Chereads / do you know me ? / Chapter 2 - 02 just started

Chapter 2 - 02 just started

Sudah lebih satu bulan aku tinggal di kota sendirian. Rasanya kehidupanku sedikit membosankan karena tidak ada sesuatu yang aku lakukan. Bersenang-senang? Tidak, tidak ada waktu untuk menghabiskan waktu yang akan menghabiskan uang.

Rachel yang tidak mendapatkan pekerjaan karena tidak berpendidikan menjadi penghalang untuknya untuk mendapatlan pekerjaan.

Selama tinggal di kota Rachel memilih untuk berjualan kue untuk menghasilkan uang. Rachel berpikir bisa menggunakan bakatnya itu untuk menjalankan bisnis dengan membuat kue dan menjualnya.

~~~
dretttt
Suara dering ponsel yang nyaring, di sertai dengan getaran yang membuat suara gesekan antara benda pipih di atas meja kayu itu menggangu laki-laki yang tengah sibuk memperhatikan presentasi salah satu karyawannya.

"Leo" tatapan tajam penuh amarah itu menatap sang manajer seakan memberitahu sang manajer untuk menjauhkan ponsel dari depannya. Dengan sigap, pria Bernama leo mengambul ponsel dan keluar untuk mengangkat panggilan yang Sudah mengganggu meeting.

"Hallo…"

"Dimana anak itu!" terdengar suara Wanita berbicara dengan nada terdengar kesal.

"Vance sedang meeting, tante"

"Beritahu dia jika aku menghubunginyaa"

"Baik, Tan—

Tutt

Leo menghela nafas. "Hah, ini masih terlalu dini dan dia sudah membuat ibunya marah". ia lalu Kembali masuk ke ruangan setelah menerima panggilan dari ibu sang direktur itu. saat leo masuk terdengar ada yang memukul meja..

Brakk

"Kamu pikir aku akan menerima presentasi kamu? Kamu pikir aku bodoh, hah!" Leo menarik nafas berulang kali. Sudah biasa untuknya melihat Sang di rektur marah seperti ini.

"Aku harus turun tangan lagi"
Ia berjalan menghampiri Vance lalu membisikan sesuatu.

Seketika Vance melotot setelah mendengar kabar dari Leo.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi!" Vance lalu keluar dari ruangan meeting, dan meninggalkan beberapa karyawan yang hanya terdiam setelah mendapatkan ocehan sang boss. Leo menghela nafas melihat tingkah sang sahabatnya setelah tau jika ibunya sedang kesal.

"Baiklah, meeting akan di lanjutkan minggu depan. Aku harap tidak ada kesalahan yang akan membuat direktur marah"

"Baik, tuan"

Leo mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan itu menyusul Vance keluar. Enath apa yang membuat vance seketika pergi dari ruangan meeting dan meninggalkan pekerjaannya. Toh, meskipun begitu, perusahaan yang sekarang kini tengah ia Kelola adalah miliknya sendiri. Tidak ada yang akan mengomelinya karena pergi begitu saja meninggalkan meeting tanpa ada kejelasan.

Vance adalah pemilik JN'S company. Dimana perusahaan nya adalah perusahaan terkemuka di berbagai negara Vance tengah berdiri di depan kaca jendela besar yang menampakkan Gedung-gedung pencakar langit, dari sini vance bisa melihat seluruh kota dari ruangannya. Ruangan Vance terletak di lantai 34.

"Apa kata ibuku tadi?" tanya Vance yang masih dalam posisi berdiri.

Leo menghela nafasnya lalu mendaratkan bokongnya ke kursi berharga ratusan juta itu.

"dia ingin kau menghubunginya. Ibumu terdengar sedang kesal tadi"

Vance menarik nafas dan memegang kepalanya lalu berteriak. "Akhh!"

"Apa kau melakukan kesalahan lagi?"

Vance tidak menjawab pertanyaan Leo, ia lebih memilh untuk mengambil ponselnya dari Leo dan menghubungi seseorang.

"Hallo, ibu…" terdengar suara Vante yang seketika pelan setelah berbicara dengan sang ibu.berbeda dnegan apa yang baru saja terjadi di ruang meeting.

"sudah meetingnya?"

"Sudah"

"Datanglah kemari, ada yang ingin ibu
bicarakan"

"Tapi, aku ada urusan—"

"Datang atau ibu akan melakukan sesuatu---

"Baiklah, baiklah.. aku akan datang" Vance langsusng memutuskan panggilan nya. Leo bisa melihat wajah kesal Vance dan bisa menebak apa yang sudah ibu dan anak ini bicarakan.

"Seperti biasa, ibumu selalu memintamu untuk menemuinya--- pasti ada sesuatu yang akan terjadi"

"Kau urus sisanya, aku harus pergi" Vance meninggalkan Leo yang tengah tertawa meratapi vance yang selalu diganggu oleh ibunya sendiri saat bekerja. Sebut saja Vance adalah sosok anak yang akan selalu menuruti apa yang di inginkan sang ibu. Meskipun dalam keadaan kesal.

"hah, aku butuh istirahat"
-
-
-
-
-
-
Gadis berambut hitam terlihat tengah tergesak-gesak berjalan menyelip setiap orang yang dirasa menghalangi jalannya. Sambil membawa dua kotak kecil di kedua tangannya. Dimana kotak itu berisi kue-kue yang sudah ia buat dan akan ia bawa ke beberapa kantin kantor. Berkeliling dan menjajakan kue-kuenya saja tidaka akn membuatnya cukup, tentu saja ia membutuhkan pasar yang akan membuat dagangannya laris manis.

"woah, besar sekali Gedung ini" Rachel menganga melihat Gedung di depannya yang akan ia letakan kue-kuenya.

"fokus, Rachel. Kamu harus masuk dan menyelesaikan pekerjaanmu. Ini pertama kalinya kau mendapatkan tawaran di Gedung sebesar ini" ia langsung masuk ke dalam Gedung tanpa berpikir Panjang dan menghiraukan orang-orang yang tengah memperhatikannya.

Bagaimana tidak Rachel tidak menjadi pusat perhatian di kantor itu. bukan karena dirinya membawa kotak di keduaa tangannya. Rachel menjadi pusat perhatian karena paras yang ia miliki. Memiliki mata yang dalam dan kelopak mata ganda yang indah. Matanya yang besar dan hidung yang mancung, memiliki bentuk wajah yang indah yang mampu membuat para pria tidak bisa tidak memandang wajah mungil yang terlihat seperti boneka.

Rachel sudah sampai di kantin dan menyapa beberapa orang dengan senyuman manisnya. "Bi, ini kue-kuenya"

"ah, kamu masih muda ternyata. Hm, kamu mau bantu bibi?"

"bibi memerlukan bantuan apa"

"tolong kamu letakan kue-kue kamu di masing-masing keranjang, ya"

Rachel mengangguk kecil dan mulai meletakan kue-kue yang habis ia bawa tadi. Semuanya berjalan dnegan lancar, Rachel menghela nafas setelah berhasil membawa kue buatannya meskipun kuenya hampir berjatuhan dan rusak.

"hampir saja" sudah beberapa kali Rachel mendesah dan mengucapkan rasa syukur karena kue-kuenya masuh bisa terselamatkan dan bisa di jual. Jika tidak, Rachel akan mengalami kerugian.
-
-
-
vance sudah sampai di rumah masa kecilnya. Rumah dimana dirinya di besarkan sebelum memiliki rumah sendiri. Atau bisa di sebut dengan mansion. Vance melangkah masuk dengan kedua tangannya ia masukan ke dalam kantong celana. Beberapa pelayang menyambut kedatangan tuannya dengan berbaris dan menunduk hormat. Namun vance tidak membalas dan hanya melanjutkan langkahnya.

Suara hentakan sepatunya terdengar di sepanjang ruangan. auranya seakan-akan menyeruak masuk setelah vance menginjakkan kaki Kembali. vance melihat-lihat mansion yang pernah ia tinggali sejak kecil. "ibu merubahnya, bagus"

"Vance…"

Vance menoleh kea rah Wanita paruh baya yang sedang berdiri di atas tangga tengah mengukir senyum di wajah keriputnya. Dan vance juga bisa melihat ibunya tengah berada di samping sang nenek tengah menatap sang putera tajam. Vance menghela nafas.

"kesalahan apa lagi yang aku lakukan" batin nya berucap.

"Apa kamu tidak ingin membantu nenek turun, cucuku?"

"Kan disana ada lift, nek. Kenapa nenek menuruni tangga"

"Ah, benar. Nenek lupa"