"Maaf, ganggu!" ucap Skala. Ia pun langsung berjalan melewati dua orang yang tengah asyik mengobrol.
"Kala," panggil Skyla.
Namun yang di panggil sama sekali tidak menoleh. Dia justru semakin mempercepat langkahnya.
"Kala kenapa ya?" batin Skyla.
"Kamu kenal La?" tanya Rafael.
"Dia sepupu aku," jawab Skyla.
"Oh," jawab Rafael singkat.
Baik Skyla maupun Rafael sekarang sama-sama diam. Mereka sama-sama bingung untuk memulai kembali percakapan mereka.
Akhirnya Skyla yang memulai pembicaraan terlebih dahulu. Ya karena ia tau, cowom seperti Rafael itu pasti identik dengan sifat cueknya.
"Lo gak ada kelas?" adalah kata pertama yang Skyla ucapkan.
"Enggak, habis ini palingan langsung pulang!" ujar Rafael.
"Ohh, sama! Aku juga gak ada kelas!" ucap Skyla.
"Gue gak nanya!" timpal Rafael.
"Yee rese lo ya!" cetus Skyla.
"Pergi yuk!" ajak Rafael.
"Kemana?" tanya Skyla.
"Ya jalan-jalan aja, gimana mau gak?" ucap Rafael.
"Emm, gimana ya mau apa gak yaa?" jawab Skyla berpura-pura mikir terlebih dulu.
"Elahh, ya udah kalau gak mau!" solot Rafael.
"Belum juga jawab! Udah nyolot aja sih!" protes Skyla.
"Terue?" tanya Rafael.
"Iyaa, gue mau! Lo yang traktir kan?" tanya Skyla memastikan kalau Rafael yang akan mentraktirnya nanti.
"Iyaa-iya, gue yang bakal bayarin terserah lo mau beli apa aja!" ujar Rafael.
"Asyikk," sorak Skyla.
Mereka pun kemudian berjalan ke parkiran tempat motot Rafael terparkir.
"Nih pakek helmnya," ucap Rafael.
Skyla pun menerima helm yang di berikan Rafael dan langsung memakainya.
Tak lama kemudian Rafael melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Aneh tapi nyata, baru pertama kalinya seorang Rafael akan merasa deg-degan saat dekat dengan seorang wanita. Apalagi wanita itu baru saja di kenalnya.
"Apa sihh," ucap Skyla yang merasaka gelagat aneh dari Rafael.
"Enggak! Gapapa kok," jawab Rafael.
"Ohhh," Skyla hanya ber oh.
Setelah sampai di tempat yang cukup ramai, Rafael tiba-tiba menghentikan motornya.
"Kita kesini?" tanya Skyla.
"Iyaa," jawab Rafael. "Di sini kita bisa merasa seperti anak kecil kembali," ucap Rafael.
"Kenapa?" tanya Skyla.
"Ya kamu lihat saja, di sana banyak anak kecil yang asyik bermain, banyak penjual permen kapas, juga banyak yang jual makanan yang di sukai anak kecil!" jelas Rafael.
"Iya sih! Terkadang menjadi anak kecil itu lebih membahagiakan. Mereka hanya tau sakit saat terjatuh saja, gak kayak orabg dewasa yang akan merasakan sakit karena patah hati. Yaa, meskipun gue juga belum pernah sih ngerasain yang namanya patah hati! Tapi kata orang-orang patah hati itu sakit!" ujar Skyla.
"Lo belum pernah pacaran?" tanya Rafael.
"Belum, lebih tepatnya gue suka sama cowok tapi gue gak akan pernah bisa sama dia!" jelas Skyla.
"Kenapa gak bisa?" tanya Rafael. Ia mulai tertarik dengan cerita Skyla.
"Yaa, gue sama dia itu punya benteng tak kasat mata yang gak akan pernah bisa di tembus. Misal di paksa pun hasilnya tidak akan seperti yang di harapkan," cerita Skyla.
"Kok jadi meloow gini sih!" ucap Rafael mengakihkan pembicaraan.
"Gue kan niatnya ngajakin lo kesini buat jadi anak kecil lagi, yuk kesana beli permen kapas!" ucap Rafael mencoba menghibur.
Ternyata Rafael itu gak kaya apa yanh ada dalam fikiran Skyla. Dia ternyata orangnya baik juga, dan yang pasti asyik.
Mungkin banyak yang bilang Rafael itu orangnya judes dengan perkataaan pedes level 100, emang iya awalnnya saat mereka baru saling mengenal.
Namun saat sudah mulai nyambung untuk bercerita dan pergi untuk jalan-jalan bareng Skyla yakin kalau sebenarnya Rafael orangnya sangat baik.
"Mau beli permen kapas gak?" tanya Rafael.
"Boleh deh!" jawab Skyla.
"Dulu waktu kecil aku sering banget kesini buat beli permen ini, habis rasanya enak! Tapi Mama aku selalu memarahi aku kalau aku ketahuan beli permen ini," cerita Rafael. Ada helaan berat saat ia selesai bercerita.
Seperti ada sesuatu yang di pendamnya, yang berusaha untuk tidak di ingatnya lagi.
"Lo gak papa kan?" tanya Skyla.
"Enggak kok, cuma keingetan waktu kecil aja!" ucap Rafael.
Tidak seharusnya Rafael masih sedih seperti saat ini. Ia sudah harus melupakan masa-masa bahagianya waktu ia kecil dulu.
Yang penting sekarang ia harus bisa membuktikan kalau dirinya bisa menjadi anak yang membanggakan orang tua meskipun Papanya sendiri telah menghinanya.
"Makan yuk, laper nih aku!" ajak Skyla.
"Hayuk!" jawab Rafael.
Setelah menemukan tempat makan yang cocok mereka pun duduk di bangku yang tersedia.
"Gak malu kamu makan mie ayam pinggir jalan gini!" ucap Rafael.
"Enggak! Ngapain meski malu, aku biasa kali makan di tempat kaya gini!" jawab Skyla.
"Pak mie ayamnya 2 sama es jeruknya 2 yang satu gak pakek gula!" ucap Rafael.
"Baik Mas," jawab si penjual mie ayam tersebut.
"Kamu gak suka manis?" tanya Skyla.
"Bukannya gak suka, tapi aku lagi mengurangi aja!" jelas Rafael.
"Oh, gitu!" jawab Skyla.
Setelah pesanan mereka datang, mereka langsung melahapanya. Dengan asyik gadis itu melahap mie ayamnya tanpa peduli cowok di depannya yang tengah mengamatinya.
"Kenapa lo?" tanya Skyla.
"Gak, cuma lihatin lo makan aja! Lo.laper apa doyan sih!" cetus Rafael.
"Makan+doyan," jawab Skyla.
Keduanya pun terbahak. Tidak ada lagi ejek-ejekan yang keluar dari mulut mereka selain ejekan saat bercanda.
Mereka semakin dekat, tanpa ada keraguan lagi untuk mengenal lebih dalam satu sama lain.
"Pulang yuk, udah malam!" ajak Rafael.
"Yuk," jawab Skyla.
Hari memang semakin larut, dan tidak terasa merek sudah dua jam berada di tempat ini.
Saat mereka tadi berkeliling kota hingga mereka sampai di tempat ini sudah cukup melelahkan untuk mereka berdua.
"Kamu di marahin gak kira-kira?" tanya Rafael.
"Enggak! Santai aja."
Mereka pun keluar dari arena pasar malam tersebut. Di sepanjang perjalanan baik Rafael maupun Skyla saling diam.
Entah apa yang tengah merek fikirkan. Yang jelas hari ini mereka sangat bahagia.
"Makasih ya, udah nemenin aku jalan-jalan hari ini!" ucap Rafael.
"Iya sama-sama, aku juga makasih udah di ajakin jalan-jalan sama di traktir makan."
Mereka telah sampai di rumah Skyla. Dan Rafael langsung berpamitan.
Hal itu tidak lepas dari pandangan Skala dari atas balkon.
Jujur ia merasa sangat sakit ketika melihat Skyla kini dekat dengan cowok lain.
Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Bahkan untuk marah saja ia merasa tidak berhak.
Ia sendiri yang telah memutuskan untuk membuat jarak, maka ia juga yang harus menerima segala resiko yang akan terjadi.
Ia harus siap melepaskan orang yang di cintai demi kebahagiaanya.
"Kala," panggil Skyla yang otomastis membuat Skala kaget.
"Apa sih! Bikin kaget orang aja," ucapnya.
"Maaf!"