Amazon berjalan menelusuri setiap koridor sekolah dengan jalannya yang sempoyongan karena ia sudah tidak memiliki tenaga untuk berjalan seperti biasanya.
"Zon!" panggil Gerin dari belakang Amazon.
"Ger, temenin gue ke UKS." pinta Amazon kepada Gerin.
Wajah Amazon kini berubah menjadi pucat pasi, membuat Gerin mengangguk dan membantu Amazon secepat mungkin.
"Kenapa lagi sih Zon, udah di bilang jangan ke kelas Kezira, bandel sih lo." omel Gerin dengan wajah tidak suka.
"Jangan banyak ngomong deh, tau juga gue lagi kesakitan gini, pusing lagi." ujar Amazon lemah.
"Iya, maaf deh." ujar Gerin dengan wajah cengengesan.
Sambil memopoh Amazon, Gerin terus mengumpat tentang Kezira yang sudah kelewat batas. Gerin tau kalau Kezira memang kejam, tapi setidaknya Kezira mau memberikan kesempatan kepada Amazon karena ia tau kalau sahabatnya itu sungguh-sungguh mencintai Kezira.
"Gimana bisa sih lo suka sama si Kezira, sedangkan lo itu kan anak pindahan?" tanya Gerin aneh.
"Ada deh," ujar Amazon tersenyum simpul.
"Gue masih enggak percaya kalau lo suka sama si Kezira, apa lo cuman mau jadi cowok populer di akun gosip sekolah?"
"Gila aja, gue juga udah populer kali karena kegantengan gue. Emang lo fikir gue bohong apa, apa perjuangan gue kurang meyakinkan. Apa perlu gue bawa toa terus keliling kelas buat bilang kalau gue cinta Kezira?" ujar Amazon.
Entah ide gila apa yang melintas di fikirannya itu sehingga ia terdiam untuk sesaat dan menelaah setiap ucapannya barusan.
"NAH!" pekik Amazon, seketika Gerin terkejut dengan pekikan Amazon yang lantang.
Amazon memutar kepalanya, kemudian ia menatap Gerin dengan senyum manis seperti memberikan kode kalau dia membutuhkan bantuan Gerin.
"Ape lu?" tanya Gerin sedikit takut dengan senyum Amazon.
Amazon membisikkan idenya kepada Gerin. Bukannya menyetujui ide Amazon, Gerin malah menolaknya dengan gelengan cepat."Emuh, ane kagak mau Zon. Tega lo mah ih, emang lo mau liat gue tinggal nama. Jangan dong ih. Jangan dong Zon." mohon Gerin dengan wajah memelasnya.
Amazon tersenyum misterius "Enggak ada penolakan, gue kasih seblak bi Neneng deh, setuju." ujar Amazon memberikan kesepakatan.
"Setuju." ujar Gerin tersenyum.
"Kapan? Mao kapan Zon?" tanya Gerin.
"Hem, gue butuh persiapan. Nanti gue kasih tau lagi." ujar Amazon.
"Oke, gue tunggu. Apa perlu gue ajak Kekey, Sesil, Tera, sama Ando." ujar Gerin.
"Bagus, emang enggak salah ya gue milih temen kayak lo Ger, maaciw. " ujar Amazon memeluk Gerin.
***
Trrring!!
Tak terasa bel pulang sudah berbunyi namun Amazon masih berada di alam mimpi karena sedari tadi Amazon hanya tertidur karena kepalanya pusing padahal tadi itu pelajaran matematika, bagaimana bisa Amazon mengerti dengan rumus-rumus jahanam kalau dia tidur sampai lupa waktu hingga ia tertidur sampai bel pulang berbunyi.
"Balik?" ujar Amazon parau, perlahan matanya membuka walau matanya masih lengket.
"Eleh, enak ae ya lu di alam mimpi. Ada gue enggak di mimpi lo?" tanya Gerin cengengesan.
"Amit-amit deh gue mimpiin lo, mimpi kawin sama Jenny Blackpink dong gue." ujar Amazon tersenyum geli.
"Ceileh, paling juga sama Bi Mumun tukang mungutin sampah di kantin." ujar Gerin memutar bola matanya.
Amazon bangkit " Dah ah, gue mau balik. Sakit nih badan, apa lagi kuping gue sakit karena dengerin lo ngomel melulu." ujar Amazon, kemudian ia pergi keluar kelas.
Di tengah-tengah perjalanannya Amazon menghentikan langkahnya ketika ia melihat Kezira baru keluar dari kelasnya. Rasanya Amazon ingin sekali jalan beriringan bersama Kezira seperti sepasang kekasih tapi kenyataanya tidak dan entah sampai kapan mimpinya itu bisa menjadi kenyataan.
"Zi.." ucapan Amazon tepotong ketika Kezira berjalan dengan cepat.
Tidak mau kehilangan Kezira dari pandangannya, Amazon mempercepat langkahnya. Kezira berjalan di depan, sedangkan Amazon berjalan di belakang tanpa sepengetahuan Kezira.
"Andai kita sepasang kekasih, mungkin kita akan berjalan berdampingan bukan menjaga jarak seperti ini, kapan sih Kez lo mau nerima cinta gue. Atau setidaknya lo bersikap baik ke gue itu udah cukup." Batin Amazon.
Amazon yang melamun dengan isi hatinya itu tersadar ketika ia tidak melihat tubuh Kezira di depannya, bukankah tadi Kezira ada di depannya dan dia mengikuti di belakang tapi sekarang kemana.
Mata Amazon celingak-celingukan mencari keberadaan Kezira namun ia tidak menemukannya.
Setelah berhasil berjalan menuju gerbang sekolah mata Amazon terbelalak ketika ia melihat Kezira tengah mengobrol dengan seseorang yang tidak Amazon kenal.
Amazon menguping sedikit pembicaraan yang samar-samar ia dengar, tapi tidak jelas.
Amazon menarik nafasnya "Apa ini, cowok itu megang tangan Kezira, wah berani sekali dia menyentuh belahan hati Azon." gumam Amazon, sangat jelas sekali bahwa lelaki itu mengajak Kezira untuk pulang bersamanya.
"Siapa sih itu?" gumam Amazon.
Amazon hendak menghentikan lelaki itu dan Kezira, namun mereka lebih dulu pergi hingga Amazon hanya bisa terpaku di tempat sambil melihat mobil sport berwarna merah melaju.
"Kira-kira siapa ya?" tanya Amazon berfikir.
"Jadi manusia enggak usah kepo," ujar seseorang dari belakang.
Amazon menoleh ke belakang dengan senyum miring "Eh penghianat, kenapa lo enggak mati aja sih? "ujar Amazon memutar tubuhnya.
"Harusnya lo yang mati, nyawa harus di bayar dengan nyawa, apa lo paham." ujar Devon tersenyum sinis.
Kedua tangan Amazon mengepal kuat, ingin sekali Amazon membunuh Devon apalagi bibirnya yang tidak bisa di jaga.
"Gue enggak bunuh dia!" tegas Amazon dengan penuh penekanan.
"Terus siapa yang bunuh dia?" tanya Devon nyolot.
Mata mereka terbelalak, hingga..
Bugg!!
Amazon memukul Devon dengan sekali tonjokan smapai sudut bibir Devon mengeluarkan darah segar.
"GUE PERINGATIN JANGAN PERNAH SEBUT KALAU GUE PEMBUNUH! GUE BUKAN PEMBUNUH!!" teriak Amazon dengan nafas ngos-ngosannya.
Bukannya kapok Devon malah tersenyum miring "Emang lo yang bunuh kan?" ujar Devon sambil menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Tenang boss Azra, rahasia anda terjaga dengan rapih. Tapi,kalau situasinya mendesak sih, gue bongkar sampai seluruh penghuni sekolah ini tau siapa Amazon Azra Adzrianata itu. Hahahaaa.." Devon tertawa mengejek, membuat Amazon semakin Geram.
"ANJING!!!" Amazon menendang tubuh Devon yang tergeletak di tanah.
BUG!
"GUE BUKAN PEMBUNUH!!" teriak Amazon dengan rahang yang mengeras, Devon hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Banyak juga orang yang memperhatikan perkelahian mereka, namun tidak ada yang bisa memisahkan perkelahian mereka, hingga satpam penjaga sekolah datang untuk menengahi mereka berdua.
"Udah-udah jangan berantem, semua masalah bisa di selesaikan dengan baik-baik, tuh kan babak belur." oceh satpam yang bernama Pak Budi.
Masalah orang lain mungkin bisa di selesaikan dengan baik, lain dengan masalah mereka yang masih ambigu. Mereka juga bingung siapa yang salah di antara mereka. Karena waktu masih belum menjawab pertanyaan mereka.
"AZKA! "
"PEMBUNUH!"
BUG!
BUG!
"GUE BUKAN PEMBUNUH! "
"Terus lo apa? Pecundang?" tanya Devon dengan sorot mata tajam.
"ANJING!"