Dyanra telah sampai di sekolah barunya. Hari ini dia berangkat sendiri ke sekolah, Raihan tadinya ingin mengantar Dyanra, karena Raihan mendadak dapat panggilan dari rumah sakit, jadi dia menyuruh Dyanra untuk berangkat sendri. Dyanra saat ini sedang berjalan di koridor sekolah, menuju ruang kepala sekolah.
Dalam perjalannya ke ruang kepala sekolah, samar-samar Dyanra mendengar suara keributan. Dyanra yang memang tinggi tingkat rasa penasarannya, mencari sumber keributan tersebut, yang ternyata berada di belakang gedung sekolah. Di sana terlihat seorang siswa laki-laki yang sedang di kroyok oleh rombongan siswa laki-laki lainnya. Sepertinya sedang ada pembullyan.
Dyanra melihat siswa yang dibully tersebut merasa kasihan. Diapun keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekat.
"Hei, kalian apakan dia?"
Para siswa yang membully tadi, menengok kearah belakang tempat Dyanra berada.
Ini cewek siapa ya, siswa baru? Cantik juga, batin salah satu dari mereka.
"Kamu siapa, berani-beraninya mengganggu kegiatan kami?" Tanya salah satu pembully
"Kalian nggak usah tau siapa aku, lepaskan dia sekarang juga," menujuk siswa yang di bully
"Kalau aku nggak mau, kamu mau apa?"
"Terpaksa, aku bakal pake kekerasan, sini maju!" tantang Dynara.
Mereka yang sudah tersulut emosi menyerang Dyanra, tapi ada satu orang yang tidak menyerang Dyanra, entah apa yang di pikirkan, karena dari tadi dia hanya menatap Dyanra tanpa berbicara.
Dyanra sudah kewalahan melawan mereka. dia sudah merasa ingin pingsan. Dyanra sebenarnya jago bela diri, dia pemegang sabuk hitam Taekwondo. Tapi sudah lama dia tidak pernah menggunakan kekuatannya, jadi dia kewalahan menghadapi para cecunguk ini.
Siswa laki-laki yang dari tadi memperhatikan Dyanra berseru!.
"Sudah hentikan!" perintah siswa lelaki yang tidak ikut menyerang Dyanra
"Ayo kita pergi!" ajak siswa lelaki itu kepada teman-temannya dan pergi dari tempat tersebut, tapi sebelum itu dia berbalik ke arah Dyanra dan menampilkan senyum miringnya. Tapi Dyanra tidak melihat itu, dia sedang sibuk membantu siswa yang dibully tadi untuk berdiri.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Dyanra membantu siswa tersebut memakai tasnya
"Nggak apa-apa, terima kasih," ucap siswa itu
"Kenalikan namaku Dyanra."
"Aku Leon."
"Kita sekarang berteman ya," ucap Dyanra
Setelah perkenalan singkat tadi
Mereka pun meninggalkan tempat itu dan menuju ke tempat tujuan masing-masing. Dyanra melanjutkan langkahnya ke ruang kepala sekolah, sedangkan Leon masuk ke dalam kelasnya, karena bel sudah berbunyi.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa baru, silahkan masuk," ucap bapak kepala sekolah
Dyanra pun memasuki ruang kelas.
Sudah terdengar suara bisikan-bisikan di dalam kelas dari siswa-siswa. Ada yang memuji Dyanra cantik, manis, sexy dan ada juga yang menampilkan ketidaksukaannya kepada Dyanra.
"Cih! Sok kecakepan," ucap salah satu siswa perempuan.
"Perkenalkan nama saya Dyanra Wijaya. Kalian bisa panggil saya Dyanra," ucap Dyanra memperkenalkan diri.
Sedari tadi Dyanra merasa ada yang menatapnya dari dia berjalan masuk sampai berdiri di dekat bapak kepala sekolah. Orang itu adalah sosok siswa yang melakukan pembullyan tadi.
"Kamu, duduk di kursi dekat dewa, yang namanya dewa angkat tangan," ucap bapak kepala sekolah.
Yang disebut Dewa mengangkat tangannya. Dyanra melihat orang yang disebut Dewa. Itu adalah orang yang dari tadi menatapnya.
"iya pak!"
Dyanra merasa risih, karena dari tadi Dewa terus menatapnya, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Kamu kenapa liatin aku terus?" Tanya Dyanra. yang di tanya hanya mengalihkan padangannya ke depan tanpa menjawab.
Di kantin sekolah sudah ada Dyanra yang sedang menikmati makannya dengan Leon. Terlihat Dyanra tertawa entah apa yang mereka bicarakan. Namun tawa itu seketika berhenti, karena ada seseorang yang tiba-tiba datang ke meja mereka dan duduk di depan Dyanra. Dia adalah Dewa.
Leon yang melihat Dewa duduk di depan mereka merasa takut dan menunduk. Dia berhenti memakan baksonya. Dyanra yang melihat Leon ketakutan mengelus tangan Leon dan menyuruhnya kembali menghabiskan makanannya. Dewa yang melihat Dyanra mengelus tangan Leon mendadak kesal.
Dewa itu sebenarnya menyukai Dyanra. Dia pertama kali melihat Dyanra pagi tadi saat Dyanra melewati gerbang sekolah. Anggap saja cinta pandangan pertama.
Di sisi lain Raihan sedang ada di perusahaannya. Jadi selain dia dokter di rumah sakit, Raihan juga memiliki sebuah perusahaan yang bergerak dibidang fashion, tapi tidak banyak orang yang tau termasuk orang tuannya. Yang menjalankan perusahaannya selama ini adalah sang sahabat.
"Rai! Paman Dyanra sudah tau, jika Dyanra masih hidup, dia sudah mulai bergerak dan mengirim orang di sekolah Dyanra untuk mencelakakan Dyanra, jadi kamu harus hati-hati menjaga dia," ucap Vino sahabat Raihan.
Raihan yang mendengar ucapan sahabatnya itu, meradang marah, tua Bangka itu ternyata sudah mulai bergerak, belum tau dia siapa Raihan ucap Raihan dalam hati memunculkan senyum miringnya.
Vino yang melihat sahabatnya tersenyum miring seperti itu, bergidik ngeri. Dia tau jika Raihan menampilkan senyum seperti itu berarti akan ada bahaya yang datang. Pasalnya Raihan di balik sikap lembutnya tersimpan sikap yang kejam. Dia tidak akan segan-segan membunuh siapa saja yang mengganggu kesayangannya.
"Darimana kamu tau, kalau mereka menyusupkan orang kesekolah untuk memata-matai Dyanra?" Tanya Raihan.
"Aku tau dari orang suruhanku Rai, sesuai perintahmu aku mengirim orang untuk menjaga Dyanra kemanapun dia pergi, dan orang suruhanku mendengar bahwa ada yang berniat mencelakakan Dyanra," jawab Vino.
Raihan terdiam. Dia memikirkan rencana bagaimana caranya dia menjaga Dyanra di sekolah sementara di harus menjalankan perusahaannya juga, karena dia sudah berencana akan mengambil alih perusahaan, tapi jika seperti ini, dia belum bisa, apa boleh buat dia harus merepotkan Vino lagi. Memikirkan itu Raihan akhirnya memiliki rencana. Dia akan melamar kerja di sekolah itu sebagai dokter penjaga UKS. Hanya dengan cara itu dia bisa menjaga Dyanra 1x24 jam dan kembali menyerahkan semua urusan perusahaan lagi kepada Vino.
"Rai!" panggil Vino yang melihat Raihan terdiam. Vino tau Raihan sedang memikirkan rencana untuk menjaga Dyanra di sekolahnya, dan juga cara menghancurkan tua Bangka itu.
"Vin, kamu handle semua urusan perusahaan, karena kemungkinan aku nggak bisa datang ke perusahaan ini beberapa bulan ke depan," ucap Raihan
"Apa rencana kamu Rai?" Tanya Vino
"Aku akan melamar pekerjaan, menjadi dokter penjaga UKS di sekolah Dyanra, jadi kemungkinan besar aku nggak bisa handle urusan perusahaan, jadi aku serahin semuanya ke kamu, jika ada hal penting hubungi aku lewat email atau telepone," ucap Raihan.
"Ok! serahin semuanya ke aku"
Sementara itu, di sekolah, Dyanra sedang sangat kesal, karena dari tadi Dewa terus mengikutinya mulai dari saat di di kantin sampai ke toilet sekalipun. Ini orang maunya apa sih batin Dyanra.
"Kamu mau ngapain?" Tanya Dyanra yang hendak masuk ke dalam toilet.
"Masuk!" ucap Dewa santai
"Ini toilet cewek bego, tunggu di luar," bentak Dyanra.
"Ok!"
Di dalam toilet Dyanra sedang memikirkan bagaimana caranya dia bisa kabur dari Dewa yang terus mengikuti dia kemana-mana. Dyanra sebenarnya tidak ada niatan membolos, tapi dia risih diikuti terus oleh Dewa, jadi terpaksa dia akan membolos hari ini. Membolos di hari pertama tidak apa-apa kan ya, batin Dyanra.
Dyanra mengedarkan pandangannya, keseluruh penjuru toilet, dia sedang mencari jalan keluar dari toilet agar tidak dilihat oleh Dewa. Tidak butuh waktu lama, mata Dyanra menangkap sebuah jendela toilet yang mengarah ke arah belakang sekolah. Dia berencana melewati jendela tersebut.
Dyanra telah sampai di belakang sekolah. Setelah bersusah payah memanjat jendela sampai membuat sikunya lecet.
"Akhirnya aku bisa kabur dari cecunguk itu," gumam Dyanra
Dyanra keluar dari sekolahan, dengan cara memanjat tembok belakang sekolah. Karena tidak mungkin dia lewat gerbang sekolah, bisa-bisa dia ketahuan dan di seret kembali untuk masuk ke kelas.
Sesampainya di luar sekolah, Dyanra berjalan kaki melewati trotoar, dia masih bingung harus kemana. Jika dia ke Rumah sakit, pasti Raihan akan mengetahui jika dia membolos, karena ini masih jam 11 siang belum waktunya pulang sekolah. Jadi Dyanra memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.
"Itu cewek lama banget ya di dalam, sudah dua jam aku tunggu disini," keluh Dewa
"Dyanra, kamu dengar aku nggak?" teriak Dewa
"Atau aku dobrak aja pintunya, takutnya terjadi apa-apa di dalam," ucap Dewa. Dia mulai mendobrak pintunya
BRAK…BRAK…BRAK
Tidak butuh waktu lama Dewa berhasil mendobrak pintunya dan yang dia lihat sama sekali tidak ada orang.
"Sial dia kabur!" umpat Dewa.
Sementara itu di ruangan kepala sekolah ada Raihan yang sedang berbicara dengan kepala sekolah. Dia hari ini akan melamar pekerjaan menjadi dokter penjaga di UKS. Dia tidak mau menunggu terlalu lama jadi setelah pulang dari kantor tadi, dia langsung ke sekolah Dyanra.
Setelah selesai berbincang dan diterima kerja, Raihan meminta izin untuk berkeliling sekolah, dengan alasan ingin mengenal seluk-beluk sekolah sebelum bekerja. padahal itu hanya alibi, karena dia ingin melihat Dyanra di kelasnya. Sesampainya di depan kelas Dyanra dia mengintip kelas itu. Dia tidak melihat Dyanra di kelasnya.
"Kemana gadis nakal itu, apa dia membolos?" batin Raihan
Tiba-tiba ponselnya berbunyi
TRING….TRING…..TRING…
"Halo Vi," ucap Raihan di telfon
"Halo Rai," balas Vino
"Kenapa?" Tanya Raihan balik. Dia penasaran apa yang akan disampaikan oleh Vino.
"Tadi orang suruhanku, melihat Dyanra jalan sendiri di trotoar, tapi dia nggak tau Dyanra mau kemana," ucap Vino.
Raihan yang mendengar ucapan Vino kalut. Dia khawatir orang suruhan paman Dyanra akan mencelakai Dyanra. Apalagi saat ini Dyanra sedang sendiri. Ya walaupun tidak sepenuhnya sendiri karena ada yang menjaganya. Tapi tidak menutup kemungkinan orang suruhan Vino lengah dan membuat Dyanra terancam.
"Aku harus mencari Dyanra secepatnya," ucap Raihan kalut, berlari menuju mobil dan keluar dari sekolah.
Di dalam perjalanan Raihan mendapat telfon lagi dari Vino. Memberitahukan bahwa Dyanra saat ini sedang berada di taman dekat dari apartementnya bersama dengan seseorang. Raihan yang mendengar itu langsung tancap gas menuju taman.
Sesampainya di taman, Raihan melihat Dyanra sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Raihan melihat laki-laki itu beberapa kali ingin menyentuh tangan Dyanra yang langsung di tepis oleh Dyanra. Raihan yang melihat itu emosi.
Dyanra itu milikku, jadi tidak ada orang yang boleh menyentuhnya kecuali aku batin Raihan marah dan mendekat kearah Dyanra.
"DYANRA!!"