"Gue gak sengaja lho," ucap Prisya dengan nada yang begitu santai sambil menatap orang yang ada di hadapannya. Kenapa sebuah hal yang tidak sengaja seperti ini bisa membuat orang itu marah sampai pada tingkat yang begitu tinggi?
"Gak sengaja? Mata lo gak sengaja?"
Alis Prisya mengernyit sejenak sebab dirinya merasa ada sebuah hal yang dia rasa tidak sesuai dengan kejadian tadi. "Akan lebih tepat kalau lo mengatakan kalau kaki gue yang gak sengaja," jawab Prisya.
Apa yang Prisya ucapkan terbilang benar, bahkan memang kalau mau mengambil salah satu anggota tubuh yang tidak sengaja melakukan hal tersebut memang kaki, di mana semula kan Prisya secara tidak sengaja sudah menginjak kaki siswi itu.
"Gue minta sekarang lo bersihin sepatu gue!" seru siswi itu sambil mengacungkan kaki pada Prisya dan juga menatap Prisya dengan tatapan yang penuh dengan sebuah keseriusan serta menunjukkan kalau dirinya adalah orang yang begitu berkuasa di SMA ini, sehingga Prisya harus menuruti apa yang sudah dirinya ucapkan.
Dengan seketika Prisya menggelengkan kepalanya sambil menatap penuh orang yang ada di hadapannya. "Gak akan semudah itu lo menyuruh gue untuk menjadi babu buat lo!" ketus Prisya.
Prisya sudah tahu beberapa hal tentang cewek yang ada di hadapannya, di mana dirinya memang cukup ditakuti oleh banyak siswi terlebih dirinya termasuk ke dalam kategori salah satu siswi yang suka membuli dan akan semakin membuli kalau apa yang sudah dirinya ucapkan tidak diturutkan oleh siapa pun itu.
"Lo berani menolak apa yang sudah gue perintahkan?!" tanya Nayla dengan nada yang benar-benar tinggi serta tatapan yang begitu penuh dengan amarah.
Nayla tidak suka kalau ada orang yang berani menolak apa yang sudah dia perintahkan. Semua hal yang dia ucapkan dan dia anggap sebagai sebuah perintah, maka sudah harus diturutkan.
Begitu pun dengan sekarang, Nayla memang sudah memerintahkan Prisya untuk membersihkan sepatunya dan keinginannya adalah Prisya langsung menuruti ucapannya tanpa banyak basi, terlebih sampai membentaknya.
"Gue bukan babu lo. Jadi, jangan memerintahkan gue!" tegas Prisya.
Sebelumnya Prisya memang berani meminta maaf, karena dirinya sedang tidak ingin ribut bersama dengan Nayla, tapi saat Nayla semakin bertingkah tidak wajar padanya, maka sifat asli Prisya akan dengan seketika muncul tanpa diundang.
Kayak jailangkung gak sih tuh sifat Prisya? Datang tak diundang dan nanti akan pergi dengan sendirinya tanpa diantar.
"Auu!" jerit Prisya saat baru saja Nayla menarik rambutnya dengan begitu kencang.
"Gak ada yang boleh menentang apa yang sudah gue perintahkan!" tegas Nayla sambil terus memegangi rambut Prisya.
Merasa tidak terima dengan apa yang sudah Nayla ucapkan, akhirnya Prisya menggenggam dengan begitu kencang tangan Nayla yang membuat Nayla merintih kesakitan. "Tidak ada yang boleh memerintahkan gue!" bentak balik Prisya.
"Lepasin cengkeraman lo!" jerit Nayla saat merasa kalau semakin lama cengkeraman Prisya semakin kuat dan membuat tangannya merasa begitu sakit.
"Lepaskan dulu tangan lo dari rambut gue!" Prisya tidak akan bertingkah dengan bodoh saat dirinya bisa melepaskan tangan Nayla begitu saja, padahal tangan Nayla sekarang masih menjambak rambutnya dengan begitu kencang.
Tidak mau kalau tangannya semakin dicengkeram kuat oleh Prisya, akhirnya Nayla memilih untuk melepaskan jambakannya dari rambut Prisya. Apa yang sudah Prisya ucapkan sebagai sebuah syarat jika ingin tangannya tidak terus digenggam sudah dituruti oleh Nayla, maka dirinya juga menepati apa yang sudah dia ucapkan.
Setelah melepaskan cengkeraman tangannya, Prisya menatap Nayla dengan tatapan yang penuh dengan sebuah kepuasan. Prisya merasa puas saat melihat Nayla yang sekarang tengah memegangi tangannya yang sudah memerah sebab dicengkeram kuat olehnya.
"Dasar ya badgirl! Gak punya perasaan!" ketus Nayla sambil meniup-niup tangannya yang memang terasa sakit. Nayla menatap Prisya dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan dan juga kebencian.
"Kalau gue lo anggap gue badgirl dan mengatakan kalau gue gak punya perasaan, maka lo apa? Orang yang begitu famous di SMA ini, tapi gak punya otak? Iya?" Prisya benar-benar menyinggung Nayla.
Tidak ada siswi yang berani pada Nayla, tapi Prisya sama sekali tidak peduli dengan berita yang beredar tentang siapa Nayla. Prisya akan mengatakan hal yang memang dirasa pantas untuk dia katakan. Dengan siapa pun dirinya berbicara, kalau dirinya tidak suka makan akan dia ungkapkan secara terang-terangan.
Plak!
Nayla baru saja menampar Prisya dengan begitu kencang, karena Nayla tidak suka dengan apa yang sudah Prisya ucapkan, terlebih Nayla sadar kalau Prisya itu adik kelasnya. Nayla merasa tidak terima kalau dirinya sudah direndahkan oleh orang yang berstatus sebagai juniornya.
Tatapan Prisya semakin menajam saat Nayla menampar dirinya. Tingkat emosi yang ada dalam dirinnya sudah semakin memuncak sekarang, meskipun Prisya tahu kalau Nayla adalah Kakak kelasnya, Prisya tetap saja merasa tidak terima dengan apa yang sudah Nayla lakukan padanya.
"Gak ada yang boleh nampar cewek gue!" seru seorang cowok yang sekarang tengah memegangi tangan Prisya dengan begitu kencang.
Sebelumnya Prisya berniat untuk menampar balik Nayla, tapi ada seorang cowok yang dengan seketika langsung berlari dan menahan tangan Prisya yang hampir saja menampar pipi Nayla. Orang itu benar-benar merasa tidak terima dengan apa yang akan Prisya lakukan pada pacarnya.
"Lepasin tangan gue!" bentak Prisya sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman cowok yang merupakan pacarnya Nayla, tapi tidak bisa sebab cowok itu benar-benar menggenggam kuat tangan Prisya.
"Sayang, tadi dia udah mencengkeram tangan aku kuat banget sampai merah tuh." Nayla mengadukan apa yang sudah Nayla lakukan padanya tadi. Nayla secara tidak langsung memberikan sebuah kode pada cowoknya untuk membalas apa yang sudah Prisya lakukan padanya.
"Ssh, au!" Refleks Prisya meringis saat genggaman tangan cowok itu semakin kuat yang membuat pergelangan tangannya terasa sakit.
Semula Prisya mencengkeram tangan Nayla dengan kuat juga sekuat tenaganya, cewek. Berbeda dengan kuatnya genggaman cowoknya Nayla, tenaga cewek berbeda dengan tenaganya. Prisya sudah mulai merasa tidak terima dengan hal ini.
"Rasain, wle." Nayla merasa begitu puas, sebab sekarang dirinya mempunyai pendukung untuk bisa menindas Prisya. Sebuah ide mendadak terlintas di pikiran Nayla. "Sayang, bawa dia ke Gudang deh." Nayla merasa akan lebih baik kalau Prisya dibawa ke Gudang sekarang.
"Lo mau ngapain sama gue?!" tanya Prisya dengan nada yang tinggi.
Tidak mendengarkan apa yang sudah Prisya pertanyakan, mereka dengan paksa membawa Prisya ke Gudang. Tidak ada yang menolongnya, karena sekarang waktu pembelajaran sudah habis hanya tersisa beberapa murid dan itu pun sedang sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Prisya tidak terlalu berteriak, karena dia rasa hal ini hanya akan sia-sia belaka.
"Apa yang ingin lo lakukan?"