Chereads / WILD FANTASY / Chapter 7 - MENJADI PACAR JEFF

Chapter 7 - MENJADI PACAR JEFF

Lilia tidak pernah mengira jika ia akan melewati masa istirahatnya untuk pertama kalinya duduk di kantin sekolah. Karena selama ini, setelah istirahat ia pasti akan selalu ke atap sekolah untuk menonton koleksi blue filmnya.

Dan ia juga sama sekali tidak menduga akan menjalani masa menjadi pacar kontrak, dengan mengikuti Jeff kemanapun dia pergi seperti benalu dan mendapatkan tatapan membunuh dari semua murid perempuan di sekolahnya yang notabenenya fangirl lelaki itu. Lilia tidak pernah ingin cari mati, tapi kali ini seakan-akan ia menyodorkan dirinya pada kematian itu sendiri.

Dari sekian banyaknya fangirl Jeff yang hanya bisa menatapnya dengan benci dari kejauhan, berbeda dengan gadis satu ini yang bisa menatapnya dengan penuh kebencian begitu dekat. Elle, Lilia pernah mendengar betapa bar-barnya gadis itu seantero sekolahan. Dan nampaknya ia akan merasakannya sekarang.

Ia pikir lelaki itu hanya akan menjadikannya pacar kontrak jika dengan bertemu ayahnya saja, tapi di setiap kegiatan lelaki itu seakan-akan ingin melibatkannya dan terlihat dengan jelas jika Jeff ingin menunjukkan kepada dunia kalau saat ini ia adalah pacarnya.

Lilia memakan makan siangnya dengan santai walaupun mendapatkan tatapan tidak suka dari Elle. Ini hari keduanya menjadi pacar kontrak Jeff, dibanding dengan kemarin, hari ini sikap Elle lebih kondusif. Mungkin karena gadis itu tidak ingin dibentak oleh Jeff lagi, karena dia terus merengek tidak terima setelah tahu Jeff memiliki pacar. Padahal semua orang juga tahu jika Elle sangat menyukai Jeff, tapi sayangnya Jeff hanya menganggapnya sebagai teman saja. Ironis sekali.

"Apa kau sudah kenyang?" tanya suara lembut itu. Lilia menoleh dan ekspresi aneh yang Jeff pasang selama dua hari ini membuatnya lagi-lagi terkejut. Ya, setelah ia menjadi pacar kontraknya, sikap Jeff berubah tiga ratus enam puluh derajat. Tidak ada lagi Jeff yang usil ataupun menyebalkan. Setiap ia akan bertanya apakah itu bagian dari kontrak, Jeff selalu mencari cara untuk menghindari pertanyaannya.

"Iya, aku sudah kenyang."

Dia tersenyum lalu mengacak rambutnya yang terurai dengan lembut. Ini juga menjadi kebiasaan barunya, awalnya Lilia merasa tidak biasa, tapi setelah seharian kemarin melalui pengalaman pertamanya, mungkin ia jadi lebih menerimanya tanpa banyak bertanya.

Elle yang kebetulan duduk di sebrang mejanya hanya menusuk-nusuk daging sapinya menahan cemburu. Andrew dan Lucas yang juga ada disana terlihat fokus dengan makanannya walaupun tak jarang Andrew nampak terlihat tertawa-tawa setelah melihat kekesalan Elle. Dan Lucas, entahlah bagaimana lelaki itu menjelaskan perasaannya saat ini. Walaupun ia tidak sedekat itu dengan Lilia, ada perasaan tidak rela disana. Lucas tahu ini salah, makanya ia berusaha menjaga kewarasannya. Ia hanya menyukai Elle dan seharusnya selalu begitu.

"Apa kau mau ke Taman?" tanya Jeff pada Lilia.

"Taman?"

Jeff mengangguk lalu menuntun Lilia keluar dari kantin setelah pamit kepada teman-temannya untuk pergi duluan.

"Gadis itu! Lihat saja, aku pasti akan membuat Jeff memutuskannya!" ucap Elle menggebu-gebu sepeninggal Jeff dan Lilia.

Andrew yang mendengar itu pun tertawa. "Ini karma untukmu karena sudah menjadi orang jahat selama ini!" ejeknya.

"Apa kau bilang? Tutup mulutmu sebelum kujahit ya!"

"Coba saja kalau bisa..wlek!"

Elle bangkit dari kursinya berniat akan memberi pelajaran pada Andrew, namun sebelum itu Lucas berdiri duluan mengintrupsi.

"Aku ke kelas duluan," pamitnya pergi. Elle dan Andrew terlihat terdiam beberapa saat melihat keanehan Lucas.

"Apakah Lucas sakit?" pasti Elle.

Andrew memalingkan wajahnya ke arah Elle, dan mengedikkan bahunya.

"Tidak tahu, mungkin saja dia pergi karena ada nenek sihir.. Pffft!"

"Hei, Andrew! Mati saja kau!"

****

Lilia dan Jeff berjalan beriringan menyisir taman sekolah. Karena kebetulan hari ini jamkos, jadi mereka bisa berada diluar kelas tanpa takut dimarahi guru. Tapi mau jamkos atau tidak juga tidak membuat Jeff takut untuk melanggar aturan karena keluarganya pemilik saham terbesar di sekolahnya dan semua guru juga bersikap segan padanya.

"Kita duduk disana, yuk," ajak Jeff pada Lilia untuk duduk di salah satu bangku yang dinaungi pohon besar yang begitu rindang.

Lilia hanya mengangguk dan turut duduk di bangku yang kebetulan bisa diduduki oleh dua orang.

"Cuacanya cerah ya?"

"Iya."

"Kadang aku juga suka duduk disini."

"Begitukah?"

"Hmm, disini enak."

"Enak?"

"Iya, enak untuk dijadikan tempat melamun."

Lilia menengok ke kanan kiri dan baru menyadari sesuatu kalau tempat itu bisa dibilang tempat yang sepi. Ia pun memandang Jeff dengan ngeri.

"Memangnya kau tidak takut kesurupan karena melamun di tempat yang seperti ini?"

Dan tawa Jeff pecah. Menurutnya kalimat Lilia terdengar lucu.

"Kau masih memercayai semacam itu? Kuno sekali."

"Ini bukan tentang kuno atau tidaknya, tapi hal semacam itu memang akan selalu ada di setiap zaman."

"Benarkah? Kalau begitu apakah mereka bisa menampakkan diri di siang hari?"

"Sssttt...jaga bicaramu. Kau tidak boleh berbicara sembarangan di tempat seperti ini,"  ucap Lilia sambil menempelkan jari telunjuknya pada bibir Jeff.

Jeff menggenggam tangan Lilia, lalu menatapnya serius. Entah mengapa Lilia merasa jantungnya dipompa dua kali lebih cepat. Mengapa Jeff terlihat sangat tampan jika dipandang dari dekat?

Sikap anehnya selama dua hari ini semakin membuatnya gentar sampai akhirnya membuat cara pandangnya berubah pada lelaki ini. Apakah Jeff yang sebenarnya itu orang yang seperti ini? Tapi mau bagaimana pun juga ia berusaha menerima perlakuan baru lelaki itu yang ditujukan padanya, rasanya masih saja terasa aneh dan canggung. Ia lebih suka Jeff yang menyebalkan tapi tidak bisa dipungkiri Lilia juga menyukai Jeff yang bersikap lembut.

"Aku tahu aku tampan." Intrupsi Jeff membuyarkan lamunan singkatnya. Lilia bergerak menjauh dari Jeff, dan lelaki itu terkekeh.

"Baru saja aku merasa rindu dengan sikap menyebalkanmu, tapi setelah muncul lagi entah mengapa aku membencinya lagi," gerutu Lilia kesal.

"Kau merindukan sifat menyebalkanku?"

"Lupakan!"

"Aku tidak pernah bersikap menyebalkan. Kau saja yang berpikir begitu."

"Tapi kau memang menyebalkan!  Karena sekarang kau sedang berada di mode menyebalkan, maka aku akan bertanya sungguh-sungguh padamu. Kenapa kau harus bersikap begitu disaat aku tidak sedang menjadi pacar kontrakmu di depan ayahmu?"

"Sikap seperti apa?" goda Jeff.

"Ya, begitu," jawab Lilia salah tingkah.

"Begitu apa?" Jeff terus-menerus memancing Lilia, bermaksud menggoda gadis itu.

"Sudah cukup aku mau pergi!"

Disaat Lilia akan pergi meninggalkannya, Jeff segera mengejarnya dan menyudutkannya pada salah satu pohon rindang disana.

"Kau mau apa?" ucap Lilia panik.

"Menurutmu apa?"

"Jeff, jangan macam-macam ya. Ini masih area sekolah."

"Terus?"

"Pokoknya lepaskan aku!"

"Kalau aku tidak mau?" Tiba-tiba Jef mendekatkan wajahnya ke wajah Lilia segera, kini jarak antar wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Lilia meneguk ludahnya susah payah, selama dua hari ini ia tidak menonton koleksinya di atap sekolah, tapi sekarang justru ia mendapatkan rangsangan secara langsung.

Lilia rasa otaknya sudah mulai konslet karena saat ini bibir Jeff begitu ingin ia kecup. Ia juga merasa ada yang basah dalam intinya hingga dirinya merasa ribuan kupu-kupu menghinggapi perutnya. Tidak, jangan sekarang. Alhasil Lilia pun lebih memilih memejamkan matanya dan berusaha mengontrol gejolak di dalam dirinya.

Dan disaat itu, Jeff hanya menatapnya dengan sendu tanpa berbicara apapun. Sementara Lucas yang awalnya berniat pergi ke kelas lalu memilih pergi menyusul, merasa dadanya disengat ribuan listrik bervolt-volt setelah melihat keintiman Lilia dengan Jeff. Ya, Lucas cemburu.