"Terserah gimana Mamah saja, aku gak memedulikan hal ini. Kalau gak ada yang datang di antara kalian, paling aku nanti cuma bilang kalau aku udah gak punya orang tua. Beres. Urusannya gak akan menjadi lebih panjang lagi," jelas Prisya dengan nada yang cukup santai.
Prisya sama sekali tidak terlalu memaksakan untuk orang tuanya bisa datang ke Sekolah untuk memenuhi surat panggilan dari pihak Sekolah. Prisya hanya menyampaikan apa yang sudah disampaikan oleh pihak BK sebelumnya.
Flashback
"Kalian berdua apa tidak bosan berbuat onar terus di Sekolah?!" tanya guru BK dengan nada bicara yang sudah terdengar begitu kesal dengan ulah yang selalu mereka perbuat.
Nayla dan juga Prisya sudah bukan merupakan siswi yang asing di mata guru BK. Mereka sama-sama orang yang memang sudah sering keluar masuk BK, bedanya kalau Nayla lebih ke arah suka menindas siswi yang lain, sedangkan Prisya kasusnya karena bolos, kesiangan dan juga berantem seperti ini.
"Bu, dia yang cari gara-gara dengan saya. Dia itu masih anak kelas XI, tapi dia sudah berani berbuat kurang ajar pada saya Bu." Nayla mengadukan Prisya dan berharap kalau sekarang yang mendapatkan hukumannya adalah Prisya saja, sedangkan dirinya bisa bebas sebab dia merupakan korban di dalam kejadian tadi.
"Iya Prisya, kamu masih anak kelas XI, kenapa kamu sering banget buat ulah? Nayla itu Kakak kelas kamu, seharusnya kamu bisa menghargai orang yang lebih tua dari kamu. Bagaimana pun juga dia itu adalah Kakak kamu, tidak seharusnya kamu sampai seperti ini kepada Kakak kelas kamu." Bu Vivi menceramahi Prisya.
"Orang yang pantas untuk dihargai itu bukan orang yang lebih tua, tapi orang yang bisa menghargai kita juga. Saat sifat dia tidak baik dan tidak bisa menghargai saya, mau dia Kakak kelas saya juga ... tidak akan saya hargai."
Prisya bukan orang yang bisa mengikuti sebuah aturan atau kebiasaan yang berlaku, termasuk dengan dirinya yang harus menghargai Kakak kelasnya. Prisya tidak akan menghargai Kakak kelasnya, kalau orang itu juga tidak bisa menghargai dirinya. Siapa yang menghargainya, maka akan dia hargai balik termasuk kalau orang itu berada di tingkatan yang lebih rendah dengannya.
"Intinya Ibu sudah bosan dengan kasus-kasus yang selalu kalian perbuat, sekarang Ibu akan memberikan surat panggilan untuk orang tua kalian. Nanti kalian kasih surat ini pada mereka dan besok Ibu tunggu kehadiran mereka," ujar Bu Vivi.
Mengetahui kalau besok orang tuanya harus ke Sekolah, membuat Prisya dengan seketika terdiam. "Bu, bisa tidak kalau mereka tidak harus ke Sekolah?" tanya Prisya. Prisya begitu tidak ingin kalau sampai orang tuanya harus ke Sekolah, karena nanti dirinya akan kebingungan untuk menyuruh siapa yang akan datang.
Bu Vivi menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Orang tua kalian harus datang ke Sekolah besok. Jangan ada alasan kalau mereka sibuk. Bilang sama mereka untuk meluangkan sedikit waktunya untuk menemui Ibu, sebab Ibu harus bicara dengan mereka mengenai apa yang sudah kalian berdua perbuat."
*****
Waktu berlalu dengan sendirinya, sekarang hari sudah berganti. Prisya tengah merapikan dirinya di depan cermin, Prisya baru selesai menggunakan seragamnya. Memperhatikan seragam yang tepasang di tubuhnya, membuat Prisya teringat kejadian saat di BK tadi.
Prisya mengetikan beberapa huruf dan kemudian dia kirimkan pada sebuah grup. Grup itu adalah grup yang anggotanya adalah dirinya dan juga keluarganya, Mamah serta Papahnya. Di saat orang lain punya Rumah dengan isi kedua orang tuanya, berbeda dengan Prisya yang hanya mempunyai sebuah grup.
Jangankan Rumah yang ramai dipenuhi oleh sebuah kasih sayang, grup tersebut saja selalu sepi tanpa ada sebuah kabar. Hanya akan ada beberapa pesan yang terkirim kalau memang ada sebuah hal yang penting, tapi pada akhirnya akan mereka abaikan.
[Siapa yang akan datang ke Sekolah aku?]
Melihat Papahnya yang sedang mengetik, membuat Prisya tidak mengembalikan layar handphone-nya. Prisya menunggu jawaban yang sekarang sedang diketik oleh Papahnya.
[Mamah kamu saja, Papah sedang sibuk.]
[Kenapa jadi saya? Kamu saja, dia juga anak kamu. Jangan berlagak sibuk, ini kepentingan anak kamu.] Mamahnya Prisya menjawab, di mana dirinya tidak mau dibebani karena harus datang ke Sekolah Prisya hari ini.
Prisya merasa begitu bosan dengan sebuah perdebatan ini sampai akhirnya Prisya kembali mengetikan sebuah pesan. [Jika kalian tidak ada yang berniat untuk datang, jangan malah saling menunjuk. Nanti aku bisa bila ke Guru BK kalau orang tua aku sudah tidak ada.]
Tanpa disertai dengan sebuah emoticon apa pun, Prisya menengahi perdebatan kedua orang tuanya dengan pesan yang seperti itu. Prisya tahu kalau kedua orang tuanya punya sebauh kesibukan yang mereka jadikan alasan agar tidak bisa menemani dirinya.
Punya kesibukan yang dijadikan alasan, bukan pada kenyataannya mempunyai sebuah kesibukan jadi mereka tidak bisa datang. Kedua orang yang merupakan orang tua Prisya selalu lebih mementingkan keluarga baru mereka, dibandingkan dengan Prisya yang merupakan anaknya.
*****
"Cha, lo serius kemarin berantem dengan Kak Nayla?" tanya Deta sambil memandangi Prisya dengan penuh tanda tanya dan juga menunggu sebuah jawaban.
Novi menganggukkan kepalanya. "Kemarin juga lo gak masuk karena lo lagi berantem kan sama Kak Nayla terus lo berdua ke BK?" tanya Novi yang ikut penasaran dengan hal ini.
Prisya memperhatikan teman-temannya. "Kepo banget sih lo pada?" Prisya menjawab dengan nada yang begitu enteng. "Iya, gue kemarin berantem sama dia. Ada yang ingin ditanyakan lagi gak?" tanya Prisya yang merasa kalau akan ada banyak pertanyaan yang diucapkan.
"Alasan yang membuat lo bisa berantem dengan Kak Nayla apa?" tanya Lily dengan nada bicara yang terdengar begitu polos.
"Sebelumnya gue sama dia gak ada masalah, tapi dia cari masalah duluan sama gue. Gue masih dendam sama perbuatan dia ke gue waktu itu sampai kemarin gue nemuin waktu yang pas, gue balas dendam lah sama dia. Berantem, ke BK deh." Prisya menjelaskan dengan nada bicara yang begitu enteng.
"Tapi lo yakin ingin mencari masalah dengan Kak Nayla? Setahu gue kalau ada orang yang cari masalah sama dia, apalagi sampai seperti lo, maka dia gak akan segan-segan untuk membuat hari-hari orang itu ke depannya dipenuhi dengan hal-hal yang buru." Deta sudah tahu banyak cerita tentang bagaimana Nayla.
"Iya Cha, gue rasa jangan sampai deh lo jadi pusat pembulian Kak Nayla. Hidup lo gak akan tenang ke depannya, nanti bakalan banyak masalah serta hal-hal lainnya yang akan lo terima kalau lo sampai cari masalah sama Kak Nayla."
Prisya menghembuskan napasnya kasar. "Gue udah terlanjur gak suka sama dia, lagian gue juga memang sudah dianggap membuat masalah sama dia, sudah bukan mencari lagi. Apa pun yang ke depannya akan dia lakukan sama gue, gue gak peduli." Prisya sama sekali tidak memikirkan hal itu.