Penthouse Skyscraper, Kensington, London
Noel menegang kaku saat mendengar suara dingin-serak Gael yang juga mencengkram kedua tangannya kuat dan menempatkannya di belakang punggung. Ia hanya refleks, ketika bagian tubuh atasnya terbuka begitu saja meski masih tertutup bra.
"T-tidak, aku tidak." Noel tidak bisa berkata apa-apa, ia segera menunduk ketika bola mata sehitam langit malam itu menatapnya tajam.
Namun wajahnya yang menunduk kembali naik, ketika dagunya ditempeli telunjuk panjang Gael yang mengangkat dengan gerakan pelan. Sehingga ia bisa melihat kembali, bagaimana mata elang itu seakan ingin mencabiknya.
"Cium aku."
Eh?
Perintah singkat Gael membuat Noel yang mendengarnya sedikit kaget, ia hampir saja terkesiap jika tidak segera mengendalikan diri.
Ia mendongak, menatap bibir tipis pria di hadapannya dengan saliva ditelan kasar. Sungguh, bibir pria itu tampak menggoda dengan warna merah bagai apel, membuatnya lagi-lagi menelan saliva sebelum memberanikan diri mencium rahang tegas si pria.
Sumpah, itu saja ia harus mendongak dan lehernya sakit.
Kecupan kecil di rahangnya dari Noel menuai kekehan Gael yang memejamkan mata. Ia tidak menyangka, alih-alih bibir dengan napsu seperti yang lainnya, wanita ini justru memberikannya afeksi menggairahkan di rahangnya.
Demi Tuhan, itu hanya kecupan dan sial sekali ia justru menyukainya.
"Apa itu?" tanya Gael dengan nada mencemooh.
"Cium."
"Kau pikir aku puas dengan ciuman seperti itu?" imbuh Gael sarkas.
"Ak-
"Biar aku yang menciummu, ingat ini baik-baik."
"Ap- emmp….
Belum sempat Noel bertanya, Gael dengan cepat membungkamnya dengan bibir yang habis dimakan, masuk ke dalam bibir tipis.
Matanya hanya bisa melotot ketika sebuah lidah mengetuk-ngetuk bibirnya yang tertutup, seakan meminta izin untuk memasuki kemudian mengeksplor isi.
Awalnya Noel ingin menolak, tapi sesuatu merambat naik dan tiba-tiba menggenggam dadanya dalam satu kali remas. Refleks ia memekik, merasakan sakit diantara nikmat yang baru ini dirasakannya.
Berbeda dengan Noel yang merasakan sakit di dadanya, Gael justru tertegun ketika merasakan kekenyalan milik Noel yang berbeda dari wanita kebanyakan.
Ini berbeda dengan rasa dada yang diremasnya ketika bercinta, milik Noel padat, kenyal dan tidak keras seperti silikon yang biasa dipakai wanita penghibur lainnya.
Tangannya bahkan nyaman ketika kembali menggerakan remasan itu, seakan ketagihan padahal ini masih di luar bra yang dikenakan si wanita.
Bloddy hell! umpat Gael di antara kegiatan menyesapnya.
Bibir yang dirasakannya bahkan lebih manis dari yang dibayangkan. Ia sampai bertanya-tanya, apakah wanita ini sebelumnya mengunyah permen strawberry? Kenapa rasanya seperti manis itu turut dirasakannya.
Hei! Gael tidak suka manis, tapi kenapa ia ketagihan dengan rasa ini dan semakin memperdalam ciumannya?
Shit….
Kembali Gael mengumpat di dalam hatinya, sembari melepas pengait bra yang ada di belakang sana tanpa harus melepas cumbuan panas, dengan kecipak basah yang turut terdengar.
Ctik!
Berhasil.
Ya, kini bra yang menutupi dua aset menggantung Noel sudah terjun ke bawah sana.
Gael sejenak melepas tautannya, dengan napas satu-dua dari Noel yang membuatnya tiba-tiba tersenyum, senang.
Well, bukan hanya karena wajah memerah bak tomat Noel yang membuat Gael tersenyum, tapi bulatan dengan pucuk pink yang dilihatnyalah yang membuatnya tersenyum.
Bulat, mengkel dan tidak berlebihan. Jujur saja, ia belum pernah melihat yang seperti ini.
Napas tak beraturan dari Noel menjadi satu-satunya yang memenuhi ruang tamu itu. Belum lagi dengan dada wanita itu yang naik-turun tak beraturan, semakin membakar hasrat yang Gael miliki ketika disuguhi pemandangan indah ini.
Dengan tarikan kasar di kepala Noel, Gael kembali mencumbu bibir itu dan membawanya berjalan menuju dinding dimana pembatas berada, bersebelahan dengan kamar yang pintunya masih tertutup.
Gael mencengkram surai coklat Noel yang mengikutinya pasrah, hingga akhirnya punggung wanita itu membantur dinding dengan sebuah tangan melindungi.
Brugh!
Noel kaget, ia memekik di sela tautan bibir yang sedikit demi sedikit dibalasnya meski kaku. Noel berusaha untuk tidak menolak, ia memejamkan matanya rapat dan barulah terbuka ketika tautan dilepas kembali oleh Gael.
Kesempatan itu digunakan segera untuk meraup udara rakus dengan kepala menengada,h saat ternyat pria itu menyesapi lehernya dengan lidah dan jejak basah dirasakan.
Ia mengerang kecil, erangan yang justru terdengar merdu untuk Gael yang mendengarnya. Bahkan pria itu sampai menggeram, mencengkram erat pinggul sempit Noel yang kembali mengerang saat merasakan sensasi menggelitik.
Gael turun dan semakin turun, memasukan wajah di antara belahan dada kemudian menguburnya di sana. Ia menyukai aroma di sini, membuatnya nyaman apalagi saat satu tangannya kembali merambat naik dan mencengkram satu dari dua bulatan menggoda di wajahnya.
Karena remasan itu Noel kembali mengerang lirih, memejamkan mata dengan wajah masih menatap ke atas sana. Sedangkan Gael melanjutkan aktivitasnya, bahkan sudah mulai melahap satu dengan lidah dijentikan di pucuk sana.
Owh…
Gael menegang mendengarnya, lirihan itu terdengar alami dan tidak dibuat-buat. Ia bahkan semakin dibuat senang, saat pucuk yang dimainkannya menegang dan menantang.
Merasa jika bagian lain akan lebih menyenangkan, maka itu ia mumutuskan untuk menyudahi acara memanjakan bulatan dengan menelusuri setiap inci kulit mulus Noel dengan lidahnya.
Tidak ada yang terlewat, bahkan saat pusar itu ada di hadapannya, ia tanpa segan memainkan lidahnya di sana dengan tubuh tegang Noel yang bisa dirasakannya.
Ini gila, aku yakin sebelumnya aku tidak suka melakukan hal lembut seperti ini, batin Gael.
Ia dibuat bingung ketika bibirnya tidak berhenti memberikan kecupan-kecupan kecil di pinggul si wanita yang selalu menegang setiap ia memberikan kecupan.
Ia menengadahkan wajah, terkesiap saat melihat bagaimana wajah wanita di hadapannya mendongak dengan mata terpejam dan mendesah sambil mengigiti bibir. Ia semakin dibuat gila dengan ekspresi itu, ekspresi alami yang sama sekali tidak pernah dijumpainya.
Berapa wanita yang pernah dijelajahinya? 1, 2 tidak, bahkan jari sepertinya tidak cukup jika membantu menghitung.
Kini sebuah rok rumbai dengan belahan paha tinggi ada di hadapannya, Gael menarik pengaitnya hingga kain itu ikut terjun dan mempelihatkan G-string berwarna biru muda.
Ia mendekatkan hidungnya di sana, menghirup aroma yang menguar dari dalaman wanita yang membuatnya tanpa sadar semakin memasukan wajah di sana.
Damn it!
Dengan gerakan lembut ia membelai bagian luar milik Noel yang seketika mengejang, merasakan rangsangan kian menjadi yang membuatnya segera membekap mulut.
Emphh…
Ah.... Gael suka ketika suara ditahan itu terdengar. Ia menjentikan jarinya di sana dan desahan lainnya ternyata lolos begitu saja.
Ummh…
Suara itu membuatnya melanjutkan sesi selanjutnya, memasukan satu jari panjangnya dan memainkan area bibir bawah itu dengan gerakan lambat.
"Ungg…."
"Mendesahlah, karena aku senang mendengarnya, Noel."
Unggh….
Bersambung