Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 23 - Hari yang menyenangkan

Chapter 23 - Hari yang menyenangkan

Reno sedang duduk di kursi meja makan, tentu bersama dengan ketiga pria yang sudah bersamanya sejak tadi. Matanya terus melirik ke pria yang duduk di sebelahnya, pria blasteran yang belum Reno ketahui asal-usulnya.

Pria itu memang tampan, malah lebih tampan daripada Bayu, Danu, ataupun Sigit. Saking tampannya, Reno tidak bisa berhenti untuk mencuri-curi pandang ke pria yang bernama Arsyad itu.

"Gimana Ren? Makannya enak?"

Suara Bayu sukses membuat Reno gelapan dan kaget, karena Reno sedang mencuri pandang kepada Arsyad. Lalu Reno menatap ke Bayu yang duduk di hadapannya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"E-enak kok Mas, enak banget."

Ini adalah kedua kalinya Reno memakan steak daging sapi, tapi bedanya sekarang ia makan bukan dengan Sigit. Mungkin waktu itu ia makan di restoran mahal, tapi lidah Reno yakin kalau masakan kali ini rasanya lebih enak daripada waktu itu.

"Bagus deh kalau kamu suka, soalnya ini Arsyad yang masak" jelas Bayu singkat.

Reno menoleh ke arah Arsyad secara reflek, dan Arsyad ternyata sedang melihat Reno sehingga tatapan mata mereka langsung bertemu. Sontak Reno kembali melihat ke makanannya, entah mengapa ia langsung gugup ketika melihat wajah tampan milik Arsyad.

Beberapa saat kemudian, mereka semua sudah selesai makan. Kali ini Reno makan dengan sangat lahap hingga nambah beberapa kali. Selain karena lapar, rasa makanan yang enak membuatnya ingin makan terus. Sama juga dengan mereka bertiga, semuanya makan dengan lahap hingga masakan Arsyad yang terbilang banyak bisa habis tanpa sisa.

Ketika Arsyad membereskan piring-piring bekas makanan mereka, Reno berinisiatif untuk membantu Arsyad membawa piring itu serta mencucinya nanti. Ia hanya tamu dan menumpang di sini, jadi tidak ada salahnya kalau membantu mereka.

Namun sayangnya, tangan Arsyad langsung menepis tangan Reno ketika ingin membantu mengangkut piring-piring itu juga.

"Nggak usah Ren, biar saya aja yang beresin. Kamu mending ke atas aja terus istirahat, pasti capek abis dari rumah sakit terus malemnya ke sini" ucap Arsyad tanpa melihat ke Reno.

"Aku mau bantuin, nggak enak kalo diem aja." Reno dengan cepat mengambil beberapa piring dan menumpuknya, lalu ia membawa itu ke tempat cucian piring. "Lagian aku di sini kan cuma numpang, jadi aku mau bantu-bantu sebagai ucapan terima kasih" lanjut Reno lagi.

Arsyad, Bayu, dan Danu langsung bertatapan satu sama lain ketika Reno berbicara itu. Dalam tatapan itu mereka seperti berkomunakasi, namun entah apa yang mereka bicarakan dari tatapan itu.

"Nggak boleh ngomong gitu. Kamu nggak numpang, anggap aja rumah sendiri kalau udah di sini." Arsyad menghampiri Reno, tangannya langsung meraih kepala Reno dan mengacak rambutnya lembut. "Yaudah, saya bantuin juga ya. Biar kamu nggak terlalu capek, oke?"

Reno tersenyum simpul ketika Arsyad melempar senyum kepadanya, ia juga tersenyum karena ucapan Arsyad barusan. Memangnya ada yang mencuci piring sampai capek? Kalau cuci piring sehabis kondangan mungkin iya, tapi ini kan cuci piring sehabis makan berempat. Jadi rasanya tidak akan capek sama sekali kalau mencuci piring ini sendiri juga, batinnya.

Namun karena Reno tidak berani mengucapkan itu secara langsung, jadi iya mengangguk saja. "Iya Om..." sahut Reno.

Sebelah alis Arsyad seketika saja naik saat mendengar jawaban dari Reno, ia melirik Reno dengan tatapan yang penuh tanya. "Om? Bukannya tadi saya bilang kalau saya ini abang kamu?" tanya Arsyad memastikan.

"Oh iya." Reno menepuk keningnya karena lupa, lalu ia terkekeh sambil melihat Arsyad. "Iya Om... eh Bang, maaf aku lupa, hehe..." sahut Reno agak gugup.

Mereka berdua mulai mencuci piring tadi secara bergantian, tak lupa juga Reno langsung menata kembali piring-piring itu di rak sehingga semua langsung bersih dan tidak ada yang kotor lagi. Bahkan Reno membersihkan juga meja makan tadi, hingga semua terlihat bersih sempurna dan barulah Reno naik ke lantai atas bersama dengan Arsyad.

Reno bisa dibilang sebagai orang yang perfeksionis, namun bisa juga dibilang tidak. Matanya sangat terganggu kalau melihat sesuatu yang kotor dan tidak rapih, rasanya ingin sekali ia bergerak untuk membereskan itu hingga bersih dan terlihat rapih. Namun kalau perfeksionis tentang jadwal atau hidup yang teratur rasanya Reno tidak begitu, Reno hanya bergerak sesuai dengan keinginannya tanpa ada jadwal-jadwal yang membuatnya terasa ribet.

Sesampainya di lantai atas, Bayu menuntun mereka ke kamar mereka yang letaknya tak jauh dari tangga. Posisi kamarnya pun berada tepat di samping kamar Bayu sendiri, jadi sangat berdekatan.

"Ini kamar kalian. Danu sih udah sering tidur di sini, tapi Reno kan belum. Semoga kamu suka dan nyaman ya Ren, maaf kalau agak sempit" ucap Bayu sambil menunjukkan kamar Reno dan Danu.

Lagi-lagi Reno selalu terkagum ketika melihat kamar yang bagus, karena dari dulu ia biasa melihat yang sederhana saja kalau di kampung. Meski sederhana, Reno tidak pernah protes apalagi menuntut ini itu, ia selalu bersyukur selagi masih punya rumah dan keluarga yang harmonis.

Senyuman Reno mengembang. "Sempit dari mana Mas? Luas gini kok, ada kamar mandinya juga" sahut Reno sedikit menyangkal perkataan Bayu, karena baginya kamar ini cukup luas. "Aku suka kok Mas, bagus banget."

"Syukur kalau kamu suka Ren" balas Bayu dengan senyum. "Yaudah, saya tinggal dulu ya. Selamat istirahat."

"Selamat malam juga Mas, selamat istirahat."

Kemudian Bayu menuju ke kamarnya, sementara Reno dan Danu masuk ke dalam kamar mereka. Melihat kasur yang besar membuat Reno langsung melompat dan merebahkan tubuhnya di kasur, matanya terpejam merasakan betapa nikmatnya kasur empuk ini.

Tak lama Danu ikut naik ke kasur, ia bersandar di kepala kasur sambil menatap Reno dengan senyumnya. Melihat Reno yang senyum dan senang membuat Danu ikut senang, itu semua karena ia sudah menganggap Reno sebagai adiknya sendiri.

"Suka kamu Ren?" tanya Danu.

"Suka Pak, suka banget." Reno masih membenamkan wajahnya di kasur yang empuk, sehingga suaranya sedikit teredam.

Danu mengusap lembut kepala Reno dengan tangannya, ia ikut tersenyum saat mengetahui kalau Reno benar-benar suka dengan kamar ini.

Clek...

Saat sedang asik merasakan keempukan kasur, tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar mereka yang dibuka. Secara reflek mereka menengok ke arah pintu, melihat siapa yang membuka pintu kamar mereka. Di pintu sudah ada pria tampan yang sedang tersenyum, ia sedang bersandar sambil melihat mereka berdua.

"Kamu udah mau tidur ya Ren?" tanya Arsyad.

"Belum kok Bang. Kenapa?" tanya Reno balik.

"Main PS4 yuk!" ajak Arsyad ke Reno.

Mata Reno langsung berbinar-binar ketika mendengar 'PS4'. Segera ia melompat dari kasur, lalu menghampiri pria yang mengajaknya dirinya bermain.

"Ayo Bang kita main!" girang Reno.

"Yaudah ayo." Arsyad menunjuk ruang TV yang berada tepat di depan kamar mereka, bermaksud menyuruh Reno jalan terlebih dahulu. "Saya sama Reno main PS dulu ya Dan" ucap Arsyad kepada Danu yang masih bersandar di sandaran kasur.

"Ya. Jangan kemaleman, besok Reno harus bangun pagi" sahut Danu datar.

Arsyad hanya memberikan jempolnya kepada Danu, lalu ia menutup pintu dan menyusul Reno yang sudah duduk di sofa ruang TV.

Dengan segera Arsyad menyalakan TV dan juga PS tersebut, bermaksud agar mereka langsung bermain. Sementara Reno berfokus pada TV tipis yang ukuran layarnya sangat besar, berbeda sekali dengan TV miliknya yang masih bermodel tabung tebal dan layarnya tidak besar.

"Ayo Bang main!" ucap Reno yang tak sabar ingin bermain PS4.

"Iya Ren sabar, kan harus dinyalain dulu" sahut Arsyad dengan senyum.

Setelah mencolok-colok kabel dan juga keperluan lainnya, akhirnya TV menyala dengan tampilan PS yang berarti PS itu sendiri sudah menyala dan terhubung. Lalu Arsyad mengambil stik PS untuknya dan juga untuk Reno.

"Kamu udah pernah main PS4 belum?" tanya Arsyad.

"Udah Bang, tapi baru sekali atau dua kali gitu" jawab Reno.

"Main di mana?"

"Di rental PS4, main sama temen waktu itu."

Reno memang sudah pernah main PS4 di rental bersama dengan Icha dan juga Yoga. Meski Icha perempuan, ia menyukai game dan bisa seru-seruan layaknya anak laki-laki. Terkadang pun mereka sering main warnet bersama saat kelas 10, namun ketika naik kelas 11 mereka lebih sering kumpul untuk ngobrol dibandingkan untuk main PS atau warnet.

"Main apa aja di sana?"

"Em..." Reno berpikir sejenak. "Main bola sama apa ya namanya, Naruto-Naruto gitu lah. Judul lengkapnya aku nggak tau."

"Mau main itu?"

"Mau-mau!!!"

Reno benar-benar senang bukan main. Saat itu ia dan Icha serta Yoga hanya mencoba-coba main karena mereka bertiga memang belum pernah main PS4, hasilnya pun seru hingga mereka main di rental sampai empat jam lebih. Terakhir kali Reno bermain PS4 adalah saat ia kelas 10, jadinya ia sangat senang dan ingin bermain PS4 lagi.

Sambil menunggu game, Arsyad pun menjelaskan bagaimana cara bermainnya karena Reno sudah lupa dengan cara mainnya. Arsyad menjelaskan dengan sangat-sangat lengkap dan bahasanya cukup sulit Reno mengerti meski ia masih menggunakan bahasa Indonesia, jadi Reno hanya mengangguk-angguk saja dan mencoba mengingat-ngingat cara mainnya.

Ketika permainan sudah dimulai, mereka berdua terlihat sangat menikmati permainan Naruto itu. Terlebih Arsyad, ia sudah sangat lihai bermain game ini. Jadi ia membiarkan Reno menang dahulu.

Arsyad tertawa kecil ketika dirinya kalah dengan disengaja. "Hebat kamu Ren, Abang sampe kalah. Kalau mainnya taruhan gimana? Yang kalah dipakein bedak?" usul Arsyad.

"Ayo, siapa takut!" sahut Reno dengan percaya diri.

Tak lama Arsyad mengambil bedak dan sudah disiapkan di meja. Lalu mereka kembali bermain dengan taruhan yang sudah disepakati.

Reno yang awalnya tersenyum, lama-lama menjadi cemberut karena Arsyad terus-menerus menang dan tidak penah kalah satu kali pun. Meski karakter bahkan game sudah diganti, namun hasilnya tetap Arsyad yang menang dan Reno yang kalah. Karena taruhan tadi, Arsyad sudah mencoret-coret wajah Reno dengan bedak.

"Udahan ah Bang, aku kalah mulu" kesal Reno yang wajahnya sudah banyak bedak yang tak beraturan.

"Haha, Abang jago kan?" ucap Arsyad dengan bangga.

Reno menoleh ke Arsyad, tatapannya sedikit sinis sambil memanyunkan bibirnya karena ia kalah terus. "Kalo jago ya ngalah atuh Bang, masa nggak mau ngalah sama anak kecil."

Ketika Reno berkata seperti itu, relfek saja Arsyad mencubit pipi Reno karena gemas. Ia yang sudah mengidam adik laki-laki dari dulu, akhirnya bisa tersampaikan karena kehadiran Reno. "Uluh-uluh, lucu banget sih kamu Ren" gemas Arsyad sambil mencubit pipi Reno.

Reno hanya diam pasrah dan karena ia masih kesal terhadap Arsyad. Matanya yang hampir tertutup, kembali terbuka ketika ia melihat jam dinding yang waktunya sudah menunjukkan pukul 11 malam lewat.

"Eh udah jam 11 malem lewat Bang" ucap Reno sambil menunjuk ke arah jam dinding, membuat Arsyad langsung menoleh ke jam dinding yang ditunjuk Reno.

"Wah cepet banget, nggak terasa" sahut Arsyad. "Yaudah kamu tidur sana, biar besok nggak kesiangan. Biar Abang aja yang beres-beres nanti."

"Yaudah, aku tidur dulu ya Bang. Selamat malam."

"Selamat malam juga Ren."

Selesai mengucapkan selamat malam, Reno berlari kecil ke kamarnya. Danu yang sedang duduk di atas kasur sambil sibuk dengan laptopnya, akhirnya menyadari kehadiran Reno yang baru masuk ke dalam kamar.

Sebelah alisnya terangkat, menandakan ia kebingungan karena melihat wajah Reno yang penuh bedak. "Kok muka kamu celemotan gitu?" heran Danu.

Secara reflek Reno meraba-raba wajahnya, ia baru sadar kalau wajahnya masih dipenuhi dengan bedak. "Oh, ini abis main sama Bang Arsyad tadi. Perjanjiannya yang kalah dicoret bedak. Aku kalah mulu, jadinya ya celemotan" jelas Reno.

"Yaudah cuci muka sekalian gosok gigi sana, abis itu langsung tidur. Sekalian matiin lampu sama kunci pintu ya Ren."

Reno memberikan jempolnya kepada Danu. Segera ia membersihkan wajahnya, selesai itu ia mengunci pintu dan juga mematikan lampu kamar.

Kini Reno sudah tiduran di atas kasur bersama dengan Danu. "Selamat malem Pak, aku tidur dulu ya" ucap Reno. Tak lama ia memejamkan matanya karena sudah mengantuk, dan kurang dari lima menit Reno sudah terlelap dalam tidurnya.

* * *