"Kalau sudah tidak suka pada Bokap gue, bilang. Jangan malah bermain di belakangnya!" tekan Marsell yang kemudian melangkahkan kakinya dari arah belakang Novita.
"Itu semua bukan urusan kamu, urusan kamu adalah Papah kamu." Novita menjawab dengan nada yang begitu enteng seolah tidak ada sebuah masalah dari apa yang sudah dirinya lakukan.
Mungkin akan lebih tepat kalau dirinya sama sekali tidak merasa kalau apa yang sudah dia lakukan adalah perbuatan yang salah, sebab sampai sekarang dia begitu enjoy melakukan hal itu dan akan jauh lebih tidak terima saat Marsell mengingatkannya tentang hal ini.
"Memangnya semua yang gue lakukan hanya untuk mengurus lo?" tanya Marsell sambil menatap serius Novita.
Marsell menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang sudah dia ajukan. "Karena gue masih peduli sama Bokap gue, makanya gue ngomong sama lo stop melakukan hal ini."
Tidak ada sebuah kesopanan yang tercipta dari Marsell, sebab dirinya masih mempunyai sebuah dendam yang mendalam pada wanita yang sekarang tengah berada di hadapannya. Dendam yang ada dalam dirinya begitu besar, sehingga sulit untuk membuat dirinya bisa bersikap sopan pada Novita.
"Di sini Papah kamu yang begitu mencintai saya. Jadi, saya bisa bebas bermain dengan pria mana saja sesuka hati saya." Dengan sebuah senyuman yang mengembang, Novita berucap dengan nada bicara yang begitu enteng.
"Ada yang lebih cinta bukan sebuah alasan untuk mencari yang baru." Marsell tidak terima kalau sebab Papahnya yang lebih mencintai Novita membuat Novita berulah seenaknya, karena bagaimana pun apa yang sudah Novita lakukan itu salah.
"Kita liat siapa yang akan bertahan, kamu atau saya?" tanya Novita sambil terus tersenyum dengan sebuah senyuman yang miring sambil menatap Marsell dengan tatapan yang cukup serius.
"Mungkin kau akan sama deng—
"Stop bahas dia!" bentak Marsell.
Dari sini emosi Marsell langsung memuncak saat Novita hendak membahas orang tersebut, ada sebuah perasaan yang sangat mengganjal di dalam hati Marsell dan deru napasnya semakin tidak teratur sebab menahan semua amarah yang ada dalam dirinya.
"Tapi sebelum kamu mengingatkan saya tentang perselingkuhan, lebih baik kamu liat seperti apa kelakuan Papah kamu. Selingkuh sudah merupakan kebiasaan untuk Papah kamu dan sebuah kebiasaan akan sulit untuk tidak dilakukan," jelas Novita.
"Terserah, gue pusing. Kalian sama-sama manusia tak punya hati yang sekarang tengah ber—
"Siapa orang yang kamu anggap tidak punya hati?" tanya Doni dengan nada yang cukup tinggi. Dirinya merasa kesal dan tidak suka setelah mendengar ujung dari perkataan Marsell yang mungkin Doni tidak mendengar apa yang sedang Marsell bicarakan.
Satu persatu Marsell tatapan dengan tatapan yang mengandung sebuah arti, tapi tidak Marsell jelaskan. "Kalian berdua." Setelah berucap, Marsell langsung melangkahkan kakinya menjauh dari tempat ini dan berniat untuk keluar dari Rumahnya.
"Marsell, kamu mau pergi ke mana?" tanya Doni.
Mendengar kalau Papahnya bertanya, ternyata tidak membuat Marsell menghentikan langkah kakinya. Marsell masih terus melangkahkan kaki mengabaikan mereka sebab dirinya tidak ingin lebih berlama-lama bersama dengan kedua orang yang pemikirannya susah untuk dia tebak.
*****
Berdiri di samping jembatan dengan sebuah botol kaleng minum di tangannya, memandangi arus yang ada di bawa dengan sebuah pemikiran yang terbang. Marsell menenggak minuman itu dengan sebuah perasaan yang campur aduk.
Marsell tengah memikirkan seseorang yang baru saja dia ingat dan wajahnya menjadi kembali terbayang di dalam ingatannya. Menatap langit sambil membayangkan wajah orang yang baru saja dia ingat membuat suasana hatinya semakin tidak enak.
Perasaannya semakin lama semakin tidak teratur dan berantakan. Banyak hal yang mendadak kembali teringat di pikirannya yang membuat dirinya semakin gelisah dengan semua hal yang sebenarnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah lagi.
Teringat akan Papahnya, membuat Marsell tanda tanya ke mana arah keluarganya. Di satu sisi dirinya berulang kali memergoki Novita atau Mamah tirinya tengah bersama dengan pria yang lain, tapi di lain sisi Novita juga mengatakan kalau Papahnya juga suka selingkuh.
Jika mereka berdua suka selingkuh, lalu apa tujuan mereka sekarang menjalin sebuah hubungan rumah tangga?
Benar-benar sebuah hal yang membingungkan dan malah menjadi beban pikiran dalam hidupnya. Mau dipikirkan atau tidak, hal itu tetap saja terbayang di dalam ingatannya dan membuat dirinya seolah kehilangan tempat untuk berteduh.
Maksudnya Marsell menjadi malas berada di Rumah sebab dia harus bersama dengan orang yang sampai saat ini sama sekali tidak dia sukai, padahal orang itu sudah lebih dari 2 tahun berstatus sebagai keluargnya.
Waktunya sudah lama, tapi sampai saat ini Marsell masih belum bisa menerima orang itu. Marsell merasa keluarga yang dulu dia sukai sebab penuh dengan kasih sayang seolah hilang sebab kehadiran seseorang yang asing di dalam keluargnya.
Banyak perubahan yang terjadi di dalam diri Marsell, tapi tidak banyak orang yang tahu tentang hal ini. Marsell lebih memilih untuk memendam semua masalahnya sendiri, bahkan pada orang yang berstatus sebagai pacarnya saja dirinya belum sampai terbuka seperti itu.
Saat sedang fokus memikirkan kehidupannya, Marsell merasa kaget saat mendengar ada suara knalpot motor yang terdengar cukup dekat dan dia pikira motor itu berhenti tak jauh dari tempat di mana dirinya berada.
Melihat siapa saja yang datang membuat sebuah perasaan muncul dalam dirinya. Amarah yang semula mulai Marsell redam seolah kembali terbuka dan menjadi menyala.
"Lo semua mau apa? Mau berantem lagi sama gue?" tanya Marsell sambil memperhatikan mereka satu persatu.
"Kita tidak akan berhenti sampai lo dan juga geng lo berani mengakui tuduhan yang sudah kita ajukan dan juga berani bertanggung jawab atas semuanya!" tegas salah satu dari 3 orang yang datang menghampiri Marsell.
"Argh!"
Seolah melampiaskan semua amarahnya, Marsell langsung mengeluarkan emosinya pada mereka. Sekarang mereka tengah berkelahi, tapi tidak sampai membuat Marsell menang sebab mereka juga berjumlah lebih banyak darinya.
Amarah yang ada dalam diri Marsell bukan membuat dirinya bisa dengan mudah mengalahkan mereka, tapi malah membuat pemikirannya tidak terbuka dan menjadi begitu sulit untuk bisa mengimbangi mereka semua.
"Gue masih menunggu pertanggung jawaban anak-anak lo yang sudah berurusan dengan beberapa anak geng motor gue dan juga masih ada kasus besar yang belum gue tutup yaang sampai kapan pun gue akan mencari tahu hal tersebut, karena gue yakin lo dan geng lo terlibat di dalam hal ini!"
Orang itu berucap sambil memegangi kaos serta jaket Marsell. Amarah yang ada dalam diri orang yang sekarang tengah berhadapan dengan Marsell jauh lebih tinggi dibandingkan dengan amarah yang Marsell miliki sebab tidak suka dengan kehidupan keluarganya yang dia rasa semakin berantakan.
"Gue gak terlibat di dalam hal itu!" tegas Marsell yang masih berusaha berucap dengan nada yang tinggi.
Bukh!