Chereads / The President's Baby / Chapter 8 - Damn! Are You Still A Virgin?

Chapter 8 - Damn! Are You Still A Virgin?

Penthouse Skyscraper, Kensington, London

Suara dengan desisan dan lenguhan di dalam kamar luas nan mewah itu menjadi satu-satunya aktivitas yang disorot saat dua tubuh polos berpeluh saling bertukar saliva.

Keringat yang dihasilkan menguar aroma cinta, tapi sayang keduanya tidak ada yang berusaha menjauhkan masing-masing dan saling menyesap dengan kecipak basah yang turut diperdengarkan.

Terakhir adalah suara permohonan untuk seorang pria—Gael saat mengerjai kelopak mawarnya yang habis dijajah. Sedangkan si pria sendiri semakin menyukai, saat submasive di bawahnya menurut dengan setiap gerakan yang dihasilkannya.

"Darn it! Kau membuatku gila, Baby."

Umpatan kembali mengalun tanpa bisa disaring, si wanita—Noel yang mendengarnya hanya bisa membuka-tutup mulut layaknya ikan kehabisan napas.

Gael yang tidak tahan dengan apa yang dirasakannya mulai mengambil posisi. Ia kembali bersimpuh di antara dua kaki yang dibukanya lebar, mulai mengarahkan miliknya ke arah kelopak mawar yang sudah menggodanya.

Ia sudah tidak sabar merasakannya, setelah menyesap bagaimana rasa asin dan manis, baginya, kala cairan dari sana keluar membasahi jarinya sedari awal.

Lalu Noel, ia yang tahu sudah waktunya untuk kegiatan utama memilih untuk menolehkan wajahnya ke samping. Ia bersiap untuk menerima sesuatu yang lebih asing dari sebelumnya, dengan hati merapalkan 'tidak apa-apa, ini sudah benar' berulang kali.

Ia mencengkram sprai yang ditidurinya, memejamkan mata saat sesuatu menyapa miliknya di bawah sana.

Sedangkan Gael yang mulai melancarkan aksinya tidak perlu persiapan, ia mengetahui seluk beluk milik wanita dan ia pun mulai menerobos sesuatu.

Awalnya wajahnya tampak antusias dengan apa yang akan dirasakannya. Ia bahkan masih sempat melirik Noel yang kini membuang wajah ke samping dengan ekspresi seakan menahan sesuatu.

Alisnya terangkat, penasaran.

Namun meskipun begitu, ia tidak mempedulikan dengan tetap meneruskan aksinya dan menerbos taman bunga dengan sesuatu yang ikut dirasakannya.

Cress…

Wait!

Gael seketika berhenti dari pergerakannya, bukan hanya karena sesuatu asing yang dirasakannya, tapi juga saat Noel memekik dengan nada berbeda dari sebelumnya, pekikan sakit.

Akkhh….

"Wait!"

Seketika Noel membuka mata dengan setitik air menggantung di sana. Ia juga menghadap ke arah Gael yang berseru kaget, bahkan kini ia pun mendapati pria itu menatapnya dengan ekspresi tidak percaya.

"Damn! Are you still a virgin? (Sial! Kau masih perawan)" tanya Gael marah.

Noel menelan saliva dengan bola mata melebar. Ia tidak tahu kalau pria itu akan marah karena ia masih perawan, belum lagi dengan umpatan yang membuatnya hampir berjenngit.

Ya, Noel memanglah masih perawan.

Bukankah ia sudah bercerita jika ia terpaksa melakukan pekerjaan ini sebelumnya? Ia hanya ingin cepat dapat uang untuk kesembuhan kakaknya yang harus segera menjalani operasi dan biaya menginap selama di rumah sakit.

Maka itu, ia menerima tawaran menggiurkan dari Gael yang membayarnya tiga kali lipat.

"Ya, ada masalah?" sahut Noel balik bertanya.

Ia menatap Gael lurus, menekan rasa takut dan ringisan sakit disaat bersamaan saat milik Gael dicabut begitu saja dari sana.

"Kau tidak bilang sebelumnya."

"Lalu? Bukankah perawan atau tidak sama saja?" sahut Noel menantang.

Damn it!

Gael terdiam di antara tubuh Noel yang masih menatapnya lurus, seakan tidak peduli jika ia akan merusak apa yang dijaga wanita muda di depannya.

"Berapa umurmu?"

"Apakah itu urusanmu, Tuan Gael?"

Lagi-lagi Noel menggunakan nada menantang, membuat Gael yang kesal mencengkram rahang itu kuat, tapi lembut disaat bersamaan sambil mendesis.

Grep!

"Katakan saja, Neol."

"17-

"Fuck!"

Gael kembali mengumpat, menyela jawaban angka yang disebutkan oleh wanita di bawahnya yang kini mengambil kesempatan dengan bangkit dan menyambar bibirnya.

Ya, menyambar dan mengigitnya kecil dengan desahan yang sengaja dipedengarkan. Noel tidak ingin hanya karena ia masih perawan Gael membatalkan pembayaran.

Terlebih, ia pun sudah mulai terbiasa dengan perasaan asing yang sempat di rasakannya.

Noel melepas tautan bibirnya dengan Gael yang memajukan wajah, seakan tidak ingin ciuman itu berakhir.

"Jangan bedakan aku dengan wanita yang sudah memuaskanmu, Tuan. Tidak ada urusannya dengan umurku, bukankah seharusnya kamu pun senang mendapatkan perawan sepertiku?" bisik Noel seraya memainkan milik Gael yang sontak mendesis ketika merasakannya.

Laki-laki mana yang akan tahan dengan godaan ini, apalagi Gael yang melihat langsung bagaimana moleknya tubuh Noel di hadapannya saat ini.

Ia sudah menyentuh dan menyesapinya, hanya tinggal merasakan yang sayangnya tertunda karena rasa kagetnya dengan keadaan si wanita yang menjadi submasive-nya malam ini.

"Kau yang meminta," desis Gael sambil menatap lekat bola mata bersinar Noel yang mengangguk.

"Aku milikmu malam ini."

"Kiss me."

Tanpa diperintah dua kali, Noel segera menggapai bibir Gael yang menyambutnya suka cita, memangutnya sambil merebahkan perlahan tubuh Noel agar kembali berbaring di bawahnya.

Perlahan, keduanya kembali saling tumpah tindih, menikmati cumbuan saling bersambut dengan Noel yang merangkul leher Gael sambil sesekali meremas surai belakang pria itu.

Sementara itu, Gael yang merasa Noel menikati pangutan basah mereka mulai memposisikan miliknya di sana.

Jujur saja, ini pertama kalinya Gael membuka segel milik wanita dan setelahnya ia mengurai tautannya dari bibir Noel yang terbuka dengan saliva ikut menjuntai.

"Ini akan sakit."

"Ung…, aku tahu."

"Kau boleh mencakarku," imbuh Gael, diam-diam memulai niatnya menembus dinding di sana.

"Ungg…"

"Kau siap?"

"Ya ak akkh…."

Dalam satu kali hentak, Gael yang ternyata mengajak Noel berbincang sudah siap dengan posisinya. Hingga kini keduanya menyatu sempurna, dengan teriakan Noel yang lebih nyaring dan Gael sendiri meringis sakit.

Oh man…. Miliknya seakan remuk di dalam sana jika begini rasanya.

"Rileks Baby," bisik Gael lembut.

Tunggu dulu, untuk apa aku lembut seperti ini?

"Ini sakit Gael," rintih Noel menatap Gael di atasnya dengan bola mata berkaca-kaca.

Gael tertegun melihatnya, mengerjapkan mata ketika hatinya tiba-tiba merasa kasihan dengan apa yang dirasakan oleh Noel. Tapi di sini ia pun merasa sakit, maka itu meminta wanita yang dimasukinya untuk rileks.

"Yes I know, Baby," bisik Gael berusaha menenangkan.

Ia mengusap sisi wajah itu lembut, kemudian mencium kembali Noel dengan kelembutan yang belum pernah ditunjukkannya. Sehingga Noel yang merasakan kembali tenang, dengan lenguhan yang turut keluar dari belah bibirnya.

Merasa jika Noel sudah mulai terbawa dengan ciumannya, Gael menjauhkan bibirnya dari sana dan menatap sayu Noel yang juga menatapnya dengan kabut gairah.

"Ready? Can I move now? (Siap? Bisakah aku bergerak sekarang?)" tanya Gael meminta izin.

Ia lagi-lagi hampir mengernyit, saat melakukan hal yang di luar kebiasaannya.

Meminta izin? Yang benar saja.

"Bergeraklah," bisik Noel sambil mengangguk kecil.

Gael ikut mengangguk, ia mulai bergerak dan seiring dengan itu, suara racauan keduanya saling bersahutan dengan panas semakin menjadi.

Bersambung