Penthouse Skyscraper, Kensington, London
"Jangan panggil aku bocah kecil, Tuan Gael!" seru Noel tidak terima.
Gael yang mendengar seruan tidak terima itu hanya mengangkat bahu tak acuh, kemudian meletakan sebuah buku kecil di meja, di hadapannya.
"Baiklah kau tidak bocah, karena aku bisa melihat pertumbuhan yang sangat bagus di sana," tukas Geal, melirik kurang ajar ke area dada Noel yang sontak menyilangkan tangannya di sana.
Pria kurang ajar, aku tarik pujianku yang mengatakannya tampan, dia hanya pria berengsek yang beruntung kaya, itu saja, batin Noel menahan sebal.
"Kau menutupinya setelah sampai sini? Keh…. Lucu sekali."
Olokan bernada datar itu membuat Noel menunduk malu, sebelum akhirnya menatap Gael dengan dagu terangkat.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, bagaimana dengan perjanjiannya Tuan?" tanya Noel bersikap tegas, menghilangkan malu karena semua itu percuma.
"Hn, kau sudah tidak sabar ya sepertinya," sahut Gael mencibir, tapi Noel hanya diam dan menatap pria itu lurus, serius.
Hingga sebuah dengkusan terdengar dari Gael, sepertinya menyerah dengan tatapan itu dan Noel juga melihat saat pria di depannya menuliskan sesuatu di kertas dengan suara gesekan yang mendominasi.
Breek!
"Nah! Kau meminta sepuluh ribu dan aku memberikanmu tiga puluh ribu. Ini kartu dan pinnya, tapi dengan syarat kau harus bisa membuatku puas malam ini, bagaimana?" tutur Gael seraya memperlihatkan sebuah kertas yang ternyata adalah sebuah barisan nomor.
Noel menelan saliva mendengar angka yang disebutkan Gael, apalagi saat kertas itu diulurkan kepadanya hingga ia bisa jelas barisan angka tertulis di sana.
Tiga puluh ribu pound sterling? Yang benar saja!
Bola mata Noel membulat sempurna melihatnya. Ia mengangkat wajahnya segera, menatap bergantian antara kartu dan Gael yang tetap memasang wajah datar kepadanya, sama sekali tidak menunjukan ekspresi lainnya.
"Kenapa? Kau ingin membatalkannya?" imbuh Gael, mengalihkan perhatian Noel yang akhirnya menatapnya, meski sempat menelan saliva.
"Apa aku bisa mundur, bukankah Tuan yang mengatakan kalau aku sudah sampai sini?" sahut Noel balik bertanya.
Gael bersiul dalam hati karena wanita di depannya tidak menunjukan kemanisan palsu yang sering dilihatnya dari wanita di luar sana.
"Dan?"
"Mari kita lakukan," tukas Noel cepat.
Seringai di bibir Gael semakin bermain, Noel yang melihatnya kembali menelan saliva dan merutuki diri dalam hati karena ucapan menantangnya.
Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
Ia hanya bisa menyimpan gelisah di dalam hati, sedangkan di luar tepatnya di wajahnya hanya ada tatapan serius.
Ini semua demi Kakak, rapalnya dalam hati.
"Well, kita lihat dulu bagaimana caramu membuatku puas," tantang Geal.
Ia menyandar santai di sandaran sofa dengan kedua tangan merentang lebar, menatap tajam Noel yang duduk kaku di tempatnya tanpa bergerak.
"Buka bajumu, sekarang," imbuhnya mengulas seringai mengejek.
Kedua tangan Noel mengepal dipangkuan, Gael yang melihatnya mengangkat sebelah alis menebak-nebak kenapa sampai wanita kecil di depannya tampak ragu.
Wanita penari di club tentunya sudah sering disentuh dan telanjang di depan tamunya 'kan?
Lalu, untuk apa wanita kecil di depannya ini memasang ekspresi seperti itu? Padahal, wanita yang biasanya menghangatkan ranjangnya tanpa disuruh langsung membuka baju tanpa malu.
"Apa yang kau pikirkan? Kau membuang waktuku, Nona kecil. Sebaiknya kalau tidak ingin pergilah dari sini dan ambil uang ini."
Dengan sedikit marah Gael meletakan lima lembar nominal dua puluh pound di atas meja, ia juga berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruang tamu.
Entahlah, rasanya kesal saat melihat gelagat ragu dari wanita yang mampu membuatnya on fire hanya dengan tarian erotis.
Sialan! Padahal ia sudah berbaik hati membawa ke hunian pribadinya, saat biasanya ia hanya akan membawa wanita terlebih seorang penghibur ke sebuah hotel.
Noel yang melihat Gael mau meninggalkannya sendiri di ruang tamu menggigit bibirnya, ia menekan rasa takutnya dengan memejamkan mata dan berdiri dari duduknya.
"T-tunggu! Jangan pergi, aku mau, aku mau memuaskanmu!"
Tap!
Langkah Gael seketika berhenti dan sudut bibirnya membentuk seringai, ketika mendengar seruan lantang itu. Ia tidak lantas membalik tubuhnya, tetap pada posisinya dan berdiri di sana tanpa niat menjawab apa yang dikatakan dengan lantang Noel di belakangnya.
Sedangkan Noel yang melihat pria itu berhenti memilin ujung jas pria itu gelisah, ia meyakini apa yang menjadi pilihannya dan menghembuskan napas perlahan.
"Mari kita lakukan Tuan Gael," imbuh Noel lebih meyakinkan. "Aku akan membuatmu tidak menyesal karena telah membayarku mahal," lanjutnya cepat.
Gael barulah membalik tubuh, kemudian menatap lekat Noel yang menatapnya lurus dari sofa sana. Ada rasa puas di hatinya karena akhirnya ia melihat ekspresi itu, bukan lagi ragu seperti beberapa saat sebelumnya.
Ia pun perlahan menghampiri wanita penghibur itu, menatap dengan mata elangnya bagaimana jas yang diberikannya menutupi hampir separuh tinggi tubuh itu.
Lucu.
Ia seperti melihat kucing kecil yang menghadapi seekor serigala, dirinya. Hingga akhirnya ia sampai di hadapan Noel yang hanya sesekali berkedip, dengan tenggorokan seakan kering ketika pria di hadapannya ini menatapnya intens.
"Kau yakin bisa memuaskanku? Aku tidak akan sungkan memasukimu, kucing kecil." Gael berbisik serak di depan wajah Noel, setelah ia menunduk ketika tinggi tubuh wanita itu hanya sebatas dadanya.
"Aku yakin," jawab Noel lugas, ia tidak akan mundur karena kesempatan ini hanya datang sekali, ia tidak yakin bisa mendapatkan biaya untuk sang kakak secepat ini.
"Well…, let's do it."
Gael mulai melancarkan aksinya, ia mengulurkan dua tangan ke arah jas yang dipakai Noel dan menurunkannya hingga kini terjun begitu saja. Sedangkan tatapannya sendiri lekat, menatap bola mata hazel di depanya dan tanpa sadar ia dibuat menelan saliva.
Dia cantik, tidak, dia sangat cantik, batin Gael memuji.
Jas yang terlepas menyisakan tank top satin bertali di leher yang sempat membuatnya tergiur ketika melihat punggung mulus wanita di depannya. Satin yang dikenakan si wanita juga cocok dengan kulit bersih yang kini semakin jelas di matanya.
Tali di belakang tank top itu pun turut di lepasnya dengan tatapan yang tetap menghunus lekat hazel Noel yang hanya sesekali berkedip.
Damn it! Kenapa aku senang saat wanita ini tidak tergoda ketika aku melucuti pakaiannya, umpat Gael tertantang.
Sret…
Tali terlepas, membuat kain itu sedikit merosot meski masih tertahan oleh tali yang ada di belakang punggung. Tapi Gael bisa melihat bagaimana daging menyembul dari sana dan ia tersenyum miring melihatnya.
"Buah dadamu tumbuh dengan semestinya, Nona kecil," gumam Gael meledek.
Noel hanya bisa mengumpat dalam hati, mengutuk setiap perkataan yang meluncur dari bibir pria kaya dan tampan di depannya.
Sret…
Terlepas sudah tali terakhir, hingga kini Gael melihat utuh bagaimana bra berwarna senada itu menampilkan dada menantang disaat satin biru muda itu meluncur menyusul jas di bawah sana.
Refleks Noel yang melihatnya mengangkat tangan, tapi Gael lebih dulu menanggkapnya dan menggenggamnya erat.
Grep!
"Apa yang kau lakukan?"
Bersambung