Chereads / Women Killer and Doctor / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Sudah terhitung dua hari Dyanra tidak masuk sekolah, dan selama dua hari itu pula Raihan tidak pernah datang ke sekolah, tapi pria itu tetap menjalankan kewajibannya sebagai dokter, dia tetap berangkat ke rumah sakit dari pagi sampai siang.

Hal yang membuat Raihan khawatir adalah selama dua hari ini, gadis itu tidak pernah absen bermimpi buruk, jadi pria itu selalu terjaga setiap malam guna menjaga Dyanra agar tidak tumbang atau kembali terbaring lemah, Raihan curiga bahwa Dyanra memiliki trauma berat tentang masa lalunya dan juga hal yang menimpanya dua hari yang lalu.

Kadang Raihan membenci dirinya sendiri, akibat kelalaiannya trauma Dyanra harus kembali.

"Apa yang mas pikirkan?" tanya Dyanra, yang baru saja selesai memakai pakaian sekolahnya.

"Kamu akan berangkat sekolah sekarang?" tanya Raihan melihat penampilan Dyanra yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. "Kamu bahkan belum sembuh total Dyanra, kenapa kamu nekat sekali untuk masuk sekolah."

"Mas kan tau, sudah dua hari aku tidak masuk sekolah, aku takut nilaiku turun, gara-gara jarang masuk belajar, jadi sudah dulu ya, aku berangkat."

Dyanra mengambil tasnya di meja belajar, setelah itu pergi dari sana. "Tunggu! Kamu berangkat sama mas," ucap Raihan.

"Nggak usah mas, aku bisa berangkat sendiri, aku masih kesal sama mas. Mas kan belum menjelaskan ke aku kenapa mas berbohong, jadi jangan harap aku bisa memaafkan mas," ucap Dyanra kesal, setelah itu melanjutkan langkahnya keluar dari Apartement.

Raihan yang melihat tingkah Dyanra, menggelengkan kepalanya. Sikap gadis yang di cintainya sudah kembali rupanya, dan pria itu senang, karena dia lebih suka Dyanra dalam mode galak dari pada diam.

Melihat Dyanra yang sudah hilang dari jarak pandanganya, Raihan pun segera menyusul Dyanra, pria itu takut terjadi apa-apa dengan gadis itu. apalagi pelaku yang melukai Dyanra belum di temukan.

Raihan mengikuti Dyanra di belakang, saat ini dia melihat gadis itu sedang menyetop taksi, diam-diam Raihan mengikuti taksi itu sampai di sekolah. Setelah melihat Dyanra yang turun dengan selamat, pria itu pun masuk ke dalam parkiran sekolah.

Di dalam sekolah sudah ada Dewa yang menyambut Dyanra dan juga beberapa teman Dewa yang lain yang tidak Dyanra kenal.

"Kenapa lo sekolah hari ini? padahalka lo belum sembuh total?" tanya Dewa, yang di beri decakan kesal oleh Dyanra.

"Lo pikir gue cewek menye-menye, yang mau terkurung lama-lama di kamar, sorry tidak lo salah, lagi pula gue takut ketinggalan pelajaran, jangan sampai karena itu gue tinggal kelas. Nggak mau lah gue," ucap Dyanra. "Oh iya, dia siapa? Pacar lo?" tanya Dyanra pada Dewa, kerena dia melihat gadis manis berkuncir kuda yang ada di samping Raihan.

"Dia sepupu gue, namanya Bella, dia juga anak baru di sini, sana kenalan sama sepupu gue."

"Oh iya gue Dyanra!" ucap Dyanra menyalami gadis itu. "Lo sekarang jadi teman gue juga ya, gue nggak punya teman selain cecunguk ini dan juga satunya lagi Leon teman gue juga tapi kayaknya di sudah ada di kelas," ucap Dyanra.

Meraka telah sampai di kelas. Tapi ada yang aneh menurut Dyanra, gadis itu sedari tadi tidak melihat Leon sahabatnya. "Wa!" panggil Dynara pada Dewa yang telah duduk di sampingnya. "Leon ke mana?" tanya Dyanra.

"Belum datang kali dia," jawab Dewa cuek.

Pria itu juga heran sebenaranya, karena dua hari ini Leon selalu terlambat datang ke sekolah. Dewa pun tidak pernah bertanya. Karena pria itu selalu mengacuhkannya.

Ketika Dewa menghampirinya dia selalu menghindar, dan lebih memilih pergi ke kantin sendirian, dan yang Dewa herankan itu, Leon yang tiba-tiba dekat dengan kakak kelasnya, yang setau Dewa bernama Selly anak pindahan dua minggu kemarin, tapi Dewa hanya acuh melihat itu, mungkin saja pria itu ingin mencari teman baru.

"Leon!" panggil Dyanra yang melihat Leon baru saja datang.

Dyanra segera menghampiri pria itu. "Tumben kamu telat datang? Biasanyakan paling cepat?" tanya gadis itu, yang saat ini telah duduk di samping Leon.

Sedangkan Leon yang melihat Dyanra berada di sampingnya tiba-tiba berkeringat dingin. "Kamu kenapa Leon, kenapa kamu berkeringat seperti itu, padahalkan ada AC?" tanya Dyanra.

"Aku nggak apa-apa Dy, tadi aku lari ke sini, takut guru masuk duluan," jawab Leon terbata-bata.

"Kamu yakin? Jangan-jangan kamu sakit lagi kita ke UKS ya," ucap Dyanra, lalu menarik tanga Leon untuk berdiri, bertepatan dengan masuknya seorang guru. "Pak saya izin ke UKS dulu, mau menemani Leon sepertinya dia sakit," ucap Dyanra.

"Tapi Dy, aku benar-benar nggak sakit kok."

"Kamu sakit loh ini, kamu gemetaran kayak gini," ucap Dyanra, mulai menuntun Leon keluar dari kelas.

Sedangkan Dewa yang sedari tadi mengamati kelakuan sahabatnya itu hanya mengindikkan bahunya cuek.

Klek....

Setelah mengunci pintu UKS, Dyanra pun menuntun Leon untuk duduk di atas kasur. "Dy, kenapa pintunya di kunci, nanti kalau dokter Raihan datang bagaimana?" Tanya Leon gugup dan mulai ketakutan karena melihat seringaian gadis itu.

"Dokter Raihan pasti lama kok datangnya, dia sedang ada di ruangan pak Yuda, jadi kamu tidak perlu khawatir ya," ucap Dyanra, membantu Leon berbaring.

"Kamu mau apa Dy?" tanya Leon yang melihat gadis itu, mengeluarkan pisau cutter dari balik punggungnya.

"Aku ingin melihatmu, menjadi seperti aku kemarin, kamu pikir aku tidak tau rencana jahatmu, aku tau semuanya," ucap Dyanra dengan seringai jahatnya.

Leon yang meihat itu seperti tidak melihat Dyanra pada diri gadis itu, dia berbeda dia bukan Dyanra.

"Siapa kamu sebenarnya, kamu bukan Dyanra kan, Dyanraku tidak jahat sepertimu!" teriak Leon ketakutan. Saat ini pisau yang ada di tangan Dyanra telah menggores pipinya.

"Hahahaha!" Dyanra tertawa jahat, saat melihat Leon ketakutan. "Aku Dyanra Leon, kenapa kamu lupa dengan orang yang kamu pukul habis-habisan dua hari yang lalu, hingga orang itu hampir merenggang nyawa," ucap Dyanra berkilat marah.

Dynara mulai mengiris pergelangan tangan Leon, sehingga tangan itu mengeluarkan darah segar. "Arghhh! Sakit Dyanra, maafkan aku!" teriak Leon, karena sungguh luka gores yang di buat oleh Dyanra sangat sakit dan dalam."

"Tok! Tok! Siapa di dalam?" tanya orang yang mengetuk pintu UKS.

Dyanra yang mendengar itu memicingkan matanya ke arah pintu, dan kembali melihat Leon yang sudah terkulai lemas, akibat nadi yang terus-menerus mengeluarkan darah. Gadis itu tersenyum sinis saat melihat Leon sudah hampir kehilangan kesadaran.

Gadis itu pun, meninggalkan Leon yang tengah sekarat di ranjang UKS, dengan melewati jendela yang berada di ruangan Raihan.

"Siapa di dalam? Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar. "Siapa yang ada di dalam ya, kenapa pintunya terkunci padahal saat aku meninggalkannya tadi, pintunya tidak aku kunci," gumam Raihan, orang yang mengetok pintu tadi.

"Dokter Raihan kenapa berada di luar, kenapa tidak masuk?" tanya Dyanra, yang baru saja datang. Gadis itu membawa banyak makanan di tangannya.

"Pintunya terkunci dari dalam, dan untuk apa makanan sebanyak itu?" tanya Raihan

"Oh ini! Leon sedang sakit dok di dalam, jadi saya ke kantin membelikannya makanan, tadi saat saya ke kantin pintunya tidak terkunci kok, kenapa sekarang tiba-tiba terkunci," ucap Dyanra menampilkan wajah polosnya di hadapan Raihan. "Apa dokter punya kunci cadangan?" tanya Dyanra

"Oh iya ada, kenapa aku bisa sampai lupa ya," ucap Raihan merutuki dirinya sendiri, karena sampai lupa bahwa dia memiliki kunci cadangan yang berada di saku celananya.

"Ternyata dokter Raihan masih saja pelupa ya, seperti aki-aki," ucap Dyanra mengejek.

"Apa kamu bilang, gini-gini juga aku suami kamu, jadi tidak usah mengejek," ucap Raihan kesal

Dyanra merolingkan matanya."Ingat ya dok, saya itu bukan lagi istri dokter, jadi dokter jangan sampai lupa dong, benarkan sudah seperti aki-aki," celetuk Dyanra. "Buka pintunya sekarang dok, teman saya pasti sudah kelaparan di dalam," ucap Dynara.

Raihan pun segera membuka pintu. Dyanra yang melihat pintu sudah terbuka, segera melenggang masuk.

"Astaga! Leon bangun, kamu kenapa? Kenapa sampai kayak begini," ucap Dyanra, menangis memeluk Leon. "Baru aku tinggal sebentar saja kamu sudah kayak gini, siapa yang melakukan semua ini padamu," ucap Dyanra, yang masih menangis sesegukan.

Raihan yang medengar teriakan Dyanra, berlari masuk ke dalam UKS, dan melihat Dyanra menangis memeluk sahabatnya, dan betapa kagetnya dia melihat darah berceceran di lantai, Raihan pun segera mengecek kondisi pria itu.

"Dyanra sudah ya, ikhlaskan kepergiannya, dia sudah tenang," ucap Raihan, mengelus punggung Dyanra, mencoba menenangkan gadis itu.

"Maksud mas apa? Leon nggak mungkin meninggalkan? Dia Cuma tidurkan mas?" tanya Dyanra bertubi-tubi dan semakin menangis kencang.

"Apa yang terjadi di dalam ya,kenapa aku mendengar ada orang menangis," gumam seorang siswa yang lewat di depan UKS.

Karena penasaran dengan apa yang terjadi, dia pun mengintip ke dalam UKS dan betapa terkejutnya dia saat melihat orang yang menangis itu adalah Dyanra yang sedang memeluk Leon seorang siswa nerd yang mengalami pembullyan, dan dia juga melihat darah berceceran di lantai.

"Arghhh!" teriak siswa itu dan berlari dari sana.

"Tolong! Tolong! " teriak siswa itu, sehingga membuat semua siswa dan guru yang sedang melakukan pembelajaran, keluar dari kelas.

Salah seorang guru yang melihat siswa itu berteriak segera menenangkannya. "Ada apa? kenapa kamu berteriak seperti itu?" tanya guru itu.

"A-da mayat di UKS," jawab siswa itu terbata-bata.

Dewa yang baru saja kembali dari toilet di buat terkejut, setaunya yang ke UKS tadi Dyanra dan Leon, tidak mungkinkan mayat itu Dyanra, batin Dewa. Setelah itu dia berlari ke UKS untuk melihatnya.

BRAK...

"Dokter Raihan Leon kenapa? Siapa yang melakukan ini semua, setau saya dia baik –baik saja tadi saat di bawa Dyanra ke sini," tanya Dewa yang baru saja datang, dan berdiri di samping Raihan, dia pun mengalihkan padangannya melihat Dyanra yang masih menangis sesegukan sembari memeluk mayat Leon

"Tidak ada yang tau siapa yang melakukan ini, aku dan Dyanra menemukan Leon dalam keadaan sudah tidak bernyawa, aku sudah menyuruh staf sekolah untuk mengecek CCTV, namun CCTV di UKS tidak berfungsi," jawab Raihan.

Pria itu juga merasa ada yang janggal dengan semua kejadian ini, kejadian yang terjadi akhir-akhir ini selalu berkaitan dengan Dyanra, dua hari yang lalu ada orang yang sengaja mencelakai Dyanra dan sekarang sahabat Dyanra juga menjadi korban, dan yang dia curigai dalang di balik semua kejadian ini adalah Joni, paman Dyanra. Siapa orang yang ingin membunuh Dyanra jika bukan orang itu.

Semua siswa dan guru saat ini sudah berkumpul di depan UKS, suasana di UKS seketika ricuh, karena para siswa yang terlihat ketakutan saat melihat darah berceceran di atas lantai.

"Siapa yang melakukan semua ini sebenarnya," batin salah satu siswa.