"Nama lo jelek, lagian gue enggak peduli." gumam Kezira yang sibuk dengan handphonenya.
Sampai seorang pria datang dan duduk di sebelah Kezira "Hallo,"sapa pria itu, dengan kekuatan penuh Kezira menyiku wajah pria yang belum ia liat wajahnya namun suaranya pamiliar.
Pri itu meringis kesakitan, seketika Kezira tersadar bahwa orang itu Amazon karena ini kelas XI IPA 2 berarti itu benar.
Amazon cengengesan walau rasanya perih karena sikuan Kezira yang keras namun ia berusaha tenang dan bersikap manis dihadapan Kezira walau wajahnya mulai memerah merona karena senang.
"Ini meja Azon, kenapa harus Zira yang nempatin, kalau gituh bagi dua ya dempet-dempetan gituh kek pepes ikan." ujar Amazon duduk di samping Kezira yang masih membisu.
"Gue enggak mau membagi apalagi di bagi, bagi gue hal itu menjijikkan!" tegas Kezira dengan mata nanarnya menatap manik mata Amazon yang berbunga-bunga.
"Tenang kalau Kezira mah satu, nggak bakalan kayak Sctv deh, satu untuk semua, janji." ujar Amazon tersenyum dan menyodorkan jari kelingkingnya.
Bukannya membalas Kezira malah mengambil pisau kecil di saku bajunya dan menyahat jari kelingking Amazon tanpa rasa kasihan hingga kelingking Amazon mengeluarkan darah segar.
Tetesan darah itu menetes hingga merubah lantai menjadi merah, semua siswa histeris dan segera membawa Amazon keruang UKS untuk membersihkan lukanya.
Amazon yang kesakitan hanya bisa pasrah dan merasa tidak percaya juga dengan apa yang dilakukan Kezira barusan ternyata seganas ini Kezira.
"Menjijikkan" gumam Kezira tidak peduli, malah ia menyumpal telinganya dengan earphone.
Banyak sekali cacian yang di lontarkan untuknya tapi ia tidak mendengar jelas karena kerasnya volume musik, dan tujuannya memang itu untuk menyumbat kupingnya agar tidak mendengarkan omongan-omongan yang membagongkan.
"Membiarkan manusia-manusia idiot mencaci adalah hal yang menyenangkan."umpat Kezira ketika ia terus mendengar cacian dari orang-orang yang hanya bisa melihat keburukan oranglain, bahkan hal sepele seperti itu tidak usah berlebihan apalagi Kezira membunuh orang di sekolah mungkin itu lebih menyenangkan untuk ditonton oleh mereka.
"Enggak tau malu!"
"Dasar monster!"
"Cewek gila!"
"Lebih baik lo hidup di gua sekalian!"
"Kurang baik apa Amazon sama lo!"
"Kalau enggak suka jangan nyakitin dong!"
Sontak Kezira bangkit dari duduknya dan membuka aerphone nya."MANUSIA IDIOT!." pekik Kezira sambil pergi membawa ranselnya.
Keputusan Kepala Sekolah sudah bulat bahwa Kezira di skors karena kesahan yang tidak bisa di toleransi kembali, walau Naya sudah berjanji bahwa kejadian ini tidak akan terulang lagi tapi hasil dari pembelaan Naya nihil Kepala Sekolah tidak mau lagi mencabut hukuman itu dan menggantinya dengan hukuman yang lebih ringan.
Naya berjalan berdampingan dengan Kezira yang diam membisu."Bisa nggak sih kamu jangan buat masalah terus Kez?" tanya Naya menghentikan langkahnya.
Namun langkah kaki Kezira malah semakin cepat."Membagongkan sekali."gumam Kezira pergi walau Naya terus memanggilnya hingga suara Tantenya itu serak.
"Bisa-bisa setres." umpat Naya kesal.
Kezira berjalan di antara koridor sekolah sambil bersiul ria karena ia mendapatkan libur selama tiga hari dan itu adalah waktu yang tepat untuk ia bersenang-senang.
Dengan segera Kezira menelpon teman badasnya dan menyuruhnya untuk pergi ke sebuah Club yang sudah menjadi langganan mereka.
"Okeh, gue tunggu." itu akhir pembicaraan di telpon tersebut, sampai seseorang menghalangi jalannya.
"Masih hidup lo?" tanya Kezira menyeringai melihat Amazon yang berada di depannya dengan telunjuk yang terbungkus perban.
Amazon meregangkan tangannya untuk menghentikan Kezira yang hendak menghindar darinya.
"Sakit? Minta gue tanggung jawab? Apa kurang?" pertanyaan demi pertanyaan terus Kezira lontarkan kepada Amazon.
"Tanggung jawab." ujar Amazon tanpa menebarkan senyuman seperti biasanya.
Kezira kembali menyeringai "Mau duit berapa lo?" tanya Kezira.
"Gue cuman mau lo belajar suka sama gue,"
"Mimpi jangan ketinggian ganteng nanti kalau bangun syakit, gimana?" bisik Kezira.
Kezira menepuk pundak Amazon."Kalau masih suka sama gue, maukan lo ngasih tangan lo buat gue potong terus gue jadiin pajangan di Rumah, gimana?" tanya Kezira tersenyum tipis melihat wajah Amazon yang ambigu.
Jangan salahkan Kezira bahwa ia mengatakan hal yang menakutkan seperti itu karena Amazon lah yang terus mendesaknya untuk mencintai dia padahal Kezira tidak mau mencintai seseorang lagi.
Lagi? Artinya Kezira pernah mencintai seseorang, iya Kezira pernah mencintai seseorang dengan tulus, sangat tulus hingga ia menjadi orang yang kacau seperti sekarang ini ketika orang itu pergi dengan janji yang terus menerus ia ucapkan namun tidak pernah ia tepati, kalau tidak bisa menepati untuk apa berjanji?
***
Malam pun tiba, tepat jam 22: 00 Kezira sudah memakai busana berwarna hitam dengan panjang selutut dan haihils senada dengan busananya, ia sudah siap untuk berpesta dengan teman SMP yang sama-sama memiliki kepribadian dengannya.
Kezira tidak perlu mendapatkan izin dari Naya karena wanita paruh baya yang belum berumah tangga itu masih lembur di kantor dan kemungkinan dia akan pulang larut malam.
Kini tinggal hama yang bernama Gerld yang harus Kezira selesaikan.
Saat Kezira hendak membuka pintu utama sang hama pun datang dan menghentikannya membuat Kezira kesal setengah mati.
Tanpa berfikir panjang Kezira membalikkan tubuhnya dan menatap mata Gerld dengan tatapan nanarnya."Kenapa Adik boneka?" tanya Kezira lembut.
Senyum menyeringai Kezira kembali terpampar jelas."Mau kemana Kak?"
"Nyari cara buat bunuh lo!"
BUG!
Dengan sekali pukulan Gerld terkampar di lantai dengan pelipis yang mengeluarkan darah segar.
"Ups, sorry!" pekik Kezira tertawa senang.
Kezira menedang tubuh Gerld yang terkampar di lantai karena ia melihat tangannya yang kotor karena darah Gerld."SIALAN! LO NGOTORIN TANGAN GUE ANJING!" teriak Kezira dengan nafas yang tersengal-sengal.
Kezira berjongkok di hadapan Gerld dan mencengkram wajah Adiknya itu."Siapa suruh lo jadi Adik iblis." ujar Kezira kehilangan kesadaran.
"Ash..sialan." pekik Kezira, kemudian ia melanjutkan langkahnya setelah ia membersihkan tangannya.
Kini Kezira berada di basement rumah untuk memilih mobil mana yang akan ia pakai untuk malam ini, harus mencolok.
"Merah, warnanya seperti darah. Pas sekali untuk hari ini." gumam Kezira kemudian ia masuk kedalam mobil sport berwarna merah tersebut, dengan secepat kilat mobil Kezira melesat keluar dari rumah.
Tidak perlu waktu lama untuk sampai di Club hanya butuh waktu limabelas menit saja karena ia membawa mobil dengan secepat kilat.
Kezira mendapati handphonenya yang berbunyi terlihat kontak teman badasnya menelpon menandakan dia sudah sampai di tempat pertemuan.
"Hallo, lo tunggu aja di sana. Sebentar lagi gue sampai kok."
"Okey, deh. "
Sesampainya di dalam Kezira melihat seorang gadis berpakaian mini tengah duduk di kursi bar dengan segelas minuman alkohol.
"Udah lama?" tanya Kezira duduk di samping gadis yang menoleh kepadanya.
"Satu abad, kemana aja lo?" tanya gadis itu.
Tidak ada gubrisan dari mulut pedas Kezira, ia hanya merogoh handphonenya"Lucu banget..."