Chereads / Kezira: Sungai Amazon / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

Tiga puluh menit sudah berlalu, perlahan mata Amazon mulai terbuka walau sedikit perih. Tangannya terus mengucek matanya yang perih itu karena pandangannya kabur."Apa yang terjadi?" tanya Amazon sambil memijat pelipisnya yang berdenyut.

Tidak lama dari itu seorang perawat masuk dan menghampiri Amazon dengan sebuah nampan ditangannya."Maaf, saya membawakan makan." ujar perawat itu sembari meletakkan makanan itu di nakas.

"Iya. " ujar Amazon mengangguk kebingungan.

Yang menjadi pertanyaan kenapa Amazon bisa ada di Rumah Saki, padahal tadi ia sedang berjalan di terotoar dengan hembusan angin malam dan seterusnya ia tidak bisa mengingat hanya bisa mengingat bahwa ia kembali ke masalalu. Mengingat segala yang terjadi.

"Saya kenapa?" tanya Amazon dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Anda kecapean mungkin terlalu banyak beraktifitas atau terlalu banyak pikiran hingga anfal."

"Siapa yang membawa saya kemari?"

"Hem..saya kurang tau karena saya baru jaga sepuluh menit yang lalu, nanti saya coba tanyakan pada Dokter yang menjaga anda."

Amazon menghembuskan nafas beratnya "Boleh minta tolong ambilkan handphone saya di atas nakas?" pinta Amazon, lalu suster itu mengangguk.

Tanpa disadari sepucuk surat tergeletak diatas handphone itu "Ada surat" ujar perawat itu bersamaan memberikan hanphone Amazon dengan surat itu.

"Dari siapa?"

"Tidak ada nama, mungkin dari seorang yang menolong Anda." ujar perawat itu, kemudian perawat itu izin untuk keluar karena urusannya sudah selesai hanya mengantarkan makanan untuk pasien.

Perlahan tapi pasti Amazon membuka sepucuk surat itu, sepucuk surat yang tidak ada nama pengirim dan kata-kata panjang selayaknya sebuah surat, ini hanya sebuah kata singkat namun bermakna.

"Masalalu jangan dilupakan tapi dikenang sebagai petunjuk untuk menjalani hidup yang lebih baik."

Setelah membaca kutipan kata itu Amazon tersenyum, entahlah ia merasa ada sebuah pendingin yang masuk kedalam masalalunya yang panas untuk meredakan semuanya yang berlalu.

"Sepucuk surat yang misterius." tanpa sadar Amazon mengantongi surat itu di saku celananya dan berharap bahwa ia akan bertemu dengan sang pengutip.

"Puitis." gumam Amazon, refleks bibir Amazon tersenyum mengembang.

***

Diperjalan Kezira dikejutkan dengan sebuah pesan dari seseorang yang pernah menjadi kekasihnya. Tadipun saat pulang sekolah lelaki itu menghampiri Kezira dan memaksa bahwa ia ingin kembali berhubungan dengan Kezira apapun resikonya.

Penyebab kenapa ia bisa menjalin hubungan dengan lelaki brengsek karena ia kalah taruhan dengan temannya dan alhasil Kezira harus memacari lelaki itu selama tiga bulan. Lelaki itu bukan lelaki yang baik, tapi lelaki yang sangat buruk mungkin limbah sampah.

Tidak penting untuk mengingat hal yang menjijikkan seperti berhubungan dengan lelaki yang bernama Laksamana tersebut karena itu lahir dari adanya taruhan bukan perasaan, mudahkan tinggalkan lalu lupakan.

"Apakah masih lama?" tanya Kezira, tidak lama dari pertanyaannya tadi mobil sedan berwarna merah yang di tumbangi oleh Kezira memasuki halaman sebuah Hotel berbintang, terlihat dari arsitektur Hotel tersebut malah dan mengkilap.

Kezira melangkahkan kakinya menuju tempat pertemuannya dengan Naya katanya ia ingin memperkenalkan Kezira kepada seseorang.

Terlihat dua orang tengah berbincang, Kezira melihat punggung keduanya dengan seksama dan ia tebak bahwa salah satu dari kedua orang itu adalah Naya karena hanya ada wanita tua itu, dan seorang pemuda duduk berhadapan dengan Naya.

"Kezira!" panggil Naya sambil melambaikan tangannya agar Kezira menghampirinya.

"Langsung ke intinya!" pekik Kezira ketika ia sudah berhasil duduk bersebelahan dengan seorang pemuda yang memiliki pahatan wajah yang sempurna.

"Hai" sapa pemuda itu sambil tersenyum manis, Kezira tebak usianya hanya berbeda dua atau tiga tahun darinya.

"Enggak usah basa-basi, ada apa nyuruh gue ke sini?" rahang Kezira mulai mengeras karena Naya malah sibuk dengan hanphonenya yang terus bergetar karena panggilan masuk.

"Tante tinggal sebentar ya, kalian ngobrol aja." ujar Naya yang meminta izin untuk mengangkat panggilan telponnya.

Karena tenggorokan Kezira kering dan ia membutuhkan minuman yang bisa menggilangkan dahaganya itu  tanpa pikir panjang ia meraih minuman yang ada di depannya, lalu meneguknya hingga tandas.

Sedangkan pemuda disamping Kezira malah tersenyum ketika Kezira meminum minuman itu dengan estetik, mungkin wajah Kezira terlihat cantik bila ia sedang minum tapi cara minumnya yang berbeda dan bisa tergolong aneh.

Didalam minuman itu terdapat potongan jeruk segar yang mampu menimbulkan efek asam bila memakannya secara langsung, Kezira mengobok minuman itu lalu menelan jeruk itu tanpa menguliti kulitnya yang masih utuh terlibih dahulu.

"Jangan melihat hal yang buruk!" pekik Kezira sambil menghembuskan nafasnya.

"Kakak!" panggil pemuda itu dengan senyum berbinarnya.

Sontak mata Kezira terbelalak karena panggilan asing itu, mata Kezira melirik pemuda yang tersenyum itu dengan tatapan tajamnya.

"Mau mati?" tanya Kezira.

Akhirnya Naya menyelesaikan urusan kantornya dan kembali kepada dua saudara yang tidak saling kenal itu bahkan asing.

"Gimana ngobrolnya, seru?" tanya Naya tersenyum, pemuda itu mengangguk namun Kezira malah memutar bola matanya.

"Garing."

Naya menghela nafas beratnya, ia mengucapkan kalimat demi kalimat tentang siapa pemuda itu, dari mana asalnya, dan siapa orangtuanya. Kezira tidak menimbulkan ekspresi terkejut bahkan wajah Kezira terlihat datar dan tidak peduli dengan penjelasan Naya.

"Jadi, mulai sekarang Gerld bakalan tinggal di indonesia dan sekolah di sekolah kamu, mulai besok." ujar Naya.

Kezira yang sudah menahan emosinya mulai muak dengan semua permainan ini, kenapa dia harus merusak semua yang Kezira punya. Pertama orangtuanya dan kini semua hal yang menjadi milik Kezira, mungkin juga perhatian Naya yang akan condong ke Gerld karena ia baru menginjak usia enambelas tahun.

BRAK!

Kezira menggebrak meja cukup kencang hingga sudut mata Naya terlihat jelas menatap Kezira dengan tatapan tajamnya. "Kalau ada madu pasti ada lebah, ya'kan?" tanya Kezira dengan senyum miringnya.

"Orangtua kamu ada di Australia, mereka hanya menitipkan Gerld kepada Tante, karena keadaan di Australia sedang tidak terkendali dan Gerld tidak aman disana." jelas Naya.

"Emangnya gue peduli, mau aman atau enggak ya bodoamat. Gue mau nanya emang mereka peduli? Nggak kan? "

Rasanya sakit, itu yang dirasakan Kezira ketika ia mengetahui bahwa pemuda yang ada di sampingnya adalah Adiknya. Adik yang sudah merebut segalanya dari Kezira termasuk kasih sayang kedua orangtuanya.

"Kakak."ujar Gerld berusaha meraba tangan Kezira namun Kezira menepiskannya kasar.

"Jangan panggil gue kakak, karena gue bukan kakak lo!" tegas Kezira bangkit dari duduknya.

"Kenapa? "

Sontak mata Kezira terbelalak karena panggilan asing itu, mata Kezira menatap lekat pemuda yang tersenyum itu dengan tatapan tajamnya.

"Apakah dia mainan baruku? " tanya Kezira pada Naya dengan tawa menyeramkan.

Seisi restoran menghampiri Kezira, agar dia tidak mengatakan hal menyakitkan pada adiknya itu. Tapi bukan Kezira yang tidak membuat seseorang langsung menutup mulutnya rapat.

"Mau bermain denganku juga? Apakah kamu hanya ingin mengganggu masalah oranglain. Bukankah itu tidak sopan? " ujar Kezira dengan bahasa formal.

"Kakak." panggilan itu hampir membakar Kezira.