"Mah, dengarkan Ditto dulu, Ditto maau Mah menikahi Hana demi bisa mengembalikan perusahaan kita. Ditto akan mengambil semua uang itu dan membayar semua hutang kita, tapi dengan syarat Ditto tidak akan pernah menceraikan dia, Ditto akan selalu menganggapnya sebagai istri Ditto, walaupun Ditto tidak mencintainya," ujar Ditto malah mau menikahi Hana dan berjanji tidak akan pernah menceraikannya karena ia pernah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia hanya akan menikah dan tidak akan bercerai, ia tidak tau sampai berapa kali ia akan melakukan pernikahan dengan perempuan, namun ia tidak akan menceraikannya. Ibu Surya sangat terkejut mendengar semua itu, ia bingung bagaimana mungkinn anaknya bisa berkata seperti itu, tapi ibu Surya juga merasa sangat sedih karena iia harus melihat anaknya menikah dengan orang yang bahkan tidak pernah ia kenal dan tidak ia cintai sama sekali, yang lebih sakit lagi ia harus merelakan orang yang ia cintai demi menikahi orang yang tidak ia sukai sama sekali.
"Ditto, tapi gimana dengan Rania? Kamu kan sangat mencintai Rania, anak teman Mama yang sudah kamu kenal sejak kecil. Nak, Mama tidak pernah mempermasalahkan jika kamu harus dan ingin menceraikan Hana nantinya Nak, Mama ikhlas!" sambung ibu Surya, ia mengatakan kalau ia mengizinkan anaknya menikahi Hana dan menceraikannya kembali , lalu ia akan menikahi Rania. Ditto memikirkan semuanya itu, ia tau kalau ia akan merasakan sakit jika harus melepaskan Rania, tapi ia juga masih mempunyai hati, ia tidak mau kalau ia harus menghancurkan hidup wanita lain demi hidupnya.
"Tidak, Mah jika Ditto akan menikahinya maka Ditto akan selalu menjadikannya istri Ditto, lain halnya jika dia yang meminta cerai dari Ditto dengan segera Ditto akan melakukan hal itu," jawab Ditto begitu dewasa menangani semua itu. Tapi lagi-lagi ibu Surya mempunyai sebuah rencana buruk, ia menaikkan pelipis dan tersenyum jahat.
"Baguslah jika itu yang Ditto inginkan, aku tidak akan membiarkan Ditto hidup lama bersama dengan wanita kampngan itu, walau tidak terlalu mengenalnya aku tau kalau Rania jauh lebih baik dari wanita kampungan itu! Aku akan melakukan segala cara demi membuat Hana tidak tahan dan meminta berpisah dari Ditto setelah itu aku akan menjodohkan Ditto dengan Rania yang kaya raya itu,"
Ibu Surya berfikir rencana yang buruk demi membuat anaknya yang akan menikahi Hana agar setelah mendapatkan uang itu ia segera menceraikan Hana, ia lebiih menyukai Rania yang cantik dan modern menjadi menantunya disbanding dengan Hana yang hanya seorang gadis biasa, tinggal di kampung di rumah yang kumuh bersama dengan ibunya.
"Baiklah Ditto, makasih ya Nak kamu sudah mau berkorban untuk perusahaan kita, ini semua adalah takdir mungkin Tuhan ingin kamu hidup dengan lebih bertanggung jawab lagi," ujar ibu Surya pada Ditto dengan memeluk anaknya itu, saat memeluk Ditto ia tersenyum bahagia dengan keputusan yang dibuat oleh Ditto.
"Mah, itu dokter sudah keluar. Ayo kita tanyakan keadaan Papa!" ajak Ditto yang baru saja melihat dokter keluar dari ruangan itu. Ibu Surya langsung beranjak untuk menemui dokter itu dan Ditto mengikutinya dari belakang, seakan kejadian dan posisi itu terjadi kedua kalinya dalam waktu yang sama.
"Bagaimana keadaan suami saya Dok?" bertanya panic sambil melihat ke dalam melalui kaca di pintu ruangan itu. Dokter terlihat sedikit marah dan menegur mereka karena ia sudah berkata sejak awal jangan membuatnya berfikir dengan sangat berat dan mereka malah membuat itu terjadi.
"Beliau sudah baik-baik kembali, namun ini perlu diingat jangan pernah melakukan ini kedua kalinya atau Pak Surya akan mengalami hal yang sama, kita tidak tau apakah setelah ditangani akan baik-baik saja atau bagaimana. Sekarang silahkan masuk tapi ingat apa yang sudah saya katakan di awal," perintah dokter itu dengan wajah sedikit masam.
"Baik Dok, kami akan mengingat itu semua dengan sangat baik, kami tidak akan melakukan hal yang sama, terimakasih banyak ya Dok!" ujar Ditto berterimakasih padanya. Lalu mereka langsung masuk dan melihat Pak Surya sudah menggunakan alat bantu pernafasan, namun baiknya ia masih tersadar. Saat mereka masuk, Pak Surya langsung menyambutnya dengan senyuman.
"Pah, maafin Ditto, Ditto mau Pah menikah dengan Hana, tapi Ditto tidak mau menceraikannya jika bukan dia sendiri yang akan memintanya. Apakah Papa setuju?" tanya Ditto pada ayahnya itu, tentu ayahnya sangat senang dengan itu, walau pernah melakukan kesalahan di masa lalu, Pak Surya tidaklah sejahat Ibu Surya, ia malah senang jika Ditto tidak berniat untuk menceraikan Hana karena walau bagaimanapun ia masih ingat kalau Pak Yanto yaitu ayah kandung dari Hana pernah menjadi penolong bagi keluarganya yang sangat susah waktu itu.
"Terimakasih Ditto kamu sudah mau melakukan pernikahan itu, Papa malah senang jika kamu tidak berniat untuk menceraikan Hana karena walau bagaimanapun Hana itu tidak bersalah, namun jika kamu ingin menceraikannya juga tidak menjadi masalah bagi Papa karena ini hidupmu, kamu yang berhak menentukannya," jawab ayahnya dengan bangga karena ia tidak menyangka kalau anaknya ternyata masih bisa dan mampu menghargai sebuah hubungan.
"Iya Pah, setelah Papa sembuh maka bawalah Ditto untuk menemui wanita yang akan menikah dengan Ditto," sambung Ditto.
"Baiklah Nak, kita akan segera melamarnya!" ujar Pak Surya dengan senyuman. Tetapi, ibu Surya terlihat tidak bahagia dengan itu semua. Ia tidak menyukai Hana sama sekali, ia selalu membandingkannya dengan Rania.
"Baiklah, sekarang Papa istirahat agar Papa cepet sembuh dan kita bisa segera menemui Hana!" perintah Ditto agar ayahnya segera beristirahat untuk mempercepat kesembuhannya. Lalu Ditto keluar dan duduk di bangku menatap kosong, ia sangat bersdih karena rasa cinta yang selama ini ia pendam terhadap Rania harus ia buang jauh-jauh karena jika ia tetap mengingatnya maka itu akan menjadi kesalahan yang sangat fatal, walau ia tidak mencintai Han, ia tetap menghormatinya sebagai calon istrinya, dan ia memulainnya dari sekarang, ia menyeka air matanya yang hampir saja membasahi pipinya.
"Ya Tuhan, aku sangat mencintai Rania, namun sekarang aku harus membuang rasa itu jauh-jauh karena itu bukan hal yang baik lagi dan akan menjadi kesalahan yang sangat fatal nantinya," ujarnya dalam hati, mungkin memang itu adalah hal yang sangat takut, ia juga tau kalau Rania itu juga kmencintainya hanya saja karena belum ada pernyataan dari Ditto, ia juga hanya bisa menunggu dan tidak mengutarakan rasa itu terlebih dahulu.