Nyatanya, tidak ada yang peduli pada diri Vania. Tidak ada siapapun yang peduli padanya kecuali dirinya sendiri. Pasti ada sosok yang ingin membuat Vania hancur, sosok yang sangat ingin membuat Vania menderita dan tidak akan pernah tertawa. Tidak perlu dipungkiri lagi, itu semua pasti adanya. Vania tidak bisa mengetahuinya sekarang, mungkin nanti ia akan tahu setelah ia sudah berada di titik paling rendah.
Titik paling rendah di mana Vania tidak tahu harus mengadu ke siapa. Titik paling rendah di mana Vania tidak lagi memikirkan tempat mana yang harus ia kunjungi untuk pulang. Vania harap di saat itu semua terjadi, ia tak lagi kaget dan sudah menganggap itu semua adalah hal yang wajar. Hanya tinggal mempersiapkan bahu untuk ditegakkan lagi.
Tak perlu naif, manusia memang ada titik lelahnya masing-masing. Jika lelah yang hanya kita lalui istirahat, itu semua sudah jauh lebih dari cukup. Jangan malah kabur dan menganggap semua yang Tuhan berikan adalah ketidakadilan.