"Kamu mau bubur ayam, Van?" tanya Adev yang melihat kedai bubur ayam.
"MAU!" Vania dengan gemasnya langsung berbinar. "Siapa yang gak mau bubur ayam sih, enak banget buburnya, mana aku belum sarapan lagi," imbuh gadis itu dengan jujur.
Adev memang tahu kalau Vania belum sempat sarapan. Pria itu melihat bibir Vania yang pucat, sepertinya belum minum sama sekali malahan.
"Kenapa gak sarapan? Karena dicuekin makanya langsung pergi?" tebak Adev yang seratus persen dirinya yakini benar.
Vania mengangguk. Gadis itu meremas ujung roknya dengan gemas. Satu hal yang memang Adev sukai, ketika Vania sedang mengerucutkan bibirnya, menekuk wajahnya, meremas ujung roknya, ataupun memilin rambutnya, gadis itu seperti sangat natural dan tidak jaga image.
"Aku kan paling gak bisa didiemin, rasanya kaya gimana aja gitu, pokoknya gak enak lah, makanya aku langsung keluar rumah dan nungguin kamu," sahut Vania dengan jujur.