Perlahan langkah kaki Kezira masuk kedalam kelas dengan raut wajah kusut seperti baju yang belum di setrika.
Mata Kezira menyipit ketika ia melihat bahwa meja yang di tempati olehnya sudah tidak ada lagi di tempatnya. Kezira mulai kesal melihat keadaan disekitar, tanpa pikir panjang ia berjalan menuju ruang kepala sekolah untuk mendapatkan penjelasan kenapa meja miliknya tidak ada di kelas namun meja milik siswa lain ada.
Apakah dia di pindahkan?
Bukan Kezira kalau ia tidak membuat rusuh, di sepanjang jalan ia mengumpati orang-orang yang lalu lalang bahkan sepasang kekasih yang sedang di mabuk cintapun kena amukannya.
"Menjijikkan!" pekik Kezira.
Dengan keras ia mengetuk pintu kepala sekolah namun hasilnya nihil hingga ia harus menyalurkan amarahnya lewat tembok dan memukul tembok keras itu dengan tangannya. Sakitnya memang tidak seberapa dengan sakit di hatinya. Sekolah memang punya hak untuk memindahkan dia, tapi bisakan untuk merundingkan terlebih dahulu dengan dia agar tidak terjadi kesalah pahaman seperti ini. Ini namanya tidak adil untuk dia.
"Bajingan" umpat Kezira dengan mata berapai-api.
Siapa yang tidak kesal dengan tingkah semaunya Kepala Sekolah yang hanya menganggap Kezira sampah sekolah bahkan sampah negara sekalipun. Apakah orang-orang tidak memiliki hati hingga melakukan hal yang menjijikkan seperti ini, memangnya apa salahnya menjadi diri sendiri dari pada jadi oranglain kitakan kita bukan mereka.
Hingga seorang guru BK datang menupuk pundak Kezira dan berusaha menenangkan dia dengan lemah lembutnya, alhasil dengan bujuk rayuan guru itu Kezira bisa tenang dan sedikit berpikir jernih dan menelan emosi yang membakar tubuhnya.
"Kezira, kamu di pindahkan ke kelas XI IPA 2." ujar Guru itu tersenyum, tidak heran jika Guru manapun tau namanya toh Kezira memang terkenal.
"Kenapa?" tanya Kezira kesal.
"Saya kurang tau, tapi setau saya kamu dipindahkan oleh Kepala Sekolah karena tindakan kamu yang sudah memukul teman sekelas kamu." jelas guru itu sembari mengingat kasus apa yang menyeret Kezira hingga ia pindah kelas karena anak yang Kezira pukul mengalami trauma.
Minggu lalu Kezira memukul teman sekelasnya karena sudah lancang menginjak sepatu Kezira, walau itu hal sepele tapi Kezira tidak menyukai hal seperti itu apalagi itu terjadi kepada dirinya, bukankah kesalahan harus dihukum tapi kenapa yang benar yang selalu terkena imbasnya, walau caranya salah ya tidak harus pindah kelas juga memangnya dia anak sultan.
"Gila" umpat Kezira di hadapan Guru BK itu tanpa takut, guru BK itu hanya menggelengkan kepala saja.
Langkah Kezira terlihat cepat karena seluruh tubuhnya memanas dan ia butuh minuman yang segar tapi seharuanya ia pergi ke kutub saja agar emosinya mencair kembali.
Sesampainya ia di kantin Kezira mendapati Amazon yang tengah asik mengobrol dengan teman-temanya bahkan terlihat bahwa raut wajah Amazon sudah kembali normal tidak seperti hari itu.
Kezira memesan minuman kesukaannya ditemani dengan makanan ringan untuk mengganjal perutnya karena tadi pagi ia tidak sarapan karena anak tidak tau diri itu sudah menempati posisinya.
Akhir-akhir ini Kezira selalu emosi bila diajak berbicara oleh siapapun mungkin karena dia sedang berada di fase rendah jadi ia mudah terpancing emosi, apalagi semenjak datangnya anak tidak tau diri, lebih baik anak itu di urus oleh panti asuhan saja dari pada menyusahkan orang banyak.
Sedikit mata Amazon melirik kearah Kezira yang tengah menikmati sarapan paginya, ia tidak mau menganggu Kezira ketika gadis itu sedang menyantap makanannya jadi untuk pagi ini Amazon akan menahan kerinduan yang sudah menggebu di dadanya.
Kemarin Amazon sudah dinyatakan sembuh total karena ia memiliki kemajuan yang pesat tentu saja itu karena Kezira, karena dia Amazon bisa sembuh dengan cepat apalagi ketika Amazon membayangkan wajah Kezira beuh tambah kuat staminanya.
Merasa di perhatikan oleh seseorang Kezira pergi dari kanting dengan minuman yang tergenggam erat di tangannya.
Karena Kezira sudah pergi dari hadapannya Amazon hendak menyusul Kezira siapa tau gadis itu membutuhkan sesuatu mungkin pelukan sebagai penghangat bukankah tadi Kezira hanya minum dan nyemil yang dingin-dingin dan sekarang Kezira membutuhkan yang hangat seperti pelukan Amazon.
Baru saja ia ingin beranjak tangan Amazon sudah dulu di cekal oleh Ando yang menyuruh Amazon untuk diam di tempat dan melanjutkan makananya namun Amazon tidak mau kehilangan bidadarinya maka ia menyumpal mulut Ando dengan donat dan ia beranjak pergi.
"Sialan lo!" pekik Ando dengan pipi cabi berisi donat
Di sepanjang jalan Amazon terus celingak-celingukan mencari keberadaan Kezira, hingga ia tidak sadar bahwa ada kaki yang menghalangi langkahnya sampai Amazon tersungkur ke lantai dengan sedikit memar di kening.
Dengan wajah tidak berdosa Kezira menghampiri Amazon yang sudah tersungkur ke lantai itu, Kezira yang memakan roti memberikan sepotong roti itu kepada Amazon dan menyuruh pria bodoh itu untuk memakannya. Dengan senang hati Amazon memakan roti pemberian Kezira itu bahkan sambil tersenyum lain dengan Kezira yang tersenyum menyeramkan dan merasa jijik dengan Amazon.
"Makan tuh roti kadaluarsa." ujar Kezira tersenyum smirk lalu pergi melangkahi Amazon.
Amazon tercengang dengan cepat ia memuntahkan roti itu di toilet, terlihat dari sebrang Kezira hanya tertawa jahat mendengar Amazon berusaha memuntahkan roti itu.
Kezira mengkat roti itu dihadapannya sambil memanyunkan wajahnya "Bego kok di pelihara, mana mungkin gue makan roti kadaluarsa njir." gumam Kezira tersenyum puas.
***
Suasana di dalam kelas XI IPA 2 terlihat kacau, semua orang bergosip tentang apa yang akan terjadi kepada kelas yang aman damai jika kedatangan monster menakutkan.
"Ada apa ini, njir?" tanya Gerin kepada Sesil, tapi Sesil malah mengatakan kalau sebentar lagi bakalan ada monster yang datang di kelas.
Amazon, Ando dan Gerin malah saling tatap karena bingung yang dikatakan oleh mereka semua termasuk Amazon yang hakikatnya masih anak baru.
"Gue ke kamar mandi dulu, nanti kalau ada Pak Tono bilangin kalau gue kebelet." ujar Amazon berpamitan.
Tidak lama dari kepergian Amazon datanglah Kezira dengan lagak kerennya, tentu dengan mata nanar dan wajah tanpa berekspresi seperti tembok.
Seketika suasana kelas yang bising menjadi senyap ketika Kezira masuk kedalam kelas dan duduk di sebuah meja yang sudah memikat hatinya, yap meja paling belakang adalah meja kesukaan Kezira. Tidak peduli itu milik siapa sebelum dia, bodoamat.
"Ngapain liatin gue, mau gue bunuh apa gue siksa?" pertanyaan itu membuat semua orang menelan salivanya dan menundukkan kepalanya sampai guru datang dan menjelaskan apa yang terjadi sehingga Kezira di pindahkan.
Kezira duduk di meja itu sambil memainkan handphonenya dan berusaha tenang walau banyak pasang mata memincing ke belakang membuat ia risih.
"Apa? "
Seorang wanita datang dan mengulurkan tangannya di hadapan Kezira "Hi, aku Meldina." ujar gadis yang duduk di gadapan Kezira itu namun kezira hanya menatapnya sekilas dan mengatakan hal yang menyakitkan.