Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 6 - Apa maksudnya ini

Chapter 6 - Apa maksudnya ini

Bagus, adalah kata yang sedang memenuhi pikiran Reno saat ini. Matanya tidak bisa berhenti melihat sekitar, saat mereka sudah sampai di lobby apartemen.

Maklum, Reno belum pernah pergi ke tempat yang baginya sangat mewah ini. Makanya, ia terus memuji keindahan atas apa yang dilihatnya sekarang.

"Kenapa Ren? Kok muka kamu kayak gitu?" bingung Sigit. Ia melihat Reno sedikit menganga sambil melihat sekelilingnya.

"Eh, maaf Pak." Reno menoleh ke arah Sigit. "Apartemennya bagus, hehe, aku suka liatnya" balasnya dengan senyum.

Sigit hanya membalas dengan sebuah senyuman. Lalu mereka kembali berjalan menuju lift untuk naik ke lantai 12, dimana kamar Sigit berada.

Sesampainya di kamar Sigit, Reno kembali melihat sekitar. Cukup luas untuk satu orang, gaya kamarnya ala-ala hotel bintang lima, yang tentunya dengan fasilitas lengkap.

"Kamu mandi duluan sana, nanti baju gantinya pake baju saya dulu" ucap Sigit setelah menutup pintu kamar. "Nggak usah protes. Udah malem, abis kena banyak angin di pantai tadi. Saya nggak mau kamu sakit" jelas Sigit lagi.

Reno mengembangkan senyumannya. Entah mengapa Sigit terus menunjukkan kalau ia benar-benar peduli terhadap dirinya, sehingga membuat dirinya kepedean dan berpikir yang tidak-tidak.

"Iya Pak Sigit, aku nurut aja sama Pak Sigit" sahut Reno.

"Kamu mau pake kaos biasa atau singlet? Celana pendek atau celana panjang?"

"Singlet sama celana pendek aja Pak, soalnya aku biasa tidur pakai begituan."

"Yaudah mandi dulu sana, saya cariin baju sama celananya dulu." Sigit berjalan dan mengambil handuk bersih dari lemari pakaiannya, lalu melempar handuk itu ke Reno. "Ini handuknya. Mandi pakai air hangat, biar nggak kedinginan."

"Iya Pak Sigit." Reno kembali mengembangkan senyumannya itu, lalu masuk ke kamar mandi.

Di depan lemarinya, Sigit sedang mencari baju yang kira-kira cocok untuk Reno. Ia mencari singlet dan juga celana boxer miliknya. Namun tidak ada yang baru, sehingga ia tidak jadi mengambil pakaian itu dan menunggu Reno keluar dari kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Reno keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih setengah basah, begitu juga dengan tubuh mulusnya yang masih ada sisa bulir-bulir air. Sabun yang dipakainya membuat ruangan menjadi wangi segar, seperti tubuhnya itu.

Suara pintu kamar mandi terbuka sontak membuat Sigit menengok ke sumber suara. Pandangan keduanya pun saling bertemu dan saling tatap untuk beberapa saat.

Dengan tatapan lekat, Sigit melihat sekujur tubuh Reno dari ujung kepala sampai ujung kaki. Napasnya seketika saja memburu ketika melihat tubuh mulus Reno yang bersih.

Ia tidak menyangka, ternyata Reno memiliki badan yang semulus itu dan postur yang bagus juga. Terlebih ia baru sadar, kalau wajah Reno benar-benar imut dan tampan di saat yang bersamaan.

Sama halnya dengan Reno, ia menatap pria gagah itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Otot-otot kekar dan urat mencuat milik Sigit selalu berhasil membuat libidonya naik. Apalagi sekarang mereka hanya berdua, membuat Reno berpikiran yang aneh-aneh.

"Singlet sama boxernya bekas saya pake nggak papa Ren? Maksudnya ini bersih, tapi nggak baru, soalnya udah pernah saya pake" tanya Sigit.

"Eh..." Reno tersadar dari lamunannya. "Nggak masalah kok Pak, daripada aku telanjang kan? Hehe" ucap Reno asal.

Sigit menurunkan kakinya ke lantai, lalu berjalan ke arah lemarinya. Ia kembali mengambil pakaian untuk Reno.

"Kalo mau tidur telanjang nggak masalah juga, sama-sama cowok ini" balas Sigit.

"Ya malu lah Pak. Umur aku sama Pak Sigit beda jauh, masa iya tidur telanjang bareng-bareng? Kan nggak lucu" sahut Reno.

Sejujurnya hati Reno sedang berdebar tak karuan. Ia ingin diam tidak menjawab, tapi mulutnya seperti tidak bisa diajak bekerja sama. Merasa sudah akrab dengan Sigit, membuatnya ingin bicara terus-menerus.

Sigit berjalan ke arah Reno, lalu memberikan singlet serta boxer miliknya kepada Reno. "Nih, kalau udah ngantuk tidur aja. Saya mau mandi dulu." Mengambil handuk yang ada tak jauh dari posisinya, kemudian Sigit masuk ke kamar mandi.

Reno memejamkan mata, menghirup dengan perasaan aroma tubuh Sigit yang baru saja melewatinya. Aromanya sangat khas, terasa maskulin dan jantan sekali. Aroma itu, membuat batang kelelakiannya perlahan mulai membesar dan mengeras.

Masih di depan pintu kamar mandi, Reno melepaskan lilitan handuk di pinggangnya. Setelah handuk itu jatuh ke lantai, terlihat tubuh Reno yang hanya memakai celana dalamnya saja. Perlahan Reno meloloskan celana dalam yang dipakainya itu, hingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai pakaian pun.

Tanpa Reno sadari, pintu kamar mandi sudah seperempat terbuka, dengan Sigit yang sama-sama telanjang bulat di dalam kamar mandi. Sebenarnya ia ingin celana dalamnya yang tertinggal, namun ia urungkan karena melihat Reno yang sedang telanjang bulat di hadapannya.

Sigit tak henti-hentinya menelan ludah, saat melihat bokong Reno yang mulus dan bulat. Kulit Reno yang bersih seperti perempuan membuat dadanya naik turun karena napasnya memburu.

Ketika Reno menungging untuk memakai celana boxer, lubang anusnya yang berwarna kemerahan terlihat dengan sangat jelas. Saat itu juga, alat kejantanan Sigit perlahan bangun dan mulai mengeras. Kembali ia menutup pintu kamar mandi, saat Reno sudah memakai celana boxer miliknya.

Reno yang tidak sadar kalau tubuh telanjangnya sedang diperhatikan pun biasa saja, karena ia masih mendengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi. Setelah berpakaian lengkap, ia berjalan ke arah jendela.

Dengan posisi duduk di sofa tanpa sandaran di tepat di depan jendela, Reno menghembuskan napasnya lega. Lalu tangannya dilipat di depan jendela itu, dan matanya terus memandang ke arah luar jendela.

Malam hari adalah waktu yang sangat disukai oleh Reno. Selain karena suasananya berbeda dengan pagi atau siang, malam hari terasa lebih sunyi dan bisa membuat dirinya tenang. Walau terkadang, rasa takut datang karena ia memikirkan hal-hal berbau mistis.

Namun sekarang tidak seperti itu. Apalagi sekarang ia sedang berada di apartemen milik guru yang dicintainya, ditambah dengan pemandangan kota di malam hari yang indah. Sedetikpun, Reno tidak bisa menyembunyikan senyumannya itu.

Sesekali Reno mencium singlet milik guru kesayangannya itu, merasakan aroma khas yang selalu ia rasakan setiap kali dekat dengan Sigit. Entah mengapa hal itu membuatnya senang, kenyataannya ia pernah mencium aroma tubuh Sigit secara langsung dan perasaan senangnya pun sama.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Reno sudah menguap beberapa kali karena sudah mengantuk. Jam tidurnya memang sekitar jam 10 malam, walau terkadang ia bisa tidur sekitar jam 2 atau bahkan 3 pagi.

Tapi karena Sigit tak kunjung keluar dari kamar mandi, perlahan Reno memejamkan matanya. Kepalanya ikut terjatuh ke tangannya yang masih berada di depan jendela. Tak butuh waktu lama, Reno langsung terlelap karena suasana sunyi dan juga udara dingin di kamar itu.

Tak lama dari itu, Sigit keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih setengah basah, begitu juga dengan rambutnya yang hanya dikeringkan secara asal. Tanpa menghiraukan Reno yang ada di depan jendela, ia berjalan ke arah lemari untuk mengambil celana dalam yang seharusnya ia ambil tadi.

Handuk yang melingkar di pinggang dilepasnya, sehingga tubuh telanjang Sigit terlihat jelas. Tentu ia tidak malu, karena menganggap Reno itu anaknya sendiri. Lagipula mereka kan laki-laki, memiliki kelamin yang sama. Jadi tidak ada alasan bagi Sigit untuk malu-malu kepada murid yang sudah membantunya selama lebih dari satu tahun.

"Kamu udah ngantuk Ren?" tanya Sigit sambil memperhatikan punggung Reno. Tapi tidak ada jawaban.

Hanya dengan celana dalam boxer alias brief, ia berjalan mendekat ke muridnya itu. Senyum Sigit mengembang, ketika mengetahui Reno sudah tidur dengan posisi yang seperti itu.

"Maksud saya tidur di kasur Ren, bukan di sini." Sigit menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Kini ia berniat untuk memindahkan Reno ke kasur, karena ia yakin posisi tidur seperti itu tidak bagus.

Namun niatnya itu terhenti, ketika matanya tidak sengaja melihat ke arah paha Reno yang mulus. Sepertinya baru kali ini dirinya melihat paha yang semulus itu, benar-benar seperti paha perempuan.

Dengan jantung yang berdebar, perlahan Sigit meraih tubuh Reno yang masih tertidur. Setelah berhasil memeluk Reno, ia membawanya ke kasur agar Reno tidur lebih nyaman lagi.

"Engh..." gumam Reno ketika Sigit berjalan.

"Sstt... tidur lagi Ren. Saya pindahin kamu ke kasur, biar tidurnya lebih nyaman" ucap Sigit pelan.

Reno yang sudah mengantuk berat dan setengah sadar hanya mengangguk pelan, lalu kembali menempelkan kepalanya di dada bidang Sigit.

Secara perlahan dan hati-hati, Sigit menidurkan Reno di kasur dengan kepalanya yang tepat di atas bantal. Dengan mudahnya Reno terlepas dari pelukannya itu, lalu Sigit memberikan guling untuk dipeluk oleh Reno.

Dengan punggung tangan, Sigit mengusap keningnya yang sedikit berkeringat karena jantungnya berdebar tak karuan. Senyum simpul pun terbit di wajahnya. "Tidur yang nyenyak ya Ren" ucap Sigit pelan, seraya mengelus lembut kepala murid kesayangannya itu.

Sambil berjalan ke sisi lain kasur, Sigit mematikan lampu dan menutup semua gorden yang ada. Tak lupa ia menyalakan lampu malam, sehingga keadaan kamar menjadi remang-remang.

Ketika ia ingin naik ke kasur, tiba-tiba saja ia melihat hp milik Reno yang menyala karena ada notifikasi yang masuk. Ketika itu juga ia menatap aneh ke hp Reno, karena ia melihat foto yang tidak asing baginya.

Karena penasaran, ia mengambil hp itu lalu menengok ke arah Reno, yang masih tertidur pulas dengan membelakanginya. Tanpa ragu lagi, Sigit menyalakan kembali hp itu untuk melihat foto yang tak sengaja ia lirik tadi.

Deg...

Mata Sigit membulat ketika ia melihat foto dirinya yang bertelanjang dada menjadi wallpaper hp milik Reno. Namun ia lebih kaget lagi, ketika jari tangannya tak sengaja mengusap ke atas hp milik Reno yang ternyata tidak memakai kunci.

Terlihat sebuah catatan yang tentu saja ditulis oleh Reno sendiri. Karena sudah terlanjur terbuka, akhirnya Sigit membaca catatan yang sedang ditatapnya itu.

"Apa maksudnya ini?" ucap Sigit dalam hati, ketika mengetahui kalau murid kesayangannya itu memiliki rasa terhadapnya.

* * *