Entah sudah berapa suap spagetti buatan Lilia yang ia masukkan lewat mulutnya, tapi yang jelas ia merasakan rasa enak dan penuh cinta dari menu makan malamnya ini.
Sementara itu, Lilia yang sejak tadi hanya diam tak berniat menyentuh spagetti-nya pun memandang Liam dari kursinya. Melihat betapa pria itu sangat menikmati makanannya membuat Lilia perlahan merasa bersalah. Ya, walaupun ia datang begitu telat, Liam sama sekali tidak marah dan memakluminya.
"Mengapa kau tidak memakan milikmu?" tanya Liam membuyarkan lamunan Lilia.
Wanita itu tersenyum. "Aku belum lapar, melihatmu makan saja sudah membuatku merasa kenyang."
Liam mengernyit dan mengartikan kata lain akan maksud Lilia. Ia tidak mengerti akan maksud pacarnya itu. Apa mungkin dia tak berselera ketika melihatnya makan?
"Apakah aku makan dengan berantakan?" tanyanya skeptis.
Lilia menggeleng dan terkekeh. "Aku merasa seperti seorang Ibu yang sedang melihat anaknya makan dengan lahap. Entah mengapa aku begitu terharu melihatmu memakan masakanku begitu lahapnya. Apakah seenak itu?"
Mendapat pertanyaan semacam itu dari Lilia, sontak membuat Liam langsung mengangguk.
"Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa makanan yang dibuat dari cinta," ujarnya sambil tersenyum dengan tulus.
Lilia terdiam, lihatlah bagaimana Liam barusan dengan bangganya mengatakan hal itu padanya. Ia jadi dibuat makin merasa bersalah, ia kembali mengingat apa yang sudah dilakukannya dengan Jefff di apartemennya tadi. Ia merasa seperti orang yang baru saja berselingkuh pada kekasihnya dibelakangnya.
Liam, maafkan aku. Batinnya.
"Lilia?" panggil Liam lagi.
"Ya? Apakah kau mau tambah spagettinya lagi?"
Liam menggeleng. "Hari ini aku makan siang dengan Lenny. Kuharap kau tidak akan salah paham nantinya jika aku pernah makan bersama asistenku." Pria itu melaporkan aktivitasnya hari ini, dimana ia pergi keluar bersama Lenny untuk makan siang bersama.
Deg!
Lilia merasa jantungnya berhenti berdetak, memang tidak ada yang salah jika Liam makan siang dengan Lenny, karena wanita itu adalah asisten pria itu yang juga ia kenal. Tapi yang membuat ia tak habis pikir adalah karena ia tidak bisa seterbuka pria itu tentang apa yang dirinya lalui hari ini. Ya, Lilia juga tidak terlalu berani mengatakan tentang Jeff dihadapan Liam. Ia masih belum siap.
Liam, kau bahkan mengatakan kegiatanmu bersama asistenmu tadi. Tapi aku tidak bisa mengatakan apa yang sudah aku lakukan tadi ketika menolak ajakan makan siangmu. Aku tadi hampir saja bercinta dengan pria lain. Batinku dirundung rasa bersalah yang makin menjadi.
Jangan tanyakan bagaimana rasanya perasaannya saat ini, Lilia benar-benar merasa begitu berkhianat di belakang Liam. Pria itu adalah pria yang baik dan setia, tapi apa yang sudah dilakukannya bersama Jeff sudah mengotori kesetiaan pria itu.
Lilia tahu, beruntung ia dan Jeff gagal melakukan itu, tapi rasa bersalah kian mengganggunya.
"Lilia, kau baik-baik sajakan? Mengapa akhir-akhir ini kau banyak melamun sih?" heran Liam.
Lilia menggelengkan kepalanya menampik keheranan Liam, wanita itu berdiri dari kursinya dan mengambil sebuah botol wine yang berada di mini bar dapur.
"Apa kau mau minum malam ini, Liam?" tawarnya.
Liam menarik sebelah alisnya namun kemudian mengangguk. Meski ia merasa heran, mengapa secara tiba-tiba Lilia mengajaknya minum lebih dulu, entah apapun itu Liam akan selalu berada di sisi Lilia.
"Sepertinya makan spagetti bersama wine selalu cocok," ucap Liam akhirnya.
****
Seorang pria baru saja turun dari jet pribadinya. Pria itu bergegas masuk ke dalam mobilnya sebelum para wartawan mengendus kedatangannya.
"Bagaimana kabarmu, Lucas?" sambut pria berambut blonde yang sudah menunggunya di dalam mobil.
"Seperti biasanya, Hendery. Tidak terasa lebih baik setelah insiden tak menyenangkan di arena Catwalk kemarin."
Hendery yang merupakan manager sekaligus kakak dari Lucas hanya tertawa menanggapi curhatan pria itu. Ia tidak menyangka jika adiknya begitu fasih mengingat kejadian kemarin itu.
"Sepertinya Elle benar-benar sudah cinta mati kepadamu," katanya.
Lucas menarik sebelah bibirnya ke atas, bertahun-tahun sudah berlalu dan ketampanan seorang Lucas semakin bertambah ketika ia menjadi super model terkenal.
Dan siapa yang mengira, lelaki yang dulu begitu menyukai Elle dan ditolak mentah-mentah oleh gadis itu karena dia lebih menyukai Jeff, justru kini malah berbalik jika Elle lah yang mengejar-ngejar Lucas untuk mendapatkan hatinya.
Namun Lucas tak menggubrisnya, karena hatinya sudah diisi oleh seseorang. Hingga saat ini, perasaan Lucas tidak pernah berubah untuk wanita itu.
"Apa kau masih mencari keberadaan wanita itu?" tanya Hendery lagi.
Lucas nampak tak menanggapi pertanyaan Hendery, namun pria itu tahu jika adiknya itu masih sangat berharap bisa menemukan keberadaan tambatan hatinya yaitu Lilia.
Walaupun Hendery belum secara langsung mengenal wanita itu, tapi yang ia tahu jika Lucas berhasil menemukan Lilia, pria itu tidak akan melepaskannya lagi.
"Menurutmu bagaimana cuaca Los angeles?" tanya Hendery kepada Lucas lagi.
Lucas mengedikkan bahunya. "Tidak terlalu buruk, setidaknya tidak sedingin antartika dan tidak sepanas sahara."
Hendery berdecih, "Jangan berlagak seolah-olah kau sudah mengunjungi kedua tempat itu."
"Aku hanya menjawabmu dengan seadanya, Kak!"
Hendery angkat tangan, dirinya juga yang salah karena memaksa mengajak ngobrol adiknya yang moody-an ini. Lebih baik ia diam dan membayangkan apa yang mereka lakukan selama sebulan ke depan selama berada di Los Angeles. Ya, ini kali pertama mereka berkunjung ke negara ini. Ada beberapa urusan yang sedang mereka kerjakan.
****
"Apa? Kenapa kau tiba-tiba mau datang kemari?" jawab Andrew ketika tiba-tiba Elle menghubunginya.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengunjungi kau dengan Jeff," ucap Elle dari seberang telepon sana.
Jeff dan Sam yang sedang berada di ruang tv sama-sama memandang Andrew keheranan. Pasalnya dari tadi pria itu nampak begitu serius.
"Ada apa dengan Elle?" tanya Jeff bersuara.
Andrew mematikan sambungan teleponnya pada Elle dan langsung memakai jaketnya dengan terburu-buru.
"Antar aku ke Bandara sekarang! Elle sudah menunggu kita disana."
Jeff yang awalnya meminum jus jeruknya langsung tersedak sehingga menyembur ke arah Sam.
"Hei, bung! Kau benar-benar menjijikkan!" protes Sam yang baru saja terkena semburan tak terduga itu.
"Huk! Huk! Maaf Sam.." Jeff meminta maaf. "Andrew, kau seriuskan? Mengapa tiba-tiba sekali?"
Andrew mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak tahu. Ayo cepat!"
Andrew mendahului Jeff dan Sam begitu saja. Jeff pun mengambil alih, ia pun turut mengikuti Andrew untuk menjemput Elle yang sudah menunggu mereka di Bandara.
Meski ini sangat mendadak, tapi Jeff turut senang dengan kedatangan wanita itu. Semoga saja tidak ada maksud lain yang memicu kedatangannya yang tidak terduga ini.
Setelah memastikan mereka berdua memakai sabuk pengaman, Jeff pun melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan cepat ke Bandara yang lokasinya harus di tempuh dalam waktu setengah jam.