Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 57 - Hadiah terindah

Chapter 57 - Hadiah terindah

Hari masih pagi dan waktu baru menunjukkan pukul 10. Pantai tidak terlalu ramai dan tentunya tidak sepi juga, rasanya ini adalah waktu yang pas bagi Reno untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan olehnya.

Sekarang mereka sedang berjalan di pantai, mengekor di belakang Reno yang menuntun mereka. Tempat yang dipilih Reno tidak jauh dari hotel, karena hanya memerlukan waktu kurang dari lima menit bagi mereka untuk duduk di hamparan pasir yang Reno mau. Mereka duduk melingkar layaknya anak SD yang ingin bermain permainan tradisional.

"Duduknya harus melingkar banget ya?" tanya Danu.

"Iya Dek. Ini tinggal kasih lilin terus bikin lingkaran sama bintang, kita jadi sekte sesat ini..." sahut Arsyad.

Reno tertawa kecil, sambil memberikan senyumannya kepada mereka. "Ya harus melingkar lah, kalo berjejer nanti nggak keliatan" jelas Reno.

Setelah duduk dan mendapatkan posisi yang pas, remaja itu menghembuskan napasnya secara perlahan. Mereka bertiga penasaran dengan apa yang akan Reno katakan, jadinya mereka menatap Reno dengan serius.

"Sebelumnya, aku di sini mau minta maaf, seribu maaf buat Bang Arsyad, Mas Bayu, dan Pak Danu. Semalem, aku nggak seharusnya ngebentak dan teriak-teriak gitu sama kalian, nggak seharusnya juga aku ngomong-ngomong kata kasar ke kalian. Bahkan kata yang lebih buruk lagi keluar ke Mas Bayu. Maaf, aku bener-bener nggak bisa kontrol emosi aku semalem" ujar Reno penuh penyesalan.

Reno menarik napasnya, lalu kembali menatap mereka bertiga bergantian. "Sebenernya, itu juga jadi alasan kenapa aku lebih sering kabur dari masalah daripada menyelesaikan masalah."

"Aku udah sering cerita sama Bang Arsyad, soal aku yang sering kena masalah di sekolah. Kadang karena ulah aku sendiri, kadang juga nggak, tapi lebih banyak karena ulah berandalan sekolah yang kurang suka sama aku. Aku nggak bisa kontrol emosi kalau udah marah, terlebih kalo ada yang ngatain soal Bapak sama Ibu, aku pasti marah besar kalo mereka dibawa-bawa."

"Aku nggak ada masalah dibilang pengecut, banci, cemen, atau apapun itu, aku nggak peduli. Yang penting aku nggak sampai nyakitin perasaan orang lain karena kata-kata yang keluar dari mulut aku."

Dengan punggung tangan, Reno mengusap air matanya yang sudah mengalir lagi. Ia tidak tau kenapa tiba-tiba saja ia menangis, air matanya selalu berhasil lolos tanpa seizinnya.

"Dek, nggak apa-apa, kita paham kok. Soal kejadian semalem ya emang udah terjadi, mau diapain juga udah nggak bisa diubah lagi. Untuk kedepannya dijadikan pelajaran aja, buat kita dan buat kamu juga. Kita sama-sama belajar dari kesalahan, oke?" usul Arsyad penuh pengertian.

Reno mengangguk pelan, setuju dengan apa yang dikatakan Arsyad.

"Iya Bang, aku paham. Tapi sebenernya aku nggak pengen omongin itu, karena di sini aku pengen jawab pertanyaan kalian yang seharusnya aku jawab kemarin, kayak yang tadi aku bilang" ujar Reno.

"Kamu serius Ren? Bakal ada yang diterima kali ini? Kita nggak maksa lho misal kamu nggak mau pacaran sama kita" imbuh Bayu. Meski sudah jauh lebih baik, namun ia masih cemas dengan kondisi Reno.

"Iya Ren. Kalo kamu jawab ulang karena rasa bersalah kamu, ya sama aja. Mending nanti-nanti aja, kamu pikir-pikir lagi dulu" tambah Danu.

"Nggak Mas, Pak, aku nggak apa-apa kok. Kali ini aku serius mau jawab pertanyaan kalian yang kemarin. Kali ini juga, akan ada yang aku terima" ucap Reno serius. Manik matanya melihat mereka bertiga bergantian, sambil memperlihatkan senyuman manisnya. "Siap ya?"

Arsyad, Bayu, dan Danu saling tatap untuk sesaat, bingung dan khawatir juga terhadap Reno. Mereka bukannya tidak mau kalau Reno menjawab dengan sungguh-sungguh, mereka hanya tidak mau kalau Reno menjawab semua itu dengan paksaan karena rasa bersalahnya kemarin. Namun dari Reno sendiri tidak ada paksaan sama sekali, dan wajah remaja itu yang terlihat sangat menyakinkan akhirnya bisa membuat mereka bertiga menganggukkan kepalanya.

Perlahan Reno menghembuskan napasnya dan menariknya lagi dalam-dalam. Tatapan matanya teduh melihat kepada mereka bertiga. Bibirnya tersenyum tipis, saat ia melihat wajah mereka bertiga yang sedang menunggu jawaban dari dirinya.

"Sebelumnya, aku bener-bener berterima kasih sama kalian bertiga karena udah mau tulus sayang sama aku, memperlakukan aku dengan sangat baik, dan kalian selalu ngertiin kondisi aku yang kayak begini. Sebenernya sih aku pengen kalian buat nyatain cinta lagi, tapi kayaknya nggak usah, karena aku tau kalau cinta dan sayang kalian bertiga itu tulus sama aku" ujar Reno dengan suara yang pelan.

"Jadi?" sahut mereka penasaran.

Dengan perlahan namun pasti, tangan Reno menarik tangan mereka bertiga lalu ia genggam dengan kedua tangannya yang tak lebih besar dari tangan mereka.

"Jadi, aku bersedia menerima cinta kalian. Aku menerima kalian semua untuk jadi pacar aku."

Sesuai dugaannya, wajah mereka bertiga terlihat kebingungan dan keheranan. Mereka tidak paham apa maksud jawaban Reno tadi.

"Ma-maksudnya gimana Ren? Mas nggak ngerti?" tanya Bayu sambil menggaruk kepalanya.

"Maaf Mas, aku nggak bisa milih di antara kalian bertiga. Bang Arsyad, Mas Bayu, atau Pak Danu. Aku bener-bener nggak bisa dihadapkan sama pilihan itu. Untuk jalan tengahnya, aku putuskan untuk menerima cinta kalian bertiga, semuanya" jelas Reno.

"Ja-jadi kamu mau pacaran sama kita bertiga? Gitu?" Kini Arsyad yang bertanya.

"Iya, kita semua pacaran. Ini keputusan terakhir aku, nggak ada jawab ulang lagi. Misal ada yang nggak terima atau nggak mau jalanin hubungan begini, ya aku bakal tolak semuanya. Pilihannya cuma pacaran bareng-bareng atau nggak sama sekali, udah itu aja" jelas Reno lagi.

"Boleh kita bertiga obrolin ini dulu Dek?"

"Boleh, silakan."

Tanpa melepas genggaman tangan Reno, mereka mulai berdiskusi. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, mereka hanya berdiskusi lewat tatapan mata mereka saja. Mungkin semacam telepati, karena mereka sudah berteman sangat lama dan jadinya mereka bisa memahami dari tatapan saja.

Tak lama, mereka bertiga kembali menatap Reno. Dengan hati yang berdebar, Reno mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban dari mereka.

"Oke, kita setuju" jawab mereka bersamaan.

Mata Reno seperti berbinar, saat mendengar jawaban dari mereka. Hati yang sudah berdebar, semakin berdebar lagi karena ia tidak percaya dengan jawaban dari mereka.

"Be-beneran kan?!" ucapnya penuh harap.

"Kita udah sejauh ini Ren, masa iya bohongan?" sahut Danu, yang diikuti oleh anggukan Arsyad dan juga Bayu.

"Be-berarti ki-kita udah pa-pacaran?" Terlihat Reno sangat gugup dan girang di saat yang bersamaan, sampai-sampai ia sulit berkata dengan lancar.

"Iya" jawab mereka bertiga.

Bibir Reno tersenyum lebar, begitupun dengan mereka bertiga. Lalu remaja itu memalingkan sejenak wajahnya, karena ia merasa tersipu dan juga malu kepada mereka bertiga.

Mata Danu yang tak henti-hentinya menatap Reno, tiba-tiba saja tersadar kalau Reno tidak memakai kalung yang sudah ia berikan kemarin. Padahal jelas-jelas ia sudah melihat Reno memakai kalung itu.

"Ren, kamu kok nggak pake kalung yang saya kasih? Kalungnya dikemanain?" tanya Danu heran.

"Eh iya, gelang yang Abang kasih kok nggak ada juga Dek?" tanya Arsyad juga.

"Hm... cincin yang Mas kasih juga nggak ada nih" imbuh Bayu juga.

Reno yang awalnya tersipu, tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi panik dan karena ia baru sadar apa yang sudah ia perbuat malam itu. Remaja itu semakin memalingkan wajahnya dari mereka, tidak berani menatap karena takut dimarahi oleh mereka bertiga.

"A-anu... hehe" ucap Reno penuh keraguan. "Bang, Mas, Pak... barang-barang yang kalian kasih semalem itu... a-aku... buang ke laut... hehehe."

Memberanikan diri, akhirnya Reno menoleh dan melihat ekspresi wajah mereka bertiga. Ia menelan ludahnya, karena raut wajah mereka sulit diartikan.

Tidak bisa berkata-kata, itu adalah reaksi mereka bertiga. Arsyad, Bayu, dan Danu hanya menghela napasnya kasar, setelah mengetahui kalau Reno membuang barang yang sudah mereka berikan itu.

Kini Reno menundukkan kepalanya, karena tidak ada jawaban dari mereka bertiga. "Maaf... nanti aku ganti pake uang tabungan aku" ucapnya penuh penyesalan.

Kembali mereka menghela napas.

"Lain kali jangan suka buang-buang barang gitu ya Dek? Bukannya Abang perhitungan apa gimana, tapi gelang yang Abang kasih itu harganya nggak murah. Kamu sendiri juga sering bilangin Abang untuk nggak buang-buang uang kan?" Arsyad bermaksud menasihati Reno.

"Ya, bukan masalah uang atau harganya. Tapi itu barang pemberian, terlebih kita ngasih sebagai bukti cinta kita. Saya harap kamu bisa lebih menghargai pemberian dari orang ya Ren" imbuh Danu juga menambahi.

Reno masih tertunduk, kepalanya mengangguk pelan tanda kalau ia paham apa yang dinasihati oleh Arsyad dan juga Danu.

Sementara itu Bayu hanya tersenyum simpul saat Reno merasa sangat bersalah akan hal itu, yang mana malah membuatnya semakin yakin dan semakin sayang kepada remaja imut itu. Kemudian Bayu menarik tubuh Reno dan memeluknya erat, agar Reno tidak terlalu memikirkan hal itu.

"Mas juga tau kalau barang kita kasih itu nggak murah, dan yang Arsyad sama Danu bilang itu ada benernya juga. Tapi terlepas dari itu, terima kasih karena kamu mau nerima kita lagi, terima kasih juga karena kamu udah mau maafin kita." Kemudian Bayu menatap lekat-lekat wajah Reno, kedua tangannya membingkai di wajah remaja itu. "Mas yakin, harga maaf dari kamu jauh lebih mahal dari harga barang yang kita beli itu. Jadi nggak usah pusing dan nggak usah ganti ya, nanti kita beli lagi yang baru."

"Mas..." ucap Reno terharu. Segera ia membalas Bayu dengan pelukan yang erat, dan tanpa ia sadar air matanya sudah menetes keluar saking terharunya.

~ ~ ~

Dengan mata yang terus terbuka serta hati yang terus berdebar, terlihat Reno sangat gembira sekali setelah kejadian di pantai tadi.

Remaja itu masih tidak percaya dengan apa yang sudah ia katakan tadi, lebih tidak percaya lagi karena mereka bertiga benar-benar mau berpacaran dengan dirinya ini. Kapan lagi kan bisa memiliki tiga pacar sekaligus yang super duper ganteng dan maskulin serta tajir melintir? Beruntung sekali dirinya itu.

Sekarang Reno sedang berada di kamar, ia hanya seorang diri di dalam sana. Arsyad, Bayu, dan Danu bilang kalau mereka sedang ada urusan dahulu, sekaligus mengurus administrasi hotel juga. Ia tidak terlalu memusingkan apa yang sedang mereka lakukan, yang terpenting baginya sekarang adalah fakta yang mengatakan kalau ia dan mereka bertiga sudah menjalin hubungan.

Saat sedang asik berguling-guling di kasur, terdengar suara pintu kamar diketuk. Reno memutar kedua bola matanya malas, karena merasa terganggu ketika ia sedang menikmati kesenangannya itu. Ia berpikir untuk melanjutkan guling-gulingnya itu nanti, jadi segera ia beranjak dari kasur dan membukakan pintu kamar.

Clek...

"Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday, happy birthday... Reno!"

Melihat ketiga pria yang disayanginya membawa sebuah kue coklat dengan lilin berangka 18, membuat mata Reno langsung berkaca-kaca. Ia mengira kalau mereka bertiga lupa dengan hari ulang tahunnya, namun nyatanya tidak. Mereka malah menjadi orang yang memberi kejutan untuk dirinya di hari yang sangat spesial ini.

"Tiup lilin ya Dek, make a wish dulu sebelum ditiup" ucap Arsyad.

Reno mengangguk mengiyakan, lalu ia memejamkan matanya untuk berdoa di dalam hatinya.

"Tuhan, terima kasih banyak atas semua ini. Di usia yang ke-18 ini, hadiah yang Kau berikan sangat luar biasa. Tiga orang yang menyayangi dan mencintaiku dengan tulus, adalah hadiah terindah dan terbaik yang pernah aku dapatkan. Meski terdengar mustahil, hamba berharap Kau mengizinkan kami untuk saling mencintai hingga ajal menjemput nanti. Amin!" Setelah mengucapkan itu dalam hatinya, Reno langsung meniup lilinnya.

"Sekarang potong kuenya!" seru Danu. Ia langsung memberikan pisau khusus kue kepada Reno, tak lupa juga piring plastik yang sudah mereka siapkan sejak tadi.

Kembali Reno mengangguk mengiyakan, segera ia mengambil pisau dan piring yang sudah disodorkan oleh Danu. Namun tiba-tiba saja tangan Bayu menarik kembali pisau dan piring itu, membuat Reno dan Danu kebingungan.

"Potong kuenya nanti dulu ya Ren, karena sekarang kita mau ngasih hadiah dulu ke kamu" jelas Bayu.

Pria gagah itu mengeluarkan sebuah kotak hitam yang mirip dengan kotak hitam yang kemarin ia perlihatkan juga kepada Reno, hanya saja kali ini ukurannya sedikit lebih besar. Setelah dibuka, ternyata ada cincin berwarna putih keperakan. Jumlahnya bukan satu, melainkan ada empat sekaligus.

"Kali ini kita akan serius untuk jalin hubungan sama kamu Ren. Walau terkesan aneh karena umur kita lumayan beda jauh dan kita sama-sama laki-laki, tapi Mas rasa nggak masalah. Yang penting kita udah tau kalo kita itu saling sayang, saling cinta, saling butuh satu sama lain. Cincin ini udah terukir inisial nama kita berempat, dan cincin ini juga sebagai tanda kalau kita udah punya hubungan yang spesial. Kamu mau kan pakein buat kita Ren?" ujar Bayu lagi.

Dengan mata yang berair karena penjelasan Bayu, Reno menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Ia mengambil kotak cincin itu dan memakaikan cincin satu per satu di jari manis mereka.

Memang terkesan berlebihan karena mereka hanya pacaran dan bukan menikah. Tapi dalam cinta, tidak ada yang namanya berlebihan. Semua itu mereka lakukan karena mereka memang sayang dan cinta kepada remaja itu, sekaligus juga bukti kalau mereka benar-benar ingin serius menjalin hubungan dengan remaja itu.

Hingga ketiga cincin di jari manis pria gagah itu sudah terpasang, Reno mendongak untuk melihat wajah mereka bertiga dengan senyum tipisnya.

"Sekarang kamu pilih, siapa yang pakein cincin buat kamu ini ya Dek" ucap Arsyad.

"Em... Pak Danu aja deh" jawab Reno.

Dengan senang hati, Danu mengambil cincin berukuran lebih kecil yang dikhususkan untuk Reno.

Saat Danu memakaikan cincin itu, entah mengapa jantung Reno berdebar sangat cepat. Kemarin saat Bayu memakaikan cincin untuk dirinya, ia tidak segugup dan jantungnya tidak berdebar secepat ini. Entah mengapa hari ini rasanya sangat berbeda.

"Cincinnya jangan dibuang lagi ya Ren?" pinta Danu kepada remaja itu. Senyum tipisnya seakan sedang mengejek Reno.

Reno tersenyum lalu memukul pelan perut Danu, kemudian ia menatap lekat wajah Danu. "Iya Pak, nggak akan aku buang lagi.

Lalu ia memeluk erat tubuh mereka bertiga, dan tak lama air matanya langsung menetes membasahi pipinya. Ia sangat senang, sekaligus terharu karena tidak menyangka semua ini benar-benar terjadi.

Remaja itu mendongak, menatap teduh mereka bertiga secara bergantian.

"Terima kasih Bang Arsyad, Pak Danu, Mas Bayu. Hari ulang tahun ini, adalah hari yang nggak akan pernah aku lupain. Kalian bertiga, adalah hadiah terindah yang pernah aku dapatkan."

* * *