, Mas udah khawatir nyariin kamu-" ucap Bayu terhenti.
"Lepasin Mas!" teriak Reno keras, remaja itu langsung melepaskan pelukan dari Bayu. Ia menjauh dari Bayu, terlihat raut wajah Reno sangat-sangat marah dan kecewa.
Bayu tersentak kaget karena suara Reno yang berteriak. Ia terdiam sesaat, namun setelahnya kembali ia mencoba menghampiri remaja itu.
"Ren, ayo kita balik. Ini udah malem banget, kita balik ke hotel ya?" bujuk Bayu. Perlahan ia menghampiri Reno untuk meraih tangannya. Namun dengan cepat, Reno menepisnya.
"Buat apa Mas?!! Biar kalian bisa jadiin aku taruhan lagi?!! Biar kalian bisa seenak jidatnya mainin perasaan aku?!! Gitu?!!" ucap Reno yang masih berteriak. Suaranya terdengar serak, karena ia tidak bisa mengontrol emosinya yang sudah meluap-luap.
"Aku denger semua yang kalian bicarain!!! Aku denger!!!" bentak Reno lagi.
Meski tangisannya terisak, Reno masih bisa meluapkan kekesalan serta kekecewaannya kepada mereka. Remaja itu tidak percaya, kalau orang menyakitinya adalah orang yang paling disayanginya. Terlebih yang menyakitinya bukan satu orang, namun tiga orang secara bersamaan.
"Ren... Mas nggak bermak-"
"Pergi Mas!!!"
Kembali Bayu terdiam karena bentakan dari Reno. Ia hanya bisa memandangi wajah remaja itu yang sudah marah sekali, membuatnya merasa bersalah karena sudah membuat taruhan yang seharusnya tidak ia buat.
Hingga beberapa saat kemudian, Arsyad dan Danu datang dengan tergesa-gesa karena mendegar keributan dan orang yang kumpul. Mereka berdua cukup kaget karena melihat Bayu terdiam, lebih kaget lagi ketika mereka melihat Reno yang sudah sangat-sangat marah kepada mereka juga.
"Ren..." ucap Arsyad pelan, ia masih tidak percaya ketika melihat raut wajah Reno yang segitu marahnya.
"Apa?!! Mau apalagi brengsek!!!" sahut Reno keras.
Lagi-lagi ucapan Reno membuat mereka terdiam, terlebih ketika remaja itu berkata kasar kepada mereka.
"Ren... ayo kita-" ucap Danu terpotong.
"Enggak!!! Kalian budeg ya?!! Dasar brengsek!!! Bajingan!!! Aku kecewa sama kalian!!! Aku benci sama kalian!!!"
Danu yang ingin membuka suara jadi ikut terdiam, karena Reno memotong ucapannya dengan nada yang menjelaskan kalau ia sangat-sangat tidak suka dengan kehadiran mereka. Tatapan tajamnya mengedar bergantian kepada mereka bertiga, ia benar-benar tidak menyangka kalau mereka bertiga hanyalah melakukan taruhan terhadap dirinya.
"Aku tau!! Aku tau kalau kehadiran aku di hidup kalian itu salah! Tapi apa harus, apa harus kalian jadiin aku objek taruhan kayak gitu?! Sumpah demi apapun, argh!!!" kesalnya kepada mereka.
"Aku tau aku ini suka sama cowok juga, tapi aku masih punya perasaan! Terlebih aku masih punya harga diri! Jangan karena aku ini homo, kalian jadi seenaknya bisa perlakuin aku kayak gitu!!! Sakit tau ga?!! Hati aku sakit diperlakuin begitu sama kalian!!!"
Dengan punggung tangan, Reno mengusap air matanya yang mengalir deras. Ia masih menatap mereka bertiga, dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaannya kepada mereka.
"Sumpah demi apapun!! Kalobkalian nggak suka sama aku, aku nggak akan ganggu hidup kalian lagi!!! SELAMANYA!!!" bentaknya keras.
Mereka bertiga menyaksikan bersama-sama, kemarahan Reno yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka juga menyaksikan dan mendengarkan, semua kekesalan serta kekecewaan Reno terhadap mereka bertiga.
Hingga mereka yang terdiam menjadi tidak lagi diam, ketika mereka melihat Reno memutar badannya dan mencoba untuk lari. Segera mereka memegang tangan Reno, dengan maksud agar remaja itu tidak kabur.
"Lepasin!!! Lepasin!!!" teriak Reno, ia meronta-ronta bagaikan orang kesetanan.
"Ren, hei... dengerin penjelasan kita dulu ya?" bujuk Bayu lembut.
"Nggak!!! Aku nggak mau dengerin apa-apa lagi dari mulut kalian!!! Dasar pembohong!!! Manusia brengsek!!! AKU BENCI KALIAN!!! AKU BENCI KALIAN!!!"
Suara helaan napas berat terdengar dari mereka bertiga, merasa sangat prihatin terhadap kondisi Reno sekarang ini. Tatapan mereka pun saling bertemu, bingung harus bagaimana lagi kalau Reno sudah seperti ini. Mereka tidak tau harus berkata apa lagi kepada remaja itu, sikap Reno yang sangat marah dan sangat kecewa terhadap mereka membuat mereka jadi serba salah juga.
Hingga beberapa saat kemudian, remaja itu sudah terlihat lebih tenang dan diam meski raut wajahnya masih menunjukkan kemarahan. Ia melepaskan dirinya dari tangan Bayu dan Arsyad yang memegangnya, lalu remaja itu duduk di hamparan pasir, sambil mengusap air matanya yang masih mengalir.
"A-aku mau pulang..." lirihnya dengan suara yang sangat serak dan gemetar.
Mendengar itu, tentu jadi kesempatan bagi mereka untuk membawa Reno kembali ke hotel.
"O-oke, kita balik ke hotel dulu ya Ren? Kamu udah menggigil, tangan kamu juga berdarah gitu. Kita ke hotel dulu ya baru besok kita pulang?" bujuk Bayu.
Tanpa menoleh atau mengatakan apa-apa lagi, remaja itu mengangguk pelan.
Mereka bertiga bernapas lega, karena akhirnya Reno mau kembali. Dengan segera, mereka membawa Reno kembali ke hotel dan menuju ke kamar mereka.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di kamar. Reno tidak mengeluarkan sepatah kata kepada mereka sejak tadi, melirik pun tidak. Ia hanya diam tak berkata, berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan juga tangannya, serta ia minum karena tenggorokannya sangat-sangat kering akibat ia menangis serta berteriak keras seperti tadi.
Setelah itu ia berjalan menuju ke balkon, melewati pecahan gelas yang tadi dibanting oleh Danu. Remaja itu hanya diam meski kakinya menginjak pecahan beling itu, seperti beling itu tidak ada di sana. Lagi-lagi ia melakukan hal yang sama, yakni duduk terdiam sambil menangis, dengan tatapan kosong yang lurus ke depan.
"Gimana nih? Saya nggak pernah liat Reno semarah dan sekecewa itu..." ucap Arsyad bingung. Ia benar-benar tidak sanggup melihat Reno yang seperti itu.
"Saya coba ngomong dulu ya sama Reno, kayaknya dia udah lebih tenang dari sebelumnya. Semoga aja dia mau dengerin kali ini" sahut Bayu.
Arsyad dan Danu pun mengangguk, karena mereka berdua juga sudah tidak tau harus apa. Jadinya mereka mencoba menyerahkan ini kepada Bayu.
"Ren..." panggil Bayu setelah ia sampai di balkon. Bibirnya tersenyum tipis, bermaksud agar Reno melihat ke arahnya. Namun remaja itu diam, seakan kehadiran Bayu tidak pernah ada.
Kembali ia menghampiri Reno, duduk di sebelahnya meski ada jarak di antara mereka. Bayu tau kalau dirinya yang bersalah atau taruhan ini, jadinya ia mencoba untuk menyelesaikan masalah yang ia buat sendiri.
"Ren, Mas mau minta maaf sebanyak-banyaknya sama kamu. Kamu dengerin dulu ya penjelasan Mas?" tanya Bayu lembut. Namun lagi-lagi Reno tidak menjawab apa-apa, membuat Bayu menghela napasnya kasar.
Karena Bayu berpikir Reno tidak akan menjawab kalau ia bertanya, jadnya ia mencoba menjelaskan saja. Meski Reno diam, ia yakin kalau Reno pasti mendengarkan.
"Semua yang kamu denger itu bener, soal kita yang taruhan dan soal kamu yang jadi objek taruhannya. Mas tau Mas salah, makanya Mas mau minta maaf. Kalau kamu mau marah, ya silakan. Kamu mau bentak, mau pukul, mau maki-maki Mas atau apapun itu, ya silakan, Mas akan terima" jelas Bayu selembut mungkin.
"Bagus kalau sadar" sahut Reno datar tanpa menoleh.
"Tapi satu hal yang harus kamu tau Ren, kita itu tulus sayang dan bener-bener cinta sama kamu. Mas maklum kamu marah, karena emang nggak seharusnya Mas ngajakin taruhan seperti itu, dan Mas pun nggak kepikiran sampai sejauh ini. Mas mikirnya gini, kita taruhan karena kita ingin kamu jadi milik salah satu dari kita Ren, jadinya kita berlomba-lomba buat dapetin kamu. Soal menyatakan cinta itu ya bener adanya Ren, kita beneran cinta sama kamu" jelas Bayu lagi.
Reno menoleh sekilas ke arah Bayu, raut wajahnya tetap datar dengan tatapan mata kosongnya.
"Udah sandiwaranya? Pembohong" ucap Reno. Kembali ia menatap lurus ke depan setelah mengatakan itu.
"Seharusnya dulu aku sama Bapak nggak usah nolongin kalian waktu kalian kecelakaan hari itu, biar nggak ada yang nyelametin dan kalian mati di tempat. Aku benci kalian, sampai mati aku nggak akan maafin kalian" ucap Reno serius.
Mata Bayu terbelalak kaget, ketika ia mendengar Reno berbicara seperti itu. Dadanya terasa seperti tertusuk tombak, yang membuat dirinya sesak napas. Mendengar Reno yang mengatakan 'kalian mati', membuat air mata Bayu mengalir begitu saja tanpa seizin pemilik air mata itu sendiri.
Perlahan Bayu berdiri dari duduknya, menatap teduh ke arah Reno untuk sesaat. Lalu pria itu pergi dengan rasa sesak serta rasanya kecewanya terhadap remaja yang sangat disayanginya itu.
* * *