Chereads / Women Killer and Doctor / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

"Kamu sudah bangun?" tanya dokter Raihan berjalan ke arah Dyanra

"Iya kak! Apa hari ini aku boleh pulang? Nggak betah di rumah sakit, bau obat-obatan," tukas Dyanra merenggut tak suka. Dokter Raihan yang melihat itu pun tersenyum tipis melihat tingkah laku gadis itu, yang sangat menggemaskan. Bagaimana tidak menggemaskan melihat Dyanra mengembungkan pipinya yang bulat.

"Iya, kakak bantu kamu siap-siap dulu, sebelum itu kakak lepas cairan infus kamu dulu ya, teriak saja jika sakit!" perintah dokter Raihan, yang mulai melepaskan cairan infus yang terpasang di tangan Dyanra.

"Kak, aku mau ke toilet, bantuin!" rengek Dyanra sambil merentangkan tangannya meminta untuk di gedong. Dokter Raihan yang melihat itu seketika tidak paham.

"Ya, sini kakak bantu," ucap Riahan sambil memegang tangan Dyanra, untuk membantunya turun dari bansal rumah sakit. Dyanra yang mengerti dengan tindakan dokter Raihan seketika merenggut kesal.

"Bukan gitu, nggak peka banget sih jadi suami, aku tuh mau di gendong!" seru Dynara merentangkan tangannya kembali. Dokter Raihan yang mendengar ucapan Dyanra di buat kaget. Dia yang belum pernah melakukan skinship dengan wanita manapun, tiba-tiba di suruh menggendong seorang gadis.

"O-ok , saya gendong," gugup dokter Raihan menggendong Dyanra ala Bridal Style, ke toilet. Dyanra yang melihat dokter Raihan kelihatan gugup, mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa kakak seperti gugup begitu menggendongku? kan aku istrinya kakak, pasti kita pernah ngelakuin yang lebih dari ini, jadi nggak usah gugup gitu!" tukas Dyanra mengalungkan lengannya di leher dokter Raihan.

Dokter Raihan yang mendengan ucapan Dyanra seketika berhenti berjalan.

"Kenapa berhenti?" Tanya Dyanra, melihat dokter Raihan yang belum menanggapi pertanyaan dan terlihat melamun.

"Atau kakak, belum pernah menyentuhku ya?" Tanya Dyanra lagi. Dokter Raihan yang mendengar itu langsung menunduk melihat Dyanra, yang masih menatapnya dengan mata bulatnya. Terlihat menggemaskan. Sebenarnya saya ingin sekali menerkam kamu sekarang, tapi sayang kita belum sah, batin dokter Raihan sambil membayangkan malam pertamanya dengan Dyanra. Raihan yang tersadar dari pikiran kotornya menggelengkan kepalanya dan menatap Dyanra kembali.

"Ia, saya belum menyentuh kamu," jawab dokter Raihan dan melanjutkan langkahnya kembali ke toilet dan menurunkan Dyanra.

Dyanra yang sudah tidak tahan ingin buang air, akan membuka celanannya, tapi di tahan oleh dokter Raihan.

"Kamu, kenapa buka celana?" Tanya Raihan gugup, pikiran Raihan sudah mulai melanglang buana.

"Kebelet kak," jawab Dyanra kesal.

"Ya sudah, kakak keluar dulu," ucap Raihan, berjalan keluar dari toilet dan menutup pintu itu.

Di depan toilet, Raihan menutup wajahnya, dia malu sendiri dengan otaknya, kenapa fikirannya sampai ke situ. Dasar otak mesum.

"Sudah, belum?" Tanya Raihan meneriaki Dyanra

"Belum, susah keluar ini, bantuin!" teriak Dyanra dari dalam toilet

Seketika otak Raihan ngebug.

"Nggak! Nggak! Keluarin sendiri!" seru Raihan, yang masih berdiri di depan toilet

"Kak bantuin…, sakit!" teriak Dyanra kembali

Raihan resah, sambil mondar-mandir didepan pintu. Bantuin, nggak, bantuin nggak. Ingat Raihan kamu itu sebagai dokter harus bertanggung jawab dengan pasien, batin Raihan.

Kreek...bunyi pintu terbuka, Raihan memilih membantu Dyanra demi tanggung jawabnya sebagai dokter. Takut terjadi apa-apa katanya.

"Kak bantuin, aku mau ganti baju tapi lengannya nyangkut," minta Dyanra tersenyum malu.

Raihan yang melihat itu merutuki dirinya sendiri, kenapa fikirannya akhir-akhir ini kalau liat Dyanra selalu kotor.

"Ya sudah, sini kakak bantu," jawab Raihan sambil membantu Dyanra melepaskan baju. Untung Dyanra masih pake underware.

Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian, Dyanra pun bersiapa-siap untuk pulang. Dyanra tinggal menunggu Raihan Kembali keruangannya. Karena tadi Raihan pamit ke Dyanra untuk mengurus administrasi sebelum pulang.

Raihan datang membuka pintu ruang rawat Dyanra.

"Sudah selesai?" Tanya Raihan

"Sudah," jawab Dyanra

"Kamu bisa jalankan, nggak minta digendong lagi?" Tanya Raihan.

"memang, kalau aku minta digendong, kakak mau gendong aku," goda Dyanra

"Nggak!" tukas Raihan Singkat. Dyanra yang mendengar ucapan Raihan hanya kesal.

"Ya sudah, bantuin!" tukas Dyanra, memberikan tas dan beberapa keperluannya ke tangan Raihan

"Jadi suami itu harus pengertian, istri sakit itu harusnya di manja, di gendong, peluk atau dicium gitu," sindir Dyanra berjalan duluan meninggalkan Raihan yang geleng-geleng kepala melihat tingkah istirnya. Istri bohongan maksudnya. Tapi kalau jadi sah nanti tidak apa-apa.

Mereka telah sampai di parkiran mobil, Raihan memasukkan barang-barang Dyanra ke bagasi, sementara itu Dyanra sudah duduk anteng di samping kursi kemudi menunggu Raihan.

"Kak! Kita mampir dulu yah ke resto atau warung, Dyanra laper!" ajak Dyanra ke Raihan yang sudah duduk di kursi kemudi.

"Ok!" jawab Raihan menyalakan mobilnya

Di dalam mobil Dyanra tidak henti-hentinya berceloteh, mengganggu konsentrasi Raihan yang sedang mengemudi.

"Kak aku mau tanya dong, kenapa aku bisa menikah dengan kakak?" Tanya Dyanra tiba-tiba. Raihan yang mendengarnya mengerem mendadak.

"Kenapa kak?" Tanya Dyanra kaget. Karena tiba-tiba saja Raihan mengerem mobilnya secara mendadak. Nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana.

"Nggak ada apa-apa," jawab Raihan melajukan kembali mobilnya.

"Kakak, belum menjawab pertanyaanku yang tadi?" Tanya Dyanra Lagi

"Kamu mau tau alasannya?" Tanya Raihan balik. Dyanra mengangguk.

"Sebelum orang tua kamu meninggal, kakak sudah janji dengan mereka, bahwa kakak akan menjaga kamu, dan dengan cara menikahi kamu, karena kalau kakak tidak menikahi kamu apa kata tetangga dan orang-orang yang melihat kita tinggal bersama, nanti kita di kira kumpul kebo lagi," Jawab Raihan

"Orang tuaku meninggal karena apa?" Tanya Dyanra

Raihan tidak menjawab, dan memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana milik orang tuanya. Dyanra yang melihat rumah Raihan seketika terperangah, karena halamannya sangat luas di penuhi dengan bunga. Apalagi banyak sekali bunga kesukaan Dyanra disini. Meskipun rumahnya sederhana tapi membuat Dyanra merasa nyaman.

"Ini rumah kakak?" Tanya Dyanra yang masih melihat-lihat sekitarnya

"Bukan, ini rumah orang tua kakak," jawab Raihan

"Terus rumah kita dimana kak?" Tanya Dyanra lagi

"Rumah kita?" Tanya Raihan bingung

"Iya, kitakan suami istri, jadi kalau kakak punya rumah, berarti rumah aku juga," jawab Dyanra

Raihan gelagapan mendengar penuturan Dyanra.

"Oh..,kita Cuma punya apartement," jawab raihan

"Kenapa, kita nggak langsung pulang ke apartement, kenapa kesini?" Tanya Dyanra yang sudah berhenti di depan pintu rumah orang tua Raihan.

"Mama ingin ketemu kamu, dia khawatir," jawab Raihan, mulai menekan bel. Dyanra hanya mengangguk.

Kreekk…..pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya, yang masih terlihat awet muda.

"Dyanra, kamu sudah pulang sayang, gimana keadaan kamu? masih ada yang sakit?" Tanya mama Raihan, memegang tubuh Dyanra.

"Tanyanya, satu-satu dong ma, Dyanra bingung tuh," tutur Raihan.

"Maaf ya sayang, mama khawatir banget sama kamu, takut terjadi apa-apa sama mantu mama yang cantik ini."

"Ma, kita masuk dulu, nanti saja Tanya-tanyanya? Ucap Raihan menggandeng tangan Dyanra masuk

"Ma, Raihan antar Dyanra ke kamar dulu ya, Dyanra masih perlu istrihat," ucap Raihan menggandeng tangan Dyanra menuju lantai atas. Rumah orang tua Raihan ini memiliki dua lantai, lantai bawah memiliki satu kamar, satu kamar tamu dan satunya lagi kamar orang tua Raihan. Sedangkan di lantai dua hanya ada kamar Raihan dan ruang kerja papanya, selain itu terdapat ruang olahraga.

Sesampainya di kamar, Raihan membaringkan Dyanra ke kasur, dan menyuruhnya beristirahat, sementara itu dia berlalu ke kamar mandi untuk bersih-bersih, karena badannya terasa lengket. Sepeniggalan Raihan ke kamar mandi. Dyanra mengamati kamar Raihan. Terdapat beberapa poster, action figure dan beberapa buku tebal. Dyanra tidak tau itu buku apa, mungkin buku tentang medis atau apa.

Kreekk…..

Raihan keluar dari kamar mandi, dengan handuk melilit dipinggangnya tanpa memakai atasan. Dyanra yang melihat itu terpesona. Bagaimana tidak terpesona tubuh Raihan sangat bagus, absnya terbentuk sempurna, lengannya begitu kokoh, Dyanra yang membayangkan itu meneguk ludahnya.

Raihan yang melihat Dyanra bengong, menepuk pundaknya.

"kamu kenapa tidak istirahat, malah bengong?" Tanya Raihan

Dyanra yang sadar dari keterkejutannya, berdeham sambil menormalkan jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang melihat pemandangan erotis tadi.

"Tidak apa-apa," jawab Dyanra gugup, lalu berbaring kembali.

"Oh, ya sudah kamu lebih baik kembali istrirahat!" ucap Rahain, berjalan menuju lemari pakainnya. Dyanra diam-diam melirik ke arah Raihan yang sedang sibuk memilih pakaian yang akan di pakai.

"Mau aku bantu milih?" Tanya Dyanra, yang membuat Raihan tersentak.

"tidak perlu, kamu istirahat saja."

Setelah selesai berpakaian. Raihan pamit ke Dyanra untuk ke bawah.

"Saya ke bawah dulu ya, kamu istirahat saja disini, kalau perlu apa-apa teriak saja, kedengaran kok dari bawah," ucap Raihan berlalu dari sana.

Di lantai bawah sudah ada mama Raihan, yang sibuk menyiapkan makan siang. Sudah terdapat beberapa lauk pauk di meja makan.

"Ma, papa pulang jam berapa?" Tanya Raihan mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Siang dong, papa katanya mau makan siang disini, makanya mama hari ini masak banyak, sekaligus menyambut mantu mama," jawab mama Raihan.

"Memang kenapa Han, tumben kamu tanya papa kamu dimana?"

"ada yang mau Raihan omongin," jawab Raihan

Terdengar suara deruh mobil dari depan rumah.

"Kayaknya papa kamu sudah datang deh Han, buka pintu gih!" suruh mama Raihan

"Iya ma," ucap Raihan, berjalan ke arah pintu.

Kreekk….

"Raihan, kapan pulang? mana mantu papa?" tanya papa Raihan berjalan masuk ke rumah

"Tadi, di atas lagi istrirahat pa," jawab Raihan Mengikuti dari belakang setelah menutup pintu

"Eh…papa sudah pulang," ucap mama Raihan. Membatu papa Raihan membawa tas kerjanya, menuju ke kamar.

Di meja makan sudah ada papa dan mama Raihan tengah duduk menunggu Raihan memanggil Dyanra turun.

Sedangkan di lantai atas di kamar Raihan. Ada Dyanra yang masih bergelung dalam selimut. Sebelum Raihan datang dan membangunkannya. Raihan menyingkap selimut yang di pakai Dyanra.

"Bangun Dy!" seru Raihan Menggoyang bahu Dyanra hingga terusik

"Bentar, lima menit lagi, masih ngantuk!" rengek Dyanra dan masuk lagi ke dalam selimutnya.

"Makan siang dulu yuk, sudah ada papa sama mama di meja makan, mereka tunggu kamu loh, katanya mau ngobrol sama menantu cantiknya," goda Raihan. Dyanra yang mendengar Raihan menggodanya, memegang pipinya yang tiba-tiba terasa panas.

"Loh, muka kamu kok merah gitu, kamu demam?" Tanya Raihan melihat muka Dyanra yang memerah

"Nggak!" tutur Dyanra sambil berlari ke kamar mandi. Raihan yang melihat itu gemas sendiri dengan tingkah Dyanra. Bagaimana tidak gemas Dyanra berlari terbirit-birit seperti anak kecil. Raihan tau bahwa Dyanra sedang malu digoda olehnya. Tapi ada rasa senang di diri Raihan saat menggoda Dyanra. Dia menyukai tingkah menggemaskan gadis itu.

Dyanra telah selesai bersih-bersih dan mengganti pakaian. Dia lalu mengajak Raihan ke bawah menemui orang tua Raihan.

"Yuk..kak kita ke bawah, kasihan papa sama mama pasti sudah menunggu lama," ajak Dyanra, lalu menarik Raihan yang masih terbaring dikasur sembari memainkan ponselnya.

"Tunggu, aku pake baju dulu," ucap Raihan memaikai bajunya dengan cepat. Tadi Raihan melepas bajunya karena kebiasan jika di kamar dia akan melepas bajunya.

Dyanra yang melihat Raihan memakai baju sudah tidak memerah lagi. Karena dia sudah melihatnya tadi. kayak papan cucian, lain kali Dyanra mau pegang ah, batin Dyanra.

Setelah memakai baju, Raihan menggandeng tangan Dyanra untuk turun ke bawah, dapat Dyanra lihat orang tua Raihan sudah menunggu di bawah. Gadis itu merasa dirinya tiba-tiba gugup. Kenapa aku gugup ya, padahal pasti aku sudah pernah bertemu mereka sebelumnya. ya sebelum aku lupa ingatan, batin Dyanra.

papa Raihan yang melihat Dyanra turun, seketika terperangah dengan menantunya. Cantik sekali menantuku, anak kaku itu benar-benar beruntung mendapatkan gadis ini, dia sangat cantik dan menggemaskan, tidak cocok sama sekali dengan Raihan yang seperti kanebo kering, batin papa Raihan menistakan anaknya sendiri.

"Sini, sayang duduk!" panggil mama Raihan menyuruh Dyanra duduk di sampingnya. Sementara Raihan duduk di samping papanya.

"Dyanra, bagaimana keadaan kamu, masih ada yang sakit?" Tanya papa Raihan menatap Dyanra. Dyanra yang di tatap seketika gugup.

"Baik pa, sudah tidak ada kok," jawab Dyanra.

"Udahan dulu ngobrolnya, yuk kita makan, jangan sampai, makanannya keburu dingin," ajak mama Raihan, mengambil beberapa lauk kemudian meletakkannya di piring suaminya. Dyanra yang melihat itu mengikuti mama Raihan mengambil lauk dan meletakkannya di piring Raihan. Raihan yang melihat itu jadi senyum-senyum sendiri. Berasa punya istri beneran, batin Raihan.

Setelah makan, Dyanra kembali ke kamar di antar Raihan. Beberapa menit kemudian melihat Dyanra yang sudah tertidur pulas. Raihan meninggalkan Dyanra di kamar dan turun ke ruang keluarga untuk menemui orang tuanya.

Di ruang keluarga, sudah ada orang tua Raihan yang sedang duduk santai sambil berbincang-bincang.

"Pa/ma, ada yang mau Raihan omongin, ini mengenai siapa Dyanra sebenarnya," tutur Raihan ke orang tuanya.

Orang tua Raihan seketika kaget dengan ucapan Raihan. Bukannya Dyanra itu menantunya kenapa harus di jelaskan lagi, batin orang tua Raihan.

"Mama salah paham, sama yang Raihan beri tau ke mama tempo lalu di telepone, Raihan nggak pernah nikah diam-diam, Dyanra bukan istri Raihan ma, Raihan bohong soal Dyanra," tutur Raihan

"Terus kenapa kamu bawa dia ke sini, kalau dia bukan istri kamu, kenapa kamu bohongin mama?" tanya mama Raihan Marah.

"Dengar penjelasan Raihan dulu, Raihan bohong ke Dyanra dan berpura-pura menjadi suaminya, Dyanra lupa ingatan ma/pa. Dia udah nggak punya keluarga lagi, Dyanra bukan dari kota ini. Orang tuanya meninggal saat kecelakaan terjadi yang menimpa Dyanra juga. Jadi Raihan terpaksa bohong ke Dyanra. Jadi Raihan mohon rahasiakan ini dari Dyanra. Sampai Raihan sendiri yang jujur ke dia," tukas Raihan

"Terus sampai kapan kamu bohongin dia Han? Cepat atau lambat dia bakalan tau, kamu mau dia benci sama kamu kalau dia tau sendiri?" Tanya papa Raihan.

"Raihan akan kasih tau dia, ketika keadaannya benar-benar pulih," jawab Raihan

"Ok! kalau itu mau kamu," jawab papa Raihan pasrah.

Sedangkan mama Raihan menangis mendengar cerita Raihan tentang Dyanra. Dia berjanji akan menjaga Dyanra dan menganggap Dyanra sebagai anaknya sendiri.

"Mama kenapa nangis?" Tanya papa Raihan mengelus pundak istrinya.

"Mama…tadi udah seneng banget pa, mama akhirnya punya menantu, tapi kenapa boongan sih," jawab mama Raihan menangis sesegukan

"Tapi, Dyanra harus tetap jadi menantu mama apapun yang terjadi, jadi Raihan harus bener-bener nikahin Dyanra!" seru mama Raihan menatap anaknya tajam

"Tapi ma, bagaimana ceritanya, Raihan dan Dyanra nggak saling cinta, di tambah Dyanra lupa ingatan Raihan harus ngapain coba," tutur Raihan

"Ya, kamu harus buat Dyanra jatuh cinta sama kamu, mama nggak mau tau, menantu mama harus tetap Dyanra nggak boleh yang lain!" seru mama Raihan meninggalkan ke dua laki-laki yang berbeda usia itu.

"Sabar Han…turuti saja kemauan mama kamu," ucap papa Raihan mengelus pundak anaknya

"Gimana caranya pa?" Tanya Raihan

"Itu sih urusan kamu," jawab papa Raihan mengikuti istrinya ke kamar

Raihan yang melihat kelakuan orang tuanya, mengusak rambutnya kasar.