Berita dikeluarkannya Lilia dari sekolahan setelah terbukti bersalah karena dengan sengaja menyelakai Elle sudah beredar seantero sekolahan. Banyak yang mendatangi semua platform sosial medianya hanya untuk berkomentar bernada umpatan dan bahkan hinaan setelah kejadian itu.
Dasar monster!
Psychopath gila! Mati saja sana!
Dunia bahkan tidak pantas menerima manusia mengerikan seperti dirimu!
Dan komentar lainnya yang jelas tidak enak untuk dibaca maupun dipandang. Berita ini bahkan masuk ke dalam sebuah portal news terkenal dan menjadi topik pembicaraan bagi banyak orang.
"Wah, si gadis misterius itu sekarang benar-benar terkenal," decak Andrew kagum setelah melihat ke arah ponselnya. Lucas yang duduk di samping Andrew bangkit dari kursinya lalu melihat ke arah semua orang yang juga terlihat fokus ke arah ponselnya sedang membicarakan tentang Lilia. Lucas tidak tahan, ia pun memilih pergi keluar dari dalam kelas itu.
Sesampainya diluar, Lucas dengan emosional meninju tembok dengan keras.
"Argh!"
Darah segar mengucur dari sela-sela jari Lucas akibat aksi ekstrimnya barusan. Namun Lucas terlihat tidak merasa perih ataupun kesakitan. Ia hanya ingin menghilangkan rasa bersalahnya.
"Kau pikir semua akan membaik setelah melukai tanganmu sendiri?" Tiba-tiba Jeff datang bergabung. Lucas kagok dan berusaha menyembunyikan tangannya yang terluka dari pandangan Jeff, lelaki itu berdecak.
"Sejak kapan seorang Lucas yang suka membaca komik hobi meninju tembok? Apakah komik-komikmu itu sudah tidak menarik lagi di matamu?" sindirnya.
"Hentikan, Jeff. Aku tidak sedang ingin bercanda." Lalu Lucas menatap Jeff serius. "Mengapa kau tidak terlihat khawatir pada keadaan Lilia?"
Jeff terlihat tidak menggubris Lucas dan justru melepaskan hoodie yang dipakainya lalu memberikannya pada Lucas.
"Usap tanganmu dengan ini dan pergilah ke ruang kesehatan setelahnya. Ada kotak P3K disana."
Dan setelah mengatakan hal itu, Jeff berlalu pergi meninggalkan Lucas yang menatap kepergiaannya dengan kesal.
"Aku yakin Lilia tidak salah!" teriak Lucas keras berharap Jeff bisa mendengarnya. Namun usahanya sepertinya terbuang sia-sia karena Jeff sepertinya sudah terlalu jauh untuk bisa mendengarkannya.
****
"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kau bisa melakukan hal itu? Katakan yang sejujurnya pada mommy, sayang," ucap Jessica, mama Lilia.
Lilia terlihat tidak ingin menjawab pertanyaan mamanya dan memilih diam saja sejak tadi.
"Lilia?"
"Tolong jangan diam saja nona, anda bisa menjelaskan kronologi kejadiannya dan mengapa anda bisa ada disana tadi." Seorang dekektif yang sedari tadi menyelidikinya pun ikut bersuara.
"Aku siap menerima konsekuensi apapun atas kesalahanku," ucap Lilia lirih.
Jessica mundur beberapa langkah, ia menutup mulutnya tak percaya setelah mendengar penuturan putrinya itu. "Tidak mungkin, jangan katakan jika--"
"Pak, aku memang bersalah. Aku sengaja melukai Elle," tambahnya.
"Lilia?"
Detektif yang sedang menyelidiki Lilia pun dibuat kaget karena pengakuannya, begitupun dengan Jessica yang menemani putrinya itu selama penyelidikan. Setelah mendengar pengakuan dari mulut gadis itu sendiri, Jessica langsung memeluk Lilia dengan erat.
"Maafkan mommy yang tidak bisa berada di sisimu setiap waktu, sayang. Apapun itu, mommy tahu kau pasti punya alasan. Hal ini memang tidak bisa dibenarkan, tapi mommy mengapresiasi keberanianmu untuk mengaku dan menerima konsekuensi perbuatanmu sendiri."
Lilia tidak bisa berkata-kata dan hanya memandang kosong sudut ruangan itu.
Tak ada pengelakan, Lilia dinyatakan bersalah dan ia tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya karena masih dibawah umur. Namun sebagai gantinya, dia dikeluarkan dari sekolahnya dan wajib lapor selama satu bulan sekali.
Sementara itu di tempat lain, seorang pria paruh baya nampak tertawa terbahak-bahak setelah melihat berita yang muncul di televisinya.
"Kerja bagus, Jeff."
5 tahun kemudian....
"Lilia Williams!"
Setelah namanya dipanggil, wanita itu menoleh dan mendapati seorang pria datang menghampirinya bersama kopernya.
"Liam!"
Lilia berlari ke arah pria itu dan langsung memeluknya erat. Pria bernama Liam itu menyambut pelukan Lilia dengan hangat.
"Hai, sayang."
Lilia tersenyum. "Rasanya sudah lama sekali. Bagaimana pekerjaanmu selama di New York?"
Liam mengecup pipi Lilia kilat. "Tidak ada yang lebih menarik dari LA dan kau."
Lilia langsung mencubit pinggang milik Liam. Kekasihnya itu memang pandai sekali menggombal.
"Dasar tukang gombal."
"Aku tidak menggombal, sayang. Kau tahu betapa kesepiaannya aku selama satu bulan tinggal di New York? Aku merasa duniaku akan kiamat karena kau tidak ada di sisiku."
"Oke, Liam. Stop it! Kau hanya tinggal selama satu bulan di New York untuk masalah pekerjaan tapi level menggombalmu sudah semakin naik. Cukup, aku tidak kuat," ucap Lilia mengangkat kedua tangannya ke udara dan setelahnya mereka tergelak bersama. Liam menautkan jemari tangan mereka, lalu mengecup tangan punggung tangan milik Lilia berkali-kali.
"Bagaimana jika malam ini kau menginap di apartemenku?"
Lilia mengangguk pelan. "Baiklah, sekalian aku mau memasak makan malam untukmu."
"Ide bagus. Jadi, bagaimana jika kita pulang sekarang?"
Lilia terkekeh menanggapi tingkah konyol Liam. Pria itu selalu berhasil membuanya tertawa. "Mobilku ada disana," katanya menunjukkan letak mobilnya.
Dan kedua sejoli yang sudah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun itu berjalan beriringan menuju parkiran Bandara dimana mobil Lilia terparkir.
(Los Angeles International Airport)
"Apakah kau sudah melamar pekerjaan ke perusahaan C?" tanya Liam setelah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka menuju apartemen pria itu.
Liliq tidak mendengarkan pertanyaan Liam dan justru menggelayut manja pada lengan kekasihnya itu.
"Mengapa otot tanganmu semakin kekar?"
Liam berdecak, "Apakah kau sedang berusaha merubah topik pembicaraan?"
"Tidak juga, aku hanya ingin bertanya padamu. Apakah itu salah?"
Liam tersenyum, ia tahu Lilia sedang mengalihkan pembicaraan karena wanita itu tidak ingin dirinya menawarkan pekerjaan di perusahaannya karena alasannya dia ingin mencari pekerjaan sendiri melalui kemampuannya.
"Apa kau sudah siap untuk melakukannya sekarang?"
Dan Lilia menjauh dari jangkauan Liam, dengan pertanyaan tak terduga darinya.
"Dasar pria mesum."
Liam terbahak, menggoda kekasihnya adalah salah satu hal yang paling dirindukannya. Dan karena terlalu asyik bercanda satu sama lain, ketika akan sampai di pertigaan jalan, Liam lengah dan tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil yang sedang terparkir di pinggir jalan. Karena kebetulan Liam berjalan tidak terlalu ngebut, benturan itu tidak terlalu mengguncang dalam mobilnya.
"Sayang, kau tidak apa-apakan?" tanya Liam memastikan keadaan Lilia.
Wanita itu mengangguk. "Kau?" Lilia balik bertanya.
"Aku baik-baik saja."
Dooor!! Door!
Kaca mobilnya diketuk dari luar berkali-kali dan sepertinya dia adalah pemilik mobil yang ditabrak Liam. Namun, entah mengapa Lilia dibuat membeku setelah melihat siapa orang itu.
Rangkaian siklus pasti dalam hidup. Mengenal, dekat, menjauh, merindu dan bertemu kembali.
Mengapa kita harus bertemu kembali disaat aku sudah bahagia dengan hidupku saat ini? Batin Lilia.