Suara Evan seolah menggema di telinga Ester. Menikah? Padahal baru beberapa hari ia berpisah dengan Evan. Apa Evan sama sekali tidak malu? Apa Evan benar-benar sudah melupakannya? Apa Evan sudah tidak ada rasa? Ya Tuhan! Pikiran Ester semakin banyak saja. Beban sakit yang Ester tanggung semakin besar saja. Ester juga ingin bahagia. Ester juga ingin sekali merasakan cinta yang tulus tanpa berpaling ke lain hati. Ester menginginkan kehidupan yang sempurna, jika tidak yang layak saja, yang layak lebih dari ini.
"Dateng ya, Mba Ester. Aku sama Mas Evan mau menikah," ujar Feli dengan nada mengejek.
Ester memutar otak, bingung menjawab apa ucapan Feli dan Evan. Apakah ucapan selamat? Ataukah apa?