Lidya tak memikirkan apa yang orang lain pikirkan saat ini, ia memang sengaja mempermalukan papahnya karena papahnya pun sudah menamparnya di depan umum. Tak peduli ia akan dikatakan apa saja, tak peduli apa yang terjadi, intinya ia sedang kesal saat ini. Ia sedang kesal karena papahnya berjalan dengan mesra bersama perempuan lain padahal mamahnya menanti dengan tangisan di rumah.
Gadis yang tengah kesal itu melajukan mobilnya dengan kecepatan kencang, tak peduli berapa banyak umpatan yang pengendara lain lontarkan kepada dirinya. Ia sedang sebal, pokoknya sebal. Ditambah jejak tamparan merah yang masih membekas sakit di pipinya.
"Kenapa papah egois banget sih? Kenapa papah gak pernah mikir apa yang ia lakukan itu ada karmanya. Kenapa sih papah selalu gini? Gak belajar dari kesalahan banget," gerutu Lidya pada dirinya sendiri. Ia menambah laju kendaraan mobilnya.