Chereads / Kezira: Sungai Amazon / Chapter 9 - Bab 9

Chapter 9 - Bab 9

BUG!!

Devon memukul pipi kanan Amazon sampai Amazon terjungkur ke tanah. Seharusnya Amazon yang memukul Devon bukan sebaliknya.

Sebaiknya mereka harus segera di pisahkan sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan. Namun tenaga keduanya sangat kuat.

"EMANGNYA LO SIAPA!? GUE ENGGAK TAKUT SAMA LO ANJING!" teriak Devon, untung satpam itu berhasil memisahkan mereka berdua sebelum adu bacok.

"Orang itu bakalan terus mengenang kesalahan bukan kebaikannya, sekalipun kebaikannya lebih banyak dari pada kesalahannya karena satu kesalahan bakalan menutupi seribu kebaikan." tegas Devon, kemudian ia pergi dari hadapan Amazon dengan sorot mata tajam mengarah kearah Amazon.

"So suci, padahal lo lebih bejad dari pada gue." ujar Amazon berdecak sebal.

Ingin sekali Amazon membunuh Devon tapi ia tidak bisa membunuh sahabatnya sendiri walaupun Devon sudah banyak membuat kesalahan, tapi Amazon yakin setiap kesalahan bisa di perbaiki.

"Dasar pengkhianat." gumam Amazon sambil mengusap wajahnya kasar.

***

Setelah pertikaian tersebut Amazon segera melangkahkan kakinya, ia menelusuri trotoar jalan dengan lamunan mengarah pada masalalunya, bukannya Amazon mau melupakan masalalunya hanya saja ia tidak ingin mengingat lagi kenangan yang membuat dirinya terpuruk seperti dulu.

Persahabatan adalah ikatan yang seharusnya kuat sampai kapanpun, namun persahabatannya dengan Devon tidak memiliki ikatan yang kuat melainkan seutas simpul ikatan yang mudah terlepas hanya dengan sekali tarikan. Percaya atau tidak bahwa Devon itu pernah menjadi sahabatnya dulu, sahabat yang semestinya seorang sahabat lakukan ketika sahabatnya mengalami kesulitan. Namun, semuanya berubah ketika cinta saling membutakan kedua sahabat itu hingga lupa bagaimana kuatnya ikatan persahabatan dibandingkan dengan ikatan cinta.

"Lo itu cuman beban keluarga, gue benci sama lo, gue cuman mau manpaatin lo aja, siapa yang mau sahabatan sama cowok brengsek kayak lo, sadar bro!." kalimat itu kembali membayangi benak Amazon, ketika Devon memutuskan hubungan.

Bukan hanya soal Devon yang membuat Amazon terpuruk hingga ia harus di rawat di Rumah Sakit Jiwa, melainkan sebuah peristiwa yang menyayat hatinya hingga Amazon berada di dalam ruang gelap tanpa sinar matahari sedikitpun selama setahun.

Langkahnya membawa tubuh rapuh itu berjalan hingga waktu sudah hampir malam. Tanpa disadari kakinya sudah kebas, matanya merah, hatinya sakit, pandangannya kabur hingga tubuhnya tumbang.

Lima menit sudah berlalu, terlihat sebuah mobil menepi. Seseorang keluar dari mobil mewah berwarna merah itu dengan tangan yang disilang di dada sambil mengamati wajah seorang lelaki yang tergeletak di tepian jalan dengan mengenaskan.

Karena kasihan ia menyuruh supirnya untuk membawa lelaki itu kedalam mobilnya, perlahan mata lelaki itu terbuka dan menatap wanita yang berada di sampingnya dengan baju mini berwarna hitam. Tidak butuh waktu lama perlahan mata itu terpejam kembali, membuat wanita itu berdecak.

"Merepotkan."

Diperjalanan lelaki itu meracau mengatakan bahwa ia tidak bersalah dan bukan dia yang melakukannya sambil menjambak rambutnya frustasi, wanita itu menatap wajah gelisah Amazon yang terlihat ketakutan.

"Nona, Bu Naya menelpon saya. Apa yang harus saya katakan?"

"Bilang kalau kita sedang di Mall,"

"Tap-"

"Diam atau lidah lo gue potong!." ancam Kezira dengan tatapan nanarnya.

"Tidak!!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"Aku tidak membunuhnya" Amazon terus mengigau karena ia tengah bermimpi kembali ke masalalu.

Perlahan tangan Kezira meraih kepala Amazon lalu meletakkannya dibahu kanannya sembari mengelus lembut puncak rambut Amazon untuk menenangkan pria yang terlihat cemas, terlihat dari raut wajahnya.

"Tenang, jangan memikirkan hal yang menyakitkan." bisik Kezira dengan lembut, Kezira memang jahat tapi ia masih punya hati yang kapan saja bisa lembut.

"Antar dia ke Rumah Sakit, dan jangan bilang kepada Naya kalau saya menyelamatkan nyawa manusia, memuakkan." ujar Kezira kepada supirnya.

Kini Kezira selalu diikuti oleh supir yang memiliki tubuh kekar dan otot kuat, mungkin hanya dengan uang supir itu akan tutup mulut tapi nyatanya dia setia, patut di berikan hadiah sebuah penyiksaan.

"Jangan pernah mengatakan hal yang tidak penting kepada Naya, jangan harap kamu bisa menang dari saya." gumam Kezira tersenyum tipis.

"Tidak akan selama anda masih berada diantara batasan yang sudah ditentukan."

"Memangnya apa batasannya, tidak boleh membunuh orang? Balapan? Atau menculik lelaki untuk kuajak main? Ouh atau membunuh seluruh keluarga mu hingga kamu menangis darah." gumam Kezira dengan ancamannya, bukan hatinya yang jahat tapi mulutnya yang mengatakan semuanya karena mulut tidak bisa dibohongi tapi hati bisa karena ia tidak bisa berbicara selain berbisik tentang hal yang dipercayai tapi membawa petaka karena mengikutinya.

"An-" uncapan supir itu terpotong kala Kezira menyayatkan pisau di pergelangan tangannya sendiri.

"Bukankah kau ingin melihat bagaimana seorang Kezira menumpahkan darah?"

Sontak supir itu menghentikan mobilnya karena terkejut melihat pergelangan tangan Kezira yang mengeluarkan darah.

"Non-" kembali, Kezira kembali memotong ucapan supir itu.

"DIAM!, aku muak dengan semua ini, bagaimana mungkin aku hidup dalam kekangan Naya!" sentak Kezira dengan mata yang berapi-api.

Supir itu tercengang "Kembali, lanjutkan perjalanan bawa dia ke Rumah Sakit, dan bayar semua biaya perawatannya." ujar Kezira, kemudian supir itu mengangguk.

Tangan supir itu kini mengetik sebuah pesan untuk memberitahukan kepada Naya bahwa Kezira mengamuk hingga menyayat pergelangan tangannya.

***

Setelah pembicaraan yang cukup panjang akhirnya Amazon dirawat di Rumah Sakit karena keadaannya yang memburuk, mungkin efek kecapean ataupun pikiran.

"Jangan bilang kalau saya yang membawanya kemari, tidak ada hubungannya. Tolong sembunyikan semua dan bilang padanya kalau dia tergeletak di trotoar dan seorang supir angkot membawanya kemari, bilang seperti itu." ujar Kezira, Dokter itu melirik pergelangan tangan Kezira yang terus mengeluarkan darah segar namun Kezira enggan untuk mengobatinya biarkan saja dia mati toh dia tidak akan hidup sebagai beban ataupun anak tidak berguna kalau dia menghilang dari bumi.

Sebelum benar-benar pergi, Kezira meletakkan sepucuk surat yang ia tulis secara singkat. Mungkin jika dikatakan surat itu terlalu berlebih yang tepat adalah sebuah kutipan yang terlintas dibenak Kezira ketika melihat wajah cemas Amazon walaupun lelaki itu tertidur tapi raut wajahnya menunjukkan bahwa dia tengah bersedih karena mengingat masalalunya.

Walaupun jahat Kezira juga tau kalau setiap orang memiliki masalalu yang buruk, dia juga punya malah lebih buruk dari hal yang ada di dunia. Dan semoga tidak ada yang memiliki nasib yang sama seperti Kezira.

Semua orang berubah karena suatu hal yang tidak bisa diceritakan kepada oranglain karena ia tau kalau orang itu tidak akan memberikan solusi dari masalahnya hanya akan bertambah buruk, lebih baik dia menutupi dirinya dengan hal yang tidak di sukai orang lain. Itu cara Kezira menjalani hidupnya, walau selalu di cela orang.

Setelah mengatakan amanahnya, Kezira pergi dari Rumah Sakit untuk menemui Naya di sebuah Hotel ternama di Jakarta, karena Naya ingin mengenalkannya kepada seseorang. Awalnya Kezira menolak karena ia akan pergi ke Bar untuk meminum minuman yang memabukkan bersama dengan kenyataan yang menyakitkan.