Sewaktu kecil, saat ulang tahun Rachel yang kesepuluh, Rachel pernah meminta sebuah kado kecil dari kedua orang tuanya. bukan boneka ataupun sebuah maianan, melainkan untuk mencarikannya laki-laki yang akan menjadi jodohnya kelak.
"Aku ingin suami"
Dan saat itu kedua orang tua Rachel sibuk untuk mencarikan pemuda yang akan menjadi pasangan masa depan nya kelak.
Sampai saat dimana mereka menemukan sosok yang akan menjadi pasangan snag puteri kelak. Siapa dia? Dari keluarga mana pria itu berasal? Entahlah, mereka sudah di tetapkan sejak beberapa puluhan tahun lalu.
-
-
-
Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Vance untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Apapun yang ia inginkan pasti akan ia kabulkan untuk dirinya sendiri ataupun bagi keluarganya.
Apa yang di inginkan semuanya pasti akan vance berikan. Hanya saja, ada satu keinginan yang tidak bisa ia wujudkan. Yaitu keinginan sang nenek untuk vance menikah.
Di tengah ruangan mereka bertiga kini sedang duduk saling berhadapan untuk membahas masalah keinginan sang Wanita tua itu. sambil menikmati secangkir juz jeruk mereka bertiga hanya diam dan saling melempar tatapan tanpa ada pembicaraan.
Vance menghela nafas dan memutar bola mata nya malas. "sudah aku katakan, nek. Aku tidak ingin mencari Wanita itu."
"Nenek hanya diam saja…"
"Apa nenek pikir aku tidak tau? Ibu selalu menyuruhku datang kemari untuk membahas masalah ini. tentu saja aku sudah terbiasa dengan telpon darinya" sorot matanya menatap ke arah Wanita tua yang menatapnya tajam.
Tidak ada rasa ketakutan dari diri vance. Meskipun beberapa menit lalu berbeda.
"Ibu tidak mau tau. Vance, kamu harus menemukan Wanita itu. dia sedang dikota ini sekarang" sahut Celina.
Vance mengambil cangkir dan langsung minum. Apa? Wanita yang akan di jodohkan dengan nya ada dikota? Ini adalah masalah sekarang. Seperti itulah pikir Vance selama dua menit terdiam. Sedangkan Celina dan sang nenek melempar senyuman.
Vance masih terdiam tidak percaya. "Kenapa cepat sekali. Aku ingin menikmati masa bujangku selama puluhan tahun lagi"
"Jadi ,kamu ingin menikah saat seluruh rambutmu menjadi putih?! Ibu tidak mau ya kalau punya anak tua dan masih lajang! Apa kata teman-teman ibu nanti"
Vance menghela nafas. "Ini kehidupanku, aku tidak peduli dengan teman-teman ibu" jawab Vance dengan wajah datar.
"Owh. Seperti itu ya."
Seperti ini lah kira-kira. Mereka selalu membahas masalah perjodohan Vance dengan sosok Wanita yang sejak kecil Sudah di jodohkan. Sebenarnya Nenek Vance sudah menyiapkan jodoh untuk sang cucuk beberapa puluhan tahun yang lalu. Entahlah, siapa Wanita yang di maksud oleh sang nenek yang mampu membuat vance lebih memilih melajang sampai tua.
"Kamu tidak melihat wajahnya. Dia itu sangat cantik, memiliki mata besar seperti kelinci---"
"Aku tidak mau mendengarkan Nek, sudahlah aku aharus ke kantor sekarang" Vance beranjak pergi meninggalkan sang ibu dan nenek.
suara Langkah sepatunya menggema di sepanjang ruangan. beberapa pelayan menyusul kepergian Vance di belakang untuk mengantarkan nya pergi.
Sedangkan Celina menghela nafas membalik kan badan nya untuk menatap ibu mertuanya ."Sudah ku katakan. Ibu, dia itu sepertinya sedikit tidak beres. Apa jangan-jangan cucuk mu itu sedikit belok?"
Wanita tua itu menghela nafas. Ibu dan anak sama saja. memang benar kata orang-orang jika sedikit anak akan mewariskan sifat orang tua nya.
-
-
04.23
Seperti di hari-hari biasanya. Rachel bangun pagi untuk bisa menyiapkan semua yang akan ia jual. Saat ini ia sedang meletakan berbagai jenis kue ke dalam kerajang sepedanhya. Hari ini ia akan berkeliling menggunakan sepedanya di taman.
Setiap hari minggu Rachel selalu meluangkan waktu untuk beristirahat sambil menjual kue-kue nya. menikmati udara yang sejuk dan melihat banyak orang yang sedang bersantai menikmati hari lubur Bersama keluarga mereka.
"Ayo, Rachel. Kamu harus menikmati minggumu." ia mengayunkan sepedanya dan menikmati udara di pagi hari yang masih sejuk.
Jalanan kota masih tidak terlalu ramai saat jam saat ini. hanya ada 2 sampai 5 orang pejalan kaki. Kebanyakan orang-orang akan tidur untuk menikmati harir libur mereka. Berbanding terbalaik dengan Rachel. Ia lebih memilih aktifitas seperti biasa.
Kali ini Rachel memilih untuk menghentikan sepedanya di sebuah taman yang sudah menjadi lokasi dimana ia sering berjualan. Sambil bersenandung, Rachel membawa dua kotak kue di kedua tangan nya dan meninggalkan sepedanya menuju kursi.
"Hah, semoga kali ini terjual habis. Agar aku bisa mengirim uang ke paman di desa."
Rachel tidak pernah melupakan apa yang membuatnya kemari. Mencari uang untuk pengobatan sang nenek adalah pin yang membuatnya pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, ia tidak bisa di terima di perusahaan karena status pelajarnya yang masih belum lulus sekolah.
"ah, aku merindukan kampungku" Rachel memejamkan mata nya dan menghirup udara pagi. Menurutnya, di saat jam sekarang uadara di pagi hari seperti di kampung halamannya. Sangat dingin dan menyejukkan.
Beberapa orang pun sudah mulai berdatangan. Tidak, bukan untuk membeli kue-kue Rachel. Melainkan untuk berolah raga. Semua orang sudah memenuhi taman tidak sampai 2 jam. Sedangkan Rachel tetap duduk dan menikmati waktu bersantainya dengan kue-kue di sampingnya.
"bibi, apakah ini di jual." Rachel membuka mata nya setelah mendengar suara anak kecil. Ia langsung tersenyum saat ada yang membeli dagangan nya.
"Tentu, kamu mau yang mana".
Anak kecil itu menunjuk kue bergambar panda dan kucing. "Aku ingin itu, bi"
Rachel tersenyum ."Pilihan yang bagus, sebentar ya" dengan perasaan bagaia Rachel meletakan kue-kue yang sudah di pilih dan memasukan nya ke sebuah kotak kecil mini.
"Apa bibi membuatnya sendiri?" tanya anak kecil perempuan itu membuat Rachel sedikit tertawa. bagaimana tidak, suaranya sangat lucu dan kecil. Dan mata yang bulat seperti kelinci membuat Rachel melihatnya gemas.
"Iyaa, bibi yang membuatnya sendiri. Apakah cantik?"
"Lily!!"
Semua orang yang ada di taman menoleh ke arah pria yang sedang berdiri dengan tatapan tajam. Pria itu berjalan menuju Rachel. Pria itu berdiri di depan Rachel dengan wajah angkuh. "Lelucon macam apa ini! lepaskan itu"
Pria itu mengambil sekotak kue yang diberikan Rachel pada anak kecil yang tadi.
"Jangan jual apapun ke ponakan saya! Makanan yang tidak higeanis dan kotor!"
Brakk ( Suara lemparan )
Priaa itu melempar kotak itu melempar kotak itu kesamping membuat Rachel terkejut dan riflexs menutup mulutnya menggunakan kedua tangan nya saking terkejutnya.
"Apa yang kamu lakukan!."
"Jangan menjual apapun kepada ponakan saya!! Ini semua tidak bersih dan kotar!"
Oh ayolah, ada apa dengan pria ini? jadi, anak kecil yang sekarang ingin membeli dagangan nya adalah keponakan pria yang kini berdiri di depan nya. perkataan nya cukup menyakitkan untuk Rachel.
"Ayo, lily. Kita pulang"
"T-tapi paman, aku ingin kue yang di buat bibi ini"
"pana sudah katakan, jangan memakan-makanan luar! bagaimana jika lily sakit. semua nya yang di sini tidak bersih"
oh, betapa menusuknya perkataan pria di depannya sekarang ini. sudah melempar kue nya sembarangan dan menyebut kue-kue rachel tidak bersih dan kotor bukankah sudah kelewatan batas.
"Maaf tuan, bisakan jaga ucapanmu? anda terlalu kejam dengan menyebut kue-kue saya tidak bersih ?."