Pagi hari, mata Reno terbuka dengan sendirinya karena ia sudah bangun dari tidurnya. Ketika duduk ia langsung sadar kalau dirinya berada di dalam kamar, padahal ia yakin sekali kalau semalam ia ketiduran di balkon. Di kamar juga hanya ada Reno seorang diri.
Kepalanya menoleh ke kiri ke kanan melihat sekitar, dan ternyata ia tidak seorang diri. Terlihat Arsyad, Bayu, dan Danu tidur di satu ranjang bersamaan. Mereka bertiga seperti ikan pepes yang berjejer, karena kasur hanya diperuntukkan untuk dua orang.
"Bang? Mas? Pak? Kenapa pada di kasur itu? Kan di kasur ini masih muat?" heran Reno.
Mereka bertiga yang sedang bermain hp, sontak menengok ke arah Reno. Raut wajah mereka sulit diartikan dengan tatapan mata yang sulit diartikan juga. Hal itu membuat Reno mengerutkan dahinya, bingung dengan ekspresi mereka.
Arsyad, Bayu, dan Danu. Mereka bertiga memang salah untuk hal taruhan itu, namun mereka hanya melakukan itu untuk membuktikan cinta mereka kepada Reno. Tetapi karena kesalahpahaman, sikap Reno berubah drastis, yang membuat mereka mendapatkan bentakan dan cacian dari remaja itu. Semalam, rasanya Reno bukan seperti Reno yang mereka kenal.
Terlebih ketika semalam, Bayu kembali dari balkon dengan tatapan kosongnya dengan air mata yang sudah menetes. Padahal Arsyad dan Danu tau kalau Bayu jarang sekali bahkan hampir tidak pernah meneteskan air matanya, yang membuat mereka bertanya-tanya mengapa Bayu menangis.
Bayu menjelaskan mengapa ia meneteskan air matanya, rasanya benar-benar sedih ketika Reno berkata kalau remaja itu menginginkan mereka bertiga mati. Meski pikiran mereka bisa memaklumi kondisi Reno, namun hati dan perasaan mereka tidak bisa memakluminya. Rasa sedih dan kecewa muncul tepat sesaat setelah mendengar Reno berkata seperti itu.
Tidak ada jawaban dari mereka, membuat Reno gelisah dan berpikir. Hingga bola matanya melebar dan jantungnya berdetak lebih cepat, saat ia sadar kalau semalam ia sudah berkata-kata hal yang tidak pantas kepada mereka, terlebih kepada Bayu saat mereka berdua berada di balkon semalam.
Reno beranjak dari kasurnya, melompat ke lantai dan berlari menuju ke arah balkon. Di sana Reno kembali termenung, bingung harus bersikap bagaimana setelah kelakuannya semalam yang di luar kendali.
Suara keras dari pintu balkon membuat mereka bertiga sadar kembali dari lamunannya, kemudian mereka kembali saling tatap karena bingung.
"Reno kenapa lagi?" heran Danu. Raut wajahnya cemas, ia sangat mengkhawatirkan kondisi Reno.
"Nggak tau Dan, saya juga bingung" sahut Arsyad yang sama cemasnya dengan Danu.
Kemudian tatapan mereka berdua berpindah, menjadi menatap ke arah Bayu. Terlihat Bayu hanya diam dan bermain hpnya, karena pria itu ingin menyingkirkan pikirannya yang tidak menentu.
"Bay, ayolah jangan gitu. Jangan marah sama Reno ya?" bujuk Arsyad, ia tau apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu. "Semalem Reno lagi marah besar Bay, mungkin itu jadi alasan kenapa omongannya nggak jadi gitu. Kita juga gitu kan kalau marah? Apalagi ini, terlebih semalem kita ngomongin soal masalah perasaan, soal cinta."
Meletakkan hpnya sejenak, Bayu menyandarkan kepalanya dan menghela napas kasar.
"Saya nggak marah Syad, saya cuma sedih, saya kecewa karena Reno bilang gitu semalem. Saya tau dia lagi marah, tapi saya nggak bohong, kata-katanya semalem berhasil tembus ke hati saya" jelas Bayu.
"Terus gimana? Saya juga bingung Bay, saya bingung harus bersikap gimana sama Reno. Tapi masa iya kita mau marah-marahan gini, diem-dieman gini? Mau sampe kapan?" balas Arsyad.
"Nggak tau Syad, otak saya lagi nggak bisa dipake" jawab Bayu seadanya.
Arsyad menghembuskan napasnya, menatap iba ke arah Bayu yang perasaannya sedang tidak karuan. Sementara Danu hanya diam, sedang memikirkan sesuatu di dalam kepalanya.
Tak lama Danu beranjak dari kasurnya, berjalan menuju ke arah balkon. Meski rasanya enggan, namun hatinya selalu berkata kalau ia khawatir dengan kondisi Reno. Ia tidak suka melihat remaja itu menangis seperti semalam, rasanya benar-benar mengerikan jika matanya melihat pemandangan tersebut.
Krek...!
Membuka pintu balkon, berjalan keluar dan menutup pintunya lagi. Danu menatap ke arah Reno, yang kebetulan sedang menatap ke arahnya juga karena pintu balkon dibuka. Terlihat remaja itu sudah meneteskan air matanya, dengan raut wajah yang kebingungan dan juga khawatir di saat yang sama.
"Pak Danu..." lirih Reno. Air matanya semakin mengalir keluar, saat ia melihat Danu. Segera remaja itu menghampirinya, memeluk erat tubuh Danu. "Maaf, maaf... maafin aku Pak... semalem aku nggak maksud begitu... maafin aku, maafin aku."
Perasan Danu seketika saja terasa lega, ia bisa bernapas seperti tidak ada beban setelah mendengar Reno berkata seperti itu. Dalam hal ini memang ia yang salah, namun ia lega karena Reno sudah tidak marah lagi layaknya semalam.
"Udah nggak apa-apa, kamu nggak salah. Kita bisa maklum kenapa kamu begitu semalem." Danu mengeratkan pelukannya kepada Reno, memberikan beberapa kecupan itu pucuk kepalanya. "Kita ke dalem ya Ren? Kita omongin baik-baik dulu biar nggak ada salah paham lagi?"
"Tapi... Mas Bayu..." ucap Reno ragu-ragu.
Ia merasa sangat bersalah, ketika otaknya kembali memutar kejadian saat ia mengatakan hal yang tidak seharusnya kepada Bayu. Hal yang ia katakan semalam rasanya sangat-sangat jahat, lebih jahat daripada kata kasar yang ia lontarkan juga. Reno menggigit bibir bawahnya, merasa ragu dan takut karena ia merasa bersalah sekali kepada Bayu.
"Bayu nggak apa-apa, dia bisa paham kenapa kamu ngomong begitu. Kita ngomong baik-baik ya Ren, saya mohon?" ulang Danu lagi. Ia ingin menjelaskan semuanya, agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi di antara mereka.
Dengan ragu-ragu, Reno menganggukkan kepalanya. Segera ia berpindah posisi menjadi bersembunyi di belakang Danu ketika pria itu membuka pintu balkon.
Krek...!
Pintu balkon terbuka, memperlihatkan langsung antara Reno dan Danu dengan Arsyad dan Bayu. Keempat dari mereka saling tatap, terutama antara Reno dan Bayu. Kedua dari mereka hanya terdiam, saling tatap dan tidak memalingkan tatapan mereka sama sekali.
Hingga saat Reno kembali teringat akan kejadian semalam dan ia teringat wajah Bayu yang kecewa, membuat ia melepaskan pelukannya dari Danu dan berlari ke arah Bayu yang sedang duduk di tepi kasur.
Ketika dirinya dan Bayu sudah berpelukan, air matanya langsung mengalir begitu saja. Hatinya bergemuruh dan tangisannya semakin menjadi ketika Bayu membalas pelukannya.
"Maaf Mas, maafin aku, maaf, maaf" ucap Reno gemetar di sela tangis sesegukannya. "Aku nggak maksud bilang begitu ke Mas, aku nggak maksud Mas... maaf, maaf, maafin aku."
"Mas udah maafin kamu Ren, Mas harap kamu juga mau maafin kesalahan Mas sama kamu" balas Bayu. Bibirnya tersenyum simpul, matanya juga sudah berkaca.
"Aku udah maafin Mas, aku udah maafin kalian, sekarang giliran aku yang minta maaf. Maaf kalau semalem aku ngomong begitu, aku mau narik ucapan aku, maaf..."
"Cup... cup... udah nggak apa-apa Ren. Makasih karena kamu udah mau maafin Mas."
Bayu semakin memeluk Reno erat, sambil menciumi pucuk kepala Reno. Hatinya lega, karena ia bisa kembali merasakan kalau Reno benar-benar tulus memaafkan dan meminta maaf. Begitu pula dengan Arsyad dan Danu, mereka ikut lega ketika melihat pemandangan mengharukan itu.
~ ~ ~
Hingga beberapa saat kemudian, terlihat mereka berempat sudah tiduran di satu ranjang sama, dengan Reno yang masih memeluk Bayu erat. Sampai saat ini remaja itu masih menangis, meski saat ini ia sudah tidak sesegukan seperti sebelumnya.
"Dek, udah dong nangisnya. Janganl nangis terus, Abang ikut sedih kalo kamu nangis terus" ucap Arsyad yang sedang memperhatikan Reno. Ia tidak tega melihat adik kesayangannya itu terus menangis.
Reno yang masih memeluk Bayu, hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku baru berhenti nangis kalau Mas Bayu udah maafin aku" ucapnya. Lalu kepalanya mendongak ke atas untuk melihat wajah Bayu. "Mas masih marah kan sama aku?"
"Perasaan Mas nggak bilang kalau Mas marah?" heran Bayu sambil terkekeh. "Lagian Mas juga udah maafin kamu, Mas bisa maklum kamu bicara begitu. Walau ya, semalemam Mas kepikiran soal ucapan kamu itu. Tapi sekarang udah nggak apa-apa, Mas udah lega."
Bayu memberikan senyum simpulnya kepada Reno, sementara Reno hanya menatap pria itu sambil memanyunkan bibirnya. Kembali ia bersandar di dada bidang milik Bayu, memeluknya erat dengan maksud agar Bayu tidak marah kepadanya.
Tak lama, remaja itu melepas pelukannya dari Bayu, lalu duduk di atas kasur sambil melihat ke arah mereka bertiga. Tiba-tiba saja ia teringat kalau ada hal yang harus dibicarakan, karena ia tidak mau menyesal nantinya.
"Bang, Mas, Pak..." panggil Reno lembut. "Apa aku boleh ngomong serius sama kalian?" tanya Reno.
Mereka bertiga ikut duduk, karena melihat Reno serius dengan perkataannya.
"Mau ngomong apa?" tanya mereka.
"Apa aku boleh minta sesuatu sama kalian?" tanya Reno balik.
Mereka bertiga saling tatap untuk sesaat, yakin tidak yakin akan permintaan Reno.
"Mau minta apa?"
"Izinkan aku menjawab lagi pertanyaan dari ungkapan cinta kalian kemarin, kali ini akan ada yang aku terima."
* * *