Penthouse Skyscraper, Kensington, London
Noel hanya bisa pasrah ketika Gael mengerjai kelopak mawarnya dengan lidah dan jari yang ikut terbenam di sana. Noel hanya bisa pasrah ketika Gael memintanya untuk tetap mendesah, bahkan sebenarnya tanpa diminta ia tidak kuasa menahannya.
Noel hanya bisa mengerang, menutup mata, meracau, ketika merasakan perutnya melilit. Belum lagi rasa asing yang dirasakan di pusat dirinya, seperti ada yang ingin merangsak keluar dengan aliran yang akhirnya dirasakan.
"Hei! Kau basah, Sayang," ujar Gael serak dari bawah sana.
Keluar?
Noel hanya bisa mengernyit di tengah rasa nikmat yang dirasakannya. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud Gael, meskipun ia merasakan itu di sekitar pahanya.
Karena penasaran, ia pun menurunkan pandangannya dan seketika terbelalak melihat aliran di sana dan pria itu sendiri menjilatnya dengan wajah menikmati.
Itu, aku pipis kah? batin Noel bertanya-tanya.
Gael yang melihat ekspresi bercampur Noel beranjak dari bersimpuhnya, hingga kini ia berdiri di hadapan Noel yang menatap balik dengan sayu.
"Kau klimaks dengan cepat, bukankah ini kebalik?" sindir Gael berbisik.
Ukh…, benarkah aku klimaks? Apakah yang tadi itu artinya aku klimaks?
Merasa jika apa yang dikatakan Gael benar adanya, Noel berinisiatif untuk ikut memulai pelayananya. Ia mengulurkan tangan meraih leher Gael, kemudian menempelkan bibirnya di sana dan pria itu sendiri diam, ingin melihat bagaimana wanita yang menggerakan bibir kaku ini memanjakannya.
Gael membantu dengan menurunkan kepalanya, agar Noel bisa menginvansi bibirnya sepenuhnya. Ia juga membalik keadaan dan ganti menyandar, membiarkan wanita bayarannya memuaskan dirinya sesuai perkataan si wanita itu sendiri.
Sedangkan Noel yang merasa diberikan kesempatan berusaha untuk memberikan afeksi menyengat dengan gerakan bibirnya. Ia menjambak manja belakang kepala Gael, sedangkan dadanya sendiri menghimpit perut dengan sesuatu yang menusuknya di sana.
Ia tidak tahu itu apa, tapi yang jelas itu adalah milik Gael yang sebenarnya sudah dalam keadaan on fire.
Tidak cukup sampai situ, Noel berusaha membuka kancing kemeja Gael satu per satu. Tapi tangan dan jarinya yang gemetar membuat kancing itu selalu terpeleset.
Ia tidak tahu saja jika Gael yang menikmati gerakan kakunya tersenyum dalam hati saat ia justru menggeram kesal karena kancing sialan ini seakan meledeknya.
Alhasil, karena ia merasa tidak akan bisa membukanya dengan tangan gemetar, ia pun memilih untuk merobek paksa kemeja yang dikenakan Gael, hingga semua kancing berhamburan dan bersamaan itu ia melepas tautannya, saat dirasa napasnya mulai habis.
Puah….
Brek….
Akh! Tidak.
Noel melihat wajah Gael dengan pandangan takut, tapi ternyata Gael justru terkekeh mendapatkan ketidaksabaran ini.
Gael bahkan tersenyum miring, mengusap sisi wajah Noel yang memerah karena kehabisan napas.
"Nice, aku tidak tahu kalau kemejaku kualitasnya jelek," gumam Gael serak.
Noel menelan saliva, menatap lekat wajah Gael yang tampak kesenangan, kemudian menurunkan pandangannya dan terkesiap saat melihat pahatan indah di depannya.
Demi apa, bagaimana bisa pria ini sempurna dengan wajah tampan dan bentuk tubuh yang mendukung seperti ini?
Kotak, kekar dan lihat dada bidang itu, sampai-sampai matanya tidak bisa berkedip melihat pahatan indah milik Gael. Ia baru sadar ketika si pria berdehem, dengan sebuah izin yang turut terucap dari bibir tipis itu.
"Kau boleh memegangnya."
Eh?
Sempat kaget, tapi dengan uluran tangan ragu ia akhirnya menurut dan menelusuri jarinya di sana sambil menelan saliva, gugup.
Sssh…
Tanpa diduga Gael yang merasakannya mendesis, mendongakkan kepala dengan bibir terbuka dan mata terpejam.
Gerakan gugup itu justru terasa sensual untuk Gael yang sering merasakan jari lentik memanjakan miliknya. Ia belum pernah mendesis di awal permainan, apalagi karena sebuah sentuhan dan wanita di depannya sukses membuatnya mendesis enak.
Noel yang mendengar itu semakin berani menyentuh ringan kotak-kotak surga dengan jari telunjuk lentiknya. Ia turun ke pusar dan naik kembali menuju dada bidang Gael dengan tatapan lekat ke rahang tegas itu.
Dengan perlahan Noel juga memajukan wajahnya, mengecupi leher Gael yang meresponnya dengan graham bergemeletuk menahan sesuatu.
Tidak cukup, Noel juga menggunakan lidahnya seperti Gael yang melakukan itu padanya. Ia menelusuri leher, serta tulang belikat pria itu yang kembali mendesis meski setelahnya seakan disembunyikan.
Hingga akhirnya lidah Noel semakin turun ke dada, menelusuri dengan jejak basah hingga perlahan kakinya menekuk seiring wilayah yang dijelajah semakin turun.
Melewati kotak bergaris yang bergerak ketika otot perut berkedut, mencapai pusar yang turut dimanjakannya dan tangannya sendiri membuka gesper Gael dengan suara desisan yang kembali terdengar.
Gila ini gila.
Gael yang mendesis dengan wajah mendongak itu mengumpat, ketika bagian bawahnya dimanjakan oleh Noel. Padahal ini belum sungguhan, masih bagian perutnya yang seketika mengejang merasakan rangsangan itu.
Brugh!
Lolos sudah celana buatan pabrik yang dikenakannya, menyisakan saat sebuah trunks dengan merek terkenal tampak di pinggang. Ia dibuat meremang saat sentuhan ringan menyapa paha bagian dalamnya, belum lagi hembusan napas di sana.
Noel sempat melotot melihat apa yang kini ada di hadapannya, tapi ia tidak bisa berhenti dan harus tetap melakukan sesuai apa yang dikatakannya.
Tiga puluh ribu pounds streling sudah menunggunya, kakaknya bisa sembuh dengan uang itu dan ia bisa hidup tenang bersama kakaknya setelah itu.
Ia memilih untuk memejamkan mata ketika mendekatkan wajah ke sana, sedangkan tanganya perlahan menurunkan trunks yang dikenakan pria itu dengan sedikit gemetar meski akhirnya berhasil.
Perlahan ia membuka mata dan menganga, ketika melihat bagaimana menantang serta jantannya milik Gael yang kini menatapnya dengan wajah menunduk, pipi pria itu memerah memandanginya penuh hasrat.
Gleuk!
Oh God…
Ia ikut menaikannya pandangannya, membalas tatapan lekat Gael dengan kedipan sayu dan tangannya bergerak menyentuh ringan milik pria itu yang refleks mendongak kembali, mengerang dengan tangan menepuk-nepuk dinding yang disandarinya.
"Damn it! You're driving me crazy, Noel."
Gael mengumpat, menutup wajahnya yang memerah dan Noel merasa jika ia harus semakin membuat pria itu mengumpat karena pelayananya. Maka itu, ketika pria itu sibuk mengumpat dengan wajah ke atas sana, ia melancarkan aksinya dengan respon yang lebih dari sebelumnya.
Bukan hanya umpatan, tapi panggilan atas namanya kian menjadi. Neol merasa senang karena apa yang dilakukannya membuat pria itu semakin menjadi dan ia mulai menerima apa yang dirasakanya.
Sedangkan Gael yang dibuat melayang tidak tahan, ia tidak ingin keluar dengan mudah hanya karena layanan mulut wanita itu. Ia dengan kasar menarik paksa Noel berdiri, kemudian mencumbunya dengan lebih menggebu.
Gael membalik tubuh Noel, menghimpit punggung mulus itu kemudian menelusuri punggung itu dengan bibirnya hingga basah, dari atas ke bawah hingga puas dan kembali membalik tubuh Noel yang bernapas dengan dada naik-turun.
Damn it!
"Gael…."
"I want a fucking you right now. (Aku ingin bercinta denganmu sekarang)"
Hup!
Krauck…
Akh….
Bersambung.