Darren meletakkan kunci mobilnya di nakas, pria itu langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat empuk. Menghela napasnya panjang, sambil memikirkan apa yang tumbuh di hatinya ini. Apakah ia benar-benar mencintai Via? Apakah ia benar-benar mencintai gadis itu?
Rasanya sungguh tidak bisa dideskripsikan, ia seperti terjebak atas apa yang ia buat. Ia terjebak jaring yang ia buat sendiri. Ia terjebak lubang yang ia gali sendiri. Ia terjebak perasaan yang ia awali sendiri. Semuanya sangat tidak enak.
Rasa yang sekarang ada berawal dari taruhan Aldo yang masih belum ikhlas karena dirinya dijadikan sebagai ketua basket. Aldo membencinya, pria itu membenci saat ia menggantikan posisinya.
TOK TOK TOK TOK!
"Darren!" panggil seorang wanita dari luar kamar bernuansa hitam putih yang sudah Darren ketahui itu siapa.
"Masuk aja, Mah. Gak dikunci kok," ujar Darren mempersilakan mamahnya masuk.