"pa, Adit pergi sekolah dulu yah" aku pamitan
"nak, kamu sudah mau pergi ke sekolah yah, apa sudah sarapan?" papaku tanya
"belum bu nanti Adit makan dikantin sekolah" jawab aku
"kamu ini, setidaknya kamu isi perut dulu biar nggak lapar saat belajar disekolah, lagi pula ayah kamu ada di ruang makan sedang sarapan sekalian pamit sama ayahmu" tegur papaku
"nanti saja pa, Adit sudah telat nih, takut gerbangnya ditutup sama penjaga sekolah" aku takut telat
"yah sudah kalau begitu, hati-hati dijalan yah, jangan ngebut" papaku mewanti-wanti
"baik, bu" kata aku
aku lalu mengendarai motorku meninggalkan pekarangan rumah dan menuju kesekolahku
Arlan lalu masuk kedalam rumah dan melihat suaminya sedang minum kopi sambil baca koran
"Lan anak kamu sudah pergi ke sekolah" kata Arthur suami Arlan
"iya mas tadi dia buru-buru katanya takut telat" kata papaku
"anak kamu itu harus diajarkan sopan santun dan tatakrama, seharusnya tadi dia pamit dulu kesaya sebelum berangkat kesekolah" ayah tiriku menekankan
"iya mas nanti saya akan beritahukan ke Adit saat dia pulang sekolah" balas papaku
Hubungan aku dan ayah tiriku tidak begitu baik, aku belum mau mengakui Arthur sebagai ayah baruku
aku masih belum move on dari Christina ibu kandungku, ibuku meninggal karena penyakit kanker. Saat ibuku masih hidup aku sangat dekat dengan ibuku, saat ibuku meninggal aku sangat terpukul dengan kematian ibuku. Aku tidak menerima kenyataan bahwa ibuku sudah meninggal.
Ketika papaku mau menikah lagi kali ini dengan Arthur, aku menolak Arthur untuk menjadi ayah baruku, aku baru mau merestui hubungan papaku dan suami barunya saat aku bermimpi bertemu dengan Christina ibu kandungku
"Adit sayang kenapa kamu menangis nak" kata ibuku
"ibu apakah ini benar-benar ibu" aku ragu
"iya sayang ini ibu kamu" ibuku meyakinkanku
aku langsung memeluk ibuku dengan erat dan menangis terseduh-seduh
"ibu, Adit kangen sama ibu, kenapa ibu tidak pulang ke rumah, papa pun kangen sama ibu" aku meracau
ibuku melepaskan pelukannya
"sayang maafkan ibu tidak bisa pulang lagi ke rumah, alam kita sudah berbeda"
"kalo begitu aku mau mati saja supaya bisa bersama ibu lagi" aku terisak
"sayang mati dan hidup seseorang ditentukan oleh Tuhan" kata ibuku
"apa kamu tidak kasihan dan sayang sama papa kamu, kamu anak laki-laki satu-satunya seharusnya bisa menjaga dan melindungi ibu kamu" tegur ibuku
"maafin Adit, ibu" aku sedih
"tidak apa-apa sayang, meskipun ibu sudah tidak bersama dengan kalian tapi, ibu selalu ada didalam hati kalian"
ibu menyentuh dadaku
"oh, iya ibu sebentar lagi papa akan menikah lagi tapi aku tidak merestui papa punya suami baru lagi.
"Apa ibu marah kalo papa menikah lagi"
"dengar sayang ibu tidak marah kalau papamu menikah lagi, papamu punya hak untuk itu. Kalau papamu bahagia ibu juga bahagia"
"berarti ibu setuju kalo papa menikah lagi?" tanya aku
ibuku mengangguk membenarkan pertanyaanku ,lalu ibuku mulai menghilang dari hadapanku. Aku teriak histeris dan terbangun dari mimpiku.
Mendengar aku berteriak, papaku Arlan langsung berlari menuju kekamarku dan berusaha menenangkanku
"Adit ada apa nak kenapa kamu berteriak apa kamu mimpi buruk nak?" tanya papaku khawatir
"a.a.aku bermim.mimpi ke. ketemu i. ibu" aku gagap
"kamu mimpi ketemu ibu kamu" ulang papaku
aku menganggukan kepala lalu aku menceritakan mimpiku kepada papaku tentang ibuku
Setelah itu papaku memberiku minuman dan aku meminumnya sampai habis kemudian papaku memberiku baju ganti karena bajuku basah karena keringat, aku ganti bajuku dengan baju yang diberikan papaku setelah itu aku kembali tidur. Papaku memberi kecupan dikeningku dan keluar dari kamarku
"Aku kangen kamu"
papaku menangis teringat dengan almahruma Christina istrinya
Akhirnya papaku menikah dengan Arthur setelah mendapat restu dari aku.
Papaku tau bahwa Arthur adalah seorang duda cerai yang memiliki dua anak dari pernikahan pertamanya.