Mereka langsung berlari keluar, mereka melihat Pak Abu. Pak Abu adalah seorang tukang kebun di rumah itu dan ia sedang sakit sehingga ia tak sengaja menyenggol sebuah pot bunga besar nan mewah di teras rumah ibu Surya, Bik Sun langusung terlihat panic melihat hal tersebut, ia langsung menopang Pak Abu yang sudah terduduk lemah melihat pot bunga mahal yang sudah hancur lebur di hadapannya.
"Ayo Pak, saya bantu Bapak berdiri!" seru Bik Sun dan langsung menopang Pak Abu, tetapi Pak Abu malah terus melihat pot itu dengan wajah panik dan mata yang berkaca-kaca.
"Bagaimana ini Bik Sun, saya tidak punya uang untuk menggantinya nanti, apalagi anak saya yang sedang sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit Bik Sun," ujarnya lirih sambil terbatuk-batuk, ia menahan nafas terasa sesak di dadanya.
"Iya Pak, nanti biar gaji saya yang di potong Bu Surya," ujar Bik Sun merasa kasihan pada Pak Abu yang sedang sakit, Hana terlihat sangat bingung dengan pembicaraan mereka, ia tidak tau kalau calon ibu mertuanya begitu kejam sehingga ia tidak akan pernah mentoleransi siapa pun yang merusak banyak berharga di rumahnya. Ia juga langsung berlari membantu Pak Abu, ia sangat kasihan melihat Pak Abu yang sedang merasa sesak nafas sembari terbatuk-batuk.
"Ayo Pak, saya juga bantu!" ujarnya kasihan dan mereka langsung membawa Pak Abu ke rumah kecil di belakang rumah yang di buat memang untuk tempat istirahat para pekerja di rumah mewah tersebut. Setelah mereka sampai di sana, Bik Sun langsung mengambil segelas air putih dan memberikannnya pada Pak Abu agar sesaknya sedikit berkurang.
"Pak, kenapa Bapak terlihat sangat khawatir dengan ini semua, Bapak kan tidak sengaja menjatuhkan pot itu, tidak apa-apa Pak!" ujar Hana menenangkan Pak Abu yang terlihat sangat khawatir dan panik.
"Iya Pak, apa yang Bapak khawatirkan dalam hal ini, kita semua kan bisa menjelaskan pada ibu Surya tentang hal ini dan saya yakin beliau pasti bisa mengerti," tambah ibu Ratih, ia mengira memang ibu Surya akan bisa merasa simpati dan paham dengan keadaan Pak Abu. Pak Abu langsung menangis karena ia tau hal itu tidak akan pernah terjadi.
"Non, itu tidak mungkin. Kita semua tau sifat ibu Surya, ia tidak akan bisa menoleransi hal itu walau apapun alasannya," ujarnya lirih. Mata Hana tiba-tiba melebar mendengar hal itu, rasanya tidak mungkin orang kaya seperti ibu Surya marah hanya karena pot begitu saja.
"Tidak mungkin ibu Surya seperti itu Bapak!" sanggah Hana, ia tetap tidak percaya kalau calon ibu mertuanya itu begitu kejam sehingga hatinya tidak bisa melihat kesusahan yang Pak Abu rasakan saat itu.
"Iya Non, ibu Surya memang tidak akan memaafkan Pak Abu untuk hal ini, dia pasti akan memecat Pak Abu dan meminta ganti rugi," jelas Bik Sun, ia yang sudah tau jelas sikap ibu Surya mencoba menjelaskan sifat asli ibu Surya yang tidak diketahui banyak orang, hanya orang yang tinggal seatap dengannya yang tau sifat buruk itu.
"Astaga Nak, Ibu takut kamu akan diperlakukan sama dengan mereka di rumah ini Nak," ujar ibu Ratih mulai khawatir akan ketenangan dan kebahagiaan putrinya yang lugu dan tidak bisa melihat maksud hati buruk orang lain terhadapnya.
Di sisi lain, ibu Surya ternyata menemui Ibu Veni. Ibu Veni adalah ibu kandung dari Rania, orang yang paling di cintai oleh Ditto, Ibu Surya menemui ibu Veni untuk menceritakan pernikahan Ditto yang akan dilaksakan dalam waktu dekat ini.
"Halo Jeng!" ujarnya bahagia, mereka sesama ibu-ibu sosialita yang kaya dan selalu tampil modis itu benar-benar sangat akrab satu sama lain karena memang mereka satu frekuensi.
"Iya Jeng, kangen deh aku sama kamu!" jawab ibu Veni dengan semangat pula, mereka saling bersalaman pipi kanan dan kiri.
"Jeng, aku mau cerita deh sama kamu," sambung ibu Rania dengan wajah nyinyirnya. Sembari menghidangkan makanan mewah untuk mereka santap ibu Veni juga langsung merespon ibu Surya.
"Ada apa sih Jeng? Sepertinya sangat penting!" sahut ibu Veni, ia langsung duduk di samping ibu Surya.
"Jadi tuh Jeng, aku seneng banget sama anak kamu, Rania. Tapi, apa boleh buat kita mungkin tidak akan pernah jadi besan deh," jelasnya dengan wajah sedih, yang ia inginkan ternyata tidak bisa terjadi sama sekali.
"Kenapa Jeng? Bukannya kamu bilang anak kamu itu sangat menyukai anak aku?" ibu Veni menanyakan alasan mengapa ibu Surya mengatakan hal demikian. Ibu Surya langsung memegang tangan ibu Veni.
"Jeng, anak aku tuh sudah dijodohkan sejak kecil sama anak pak Yanto, kamu ingatkan Pak Yanto yang bantuin perusahaan kami," ujarnya menjelaskan alasannya.
"Ya ampun Jeng, tapi gapapa kok Jeng, yang penting kan harusnya kamu bahagia dengan hal ini," jawab ibu Veni malah merasa bahagia karena anak dari sahabatnya itu sudah akan menikah, namun berbanding terbalik dengan ibu Surya yang malah merasa sangat kecewa dengan hal itu.
"Tapi aku tuh gak suka sama dia Jeng, dia kan orang kampungan," sambung ibu Surya menghina calon menantunya sendiri. Ibu Veni terlihat bingung dan membalas dengan tawa pembicaraan ibu Surya.
"Kamu ini ya, gak apa-apa lah Jeng, yang penting semua bahagia," ujarnya, walau dalam hatinya cukup kecewa, ia juga ingin berbesan dengan orang kaya seperti keluarga ibu Surya, tapi ia juga tidak mau terlalu menunjukkan hal itu, karena ia juga harus terlihat jual mahal agar anaknya di hargai oleh ibu Surya.
Tak lama setelah itu, Rania langsung datang menghampiri ibunya dan ibu Surya, ia terlihat sangat bersemangat ketika ia melihat ibu Surya yang ia kira akan menjadi ibu mertuanya. Ia juga mencintai Ditto hanya saja ibu Veni selalu mengingatkannya untuk tidak terlalu menonjolkan rasa di hatinya itu supaya ia tetap diharga dan tidak dianggap rendah.
"Halo Mah, Halo Tante!" sapanya dengan wajah yang cantik dengan penampilan modis yang disukai oleh Ditto dan keluarganya.
"Halo Sayang, kamu sudah pulang Nak?" sambut ibu Veni.
"Sudah Mahh," jawabnya sembari tersenyum kepada ibu Surya, ibu Surya awalnya tersenyum. Tetapi, ketika melihat Rania, ia jadi teringat pada pernikahan Ditto yang membuatnya merasa kecewa dan sedih kembali. Rania yang melihat perubahan mimik wajah pada ibu Surya menjadi bingung dan mengerutkan keningnya.
"Ada apa Tante? Mengapa Tante kelihat sedih gitu, Tante gak suka ya sama Rania?" tanya Rania sambil mengarahkan bibirnya kebawah seakan ia sedang ngambek pada Ibu Surya.