Jujur saja, semua orang agaknya akan lelah dengan keadaan jika ditempatkan di waktu dan kondisi yang membuat mereka ingin menangis sejadi-jadinya, pun sama dengan Ralisa. Walaupun agaknya hidup gadis tersebut sangat enak karena bisa menikmati karirnya, tetapi tekanan sebagai seorang wanita karir sangatlah besar. Belum lagi tatapan merendahkan orang lain yang mengatakan jika dirinya adalah perawan tua, menyedihkan.
Ralisa heran sekali dengan banyak orang di sekelilingnya, mengapa orang-orang tidak bisa menghargai perasaan orang lain? Mengapa orang-orang dengan mudahnya mencetuskan hal yang di luar nalar? Bahkan untuk sekadar satu pertanyaan, bisa membuat orang yang ditanya menjadi tersinggung. Mereka semua tak tahu bagaimana rasanya memiliki trauma sehingga setiap bulannya harus pergi ke psikiater untuk sekadar memastikan semuanya baik-baik saja dan mendapatkan resep dari dokter supaya masih diberikan akal yang sehat untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.