"Gue bilang sama lo tentang semua rahasia gue, karena gue percaya sama lo, sepupu kesayangan! lo nggak usah pura-pura lagi nggak kenal gue, sampai bilang gue cinta banget sama lo Dyanra, gue tau lo ngikutin gue dari dulu, semenjak gue dan orang tua gue kecelakaan, dan gue tau lo sudah tau semua rencana gue, yang pura-pura lupa ingatan dan memanfaatkan dokter Raihan," ucap Dyanra kesal denga sepupunya itu.
Dewa adalah sepupunya yang berasal dari keluarga ibunya, dia dan Dewa pernah bertemu saat kecil, namun terpisah karena Dewa harus pindah ke luar kota, dan hari itu adalah hari terakhir mereka bertemu, pada saat Dyanra mengantar Dewa ke Bandara.
"Dari mana lo tau, padahal gue udah samarin semua identitas gue mulai dari nama dan juga nama orang tua gue?" tanya Dewa.
"Gue tau dari isi dompet lo, gue nggak sengaja liat foto masa kecil kita di dompet lo," jawab Dynara, menatap Dewa yang masih gelagapan, karena ketahuan
"Ya gak asik, kenapa lo mesti tau sih, seharusnya kan lo nggak usah tau, biar gue lindungin lo diam-diam," ucap Dewa.
"Ya udah sih! Kenapa lo kesal kalau gue tau?" tanya Dyanra
"Permainannya jadi nggak asik," ucap Dewa dengan kesal.
"Kalau gitu, ngapain lo minta penjelasan ke gue kemarin? Kalau lo nggak minta penjelasan ke gue lo juga nggak bakalan tau, kalau gue tau lo sepupu gue," ucap Dyanra, yang mulai jengah dengan Dewa.
"Iya juga sih, salah gue juga," ucap Dewa pasrah.
"Nah kan, ngaku juga lo!" sungut Dyanra. "Ada yang buat gue penasaran, dengan cara apa lo bunuh semua anak buah Joni yang ngikutin gue?" tanya Dyanra penasaran dan menatap Dewa yang terlihat menyeriangai.
"Yang pasti gue nggak ngotorin tangan gue kayak lo, gue sewa pembunuh bayaran buat bunuh mereka," ucap Dewa. "Jadi rencana lo selanjutnya apa?" tanya Dewa, dan melihat Dyanra yang terlihat termenung menatap sendu sebuah pintu di ruangan itu. "Ngapain lo lihat pintu itu?" Tanya Dewa lagi.
"Gue nggak tau harus apa sekarang, gue juga takut, jika mas Dewa tau semua kebohongan gue, di tambah gue belum menyelasaikan misi balas dendam gue," ucap Dyanra, masih menatap pintu itu. "Dan di balik pintu itu, ada seseorang yang gue sayang banget Wa dia masih kritis sampai sekarang, gue nggak tau lagi harus apa, dia bisa hidup sampai sekarang hanya karena di topang oleh alat-alat di tubuhnya.
"Maksud lo orang di dalam itu siapa?" tanya Dewa heran, kenapa bisa sampai ada orang sakit di bangunan tua seperti ini, kenapa tidak di bawa ke rumah sakit, batin Dewa.
"Ayo gue ajak lo ketemu dia," ucap Dyanra mulai beranjak dari duduknya dan menuntun dewa untuk masuk ke ruangan itu.
"Ini apa Dy? Mama lo masih hidup!" kaget Dewa saat melihat mama Dyanra sedang terbaring di sebuah kasur Queen Size, dengan alat medis yang menempel di tubuhnya. "Kenapa lo nggak bawa tante ke rumah sakit, kenapa harus di sini, jika dia di rumah sakit dokter bisa memantaunya setiap saat," ucap Dewa.
"Lo bego ya, kalau gue bawa mama ke rumah sakit, Joni akan cepat tau keberadaan dia, dan dia bisa celakain mama gue lagi, atau bahkan ngebunuh. Gue yang masih sehat aja, mau di bunuh, apalagi mama gue yang kondisinya sudah seperti ini."
"Lo tenang aja, gue bakal bantuin lo sekuat tenaga gue, meskipun nyawa gue bayarannya," ucap Dewa mengelus pundak Dyanra.
"Aku janji Dy, apa pun akan aku lakukan buat kamu, karena aku sayang sama kamu, semua ungkapan cinta yang selama ini aku bilang ke kamu itu benar adanya, meskipun kamu sepupu aku," batin Dewa.
..............
"Dyanra kemana ya, kenapa dia belum pulang padahal ini sudah jam tujuh malam, ke mana dia," ucap Dewa yang sedari tadi mondar-mandir di ruang tamu menunggu gadis itu pulang.
"Mas Raihan Dyanra pulang!" seru Dyanra masuk ke dalam Apartemenet.
Raihan yang mendengar itu segera menghampiri gadis itu ke depan pintu, dapat pria itu lihat Dyanra pulang bersama seseorang. Ya yang pulang bersama Dyanra adalah Dewa.
"Kemana saja kalian, kamu tau Dy, dari tadi mas khawatir dengan keadaan kamu, dan kamu juga kenapa tidak menghubungi saya, jika kamu membawa Dyanra," tunjuk Raihan pada Dewa yang sedang berdiri di belakang Dyanra.
"Maaf mas, aku yang salah, aku yang mengajak Dewa jalan-jalan dulu sebelum pulang, Handphone aku mati jadi, aku nggak bisa menghubungi mas," ucap Dyanra, menenangkan Raihan yang terlihat emosi. "Jangan marah lagi, lebih baik kita masuk," ucap Dyanra, masuk di ikuti Dewa dari belakang.
"Kamu mau kemana?" tanya Raihan menahan Dewa yang hendak masuk ke dalam Apartementnya.
"Mau masuk dok. Dokter nggak dengar, tadi Dyanra ngajakin saya masuk," jawab Dewa, yang membuat Raihan mendengus.
"Ini sudah malam bocah, lebih baik kamu pulang, takutnya nanti orang tua kamu mencari," ucap Raihan menyuruh Dewa pulang dan melarangnya untuk masuk ke Apartement. Bukan apanya malam ini dia ingin bermanja-manjaan dengan Dyanra, jika ada Dewa pasti pria itu akan mengganggunya.
"Kenapa masih di situ, ayo masuk!" teriak Dyanra yang melihat mereka masih berada di depan pintu.
"Tuh kan, dokter dengar, Dyanra menyuruh kita masuk, jadi saya mau masuk dulu, permisi dokter Raihan," ucap Dewa, melongos masuk ke dalam Apartement itu.
"Mas, malam ini Dewa menginap di sini ya," ucap Dyanra, yang membuat Raihan terkejut dan menatapnya dengan tajam.
saat ini mereka bertiga sedang berada di ruang keluarga, dengan Raihan yang sedang memeluk Dyanra dengan manja, dan juga Dewa yang mendengus sebal, karena dirinya seperti obat nyamuk di antara dua orang yang sedang kasmaran.
"Kenapa dia harus menginap di sini sih sayang, dia kan punya rumah sendiri, kenapa harus di sini?" tanya Raihan, tidak setuju dengan ucapan Dyanra.
"Rumahnya lagi di renovasi mas, orang tuanya juga masih di luar kota, sedangkan Bella, gadis itu sekarang sedang menginap di tempat Rio, karena aku kasihan makanya aku ajak ke sini, malam ini saja kok mas, Please!" kata Dyanra memohon
Jika gadis itu sudah memohon seperti itu, Raihan tidak bisa menolak. Jika dia menolak takutnya Dyanra mendiaminya lagi. "Ya sudah boleh, tapi malam ini saja ya," ucap Raihan terpaksa menuruti.
Sedangkan Dewa yang mendengar itu hanya mengindikkan bahunya, karena dokter yang merangkap kekasih sepupunya itu pasti terpaksa menerima dia menginap di sini karena permohonan Dyanra. "Dasar bucin," batin Dewa.
"Tapi dia mau tidur di mana? Apartement ini kan, hanya ada dua kamar, kamar aku sama kamar kamu," tanya Raihan.
"Tidur di kamar mas Raihan lah," ucap Dyanra.
"Terus mas tidur sama kamu begitu? Kalau itu sih mas mau," ucap Raihan cengengesan, sedangkan Dyanra hanya menatapnya dengan datar.
"Dasar dokter mesum," batin Dewa.
"Dewa tidur di kamar mas Raihan dengan mas Raihan, aku nggak ngizinin mas tidur di kamar aku, kita kan bukan suami istri lagi," ucap Dyanra, yang membuat pria itu melemaskan bahunya. Gagal modus deh, batin Raihan.
"Hahahaha!" tawa Dewa menggelegar di ruangan itu, dia sangat senang melihat dokter Raihan, terlihat seperti orang bodoh saat menghadapi Dyanra.
Sedangkan Raihan yang mendengar tawa Dewa, memicingkan matanya, dan menatap tajam pria itu, sehingga membuat Dewa menciut dan menghentikan tawanya.
"Ya sudah, karena ini sudah tengah malam, waktunya tidur, kalian berdua kembali ke kamar, karena sekarang aku juga mau kembali ke kamarku untuk istrirahat," ucap Dyanra berlalu dari sana. meninggalkan dua orang pria yang masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Kamar dokter di mana? saya juga ingin beristirahat," ucap Dewa, keluar dari aplikasi gamenya.
"Itu!" tunjuk Raihan, pada pintu ber Cat cokelat, omong-omong dia masih kesal dengan pria itu, karena ke datangannya membuat waktunya dengan Dyanra berkurang.
"Ok! Dok kalau begitu saya masuk dulu, hati-hati dok nanti ke sambet, katanya ada hantu wanita perawan lo dok yang sedang mencari suaminya, dan ciri-cirinya mirip banget sama dokter" ucap Dewa yang melenggang pergi dari hadapan Raihan.
"Buk! Awas kau," ucap Dewa melempar bantal sofa, ke arah Dewa.
................
"Aku sudah menemukan, pelaku penganiayaan Dyanra di perpustakaan, dan kau pasti kaget, mendengar ini," ucap Yuda yang saat ini berada di ruangan Raihan.
"Siapa pelakunya?" tanya Raihan, penasaran, karena dia benar-benar ingin mengahajar pelaku itu.
"Dia siswa, yang meninggal karena bunuh diri itu," ucap Yuda, sehingga membuat Raihan membelalakkan matanya tidak percaya.
"Maksud kamu apa, dia kan sahabat Dyanra dan tidak mungkin dia melakukan itu," ucap Raihan masih tidak percaya dengan berita yang di dengarnya.
"Tapi itu memang benar Han, gue nemuin papan nama dia di perpustakaan itu, dan juga baru saja gue liat CCTV di lorong perpus yang belum sempat aku cek dulu, dan hanya dia yang masuk ke dalam perpus pada jam itu. jadi besar kemungkinan dia adalah pelakunya, dan juga berita itu sudah tersebar di sekolah kemarin, masa lo nggak tau sih, ada yang orang yang nempel di mading sekolah," ucap Yuda.
"Tapi penjepit rambut itu milik siapa, kata kau kan dia seorang wanita, kenapa bisa jadi dia?" tanya Raihan lagi, karena masih bingun dengan kejadian ini, seperti ada benang merah yang mengikat kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah ini.
"Aku sudah bilang kan sama kau itu hari, jika pelakunya tidak hanya satu, tapi siswa perempuan ini sangat sulit untuk di ketahui identitasnya, sepertinya ada yang menyembunyikan perbuatannya, dan aku yakin ada orang dalam di sekolah ini yang menghilangkan jejak kejahatan siswi itu."
Tok....Tok....Tok.....
"Permisi dok!" panggil seorang siswi dari depan pintu UKS.
"Ada apa?" tanya Raihan, keluar dari ruangannya.
"Teman saya ada yang terluka dok dan butuh perawatan," ucap siswi itu.
"Mana dia?" tanya Raihan lagi.
"Itu dok!" tunjuk siswi itu, pada ranjang UKS, di sana sudah ada siswi perempuan yang sedang terbaring, dengan lutut yang terluka dan penuh dengan darah, dan Raihan kenal dengan siswi itu.
"Wanita itu lagi!" batin Raihan kesal.
"Kamu kenapa lagi?" tanya Raihan yang telah berada di hadapan Selly, sedangkan Selly yang melihat pria itu ada di hadapannya tersenyum malu.
"Aduh sakit dok!" ucap Selly kesakitan.
"Saya tau kamu tidak sakit, kenapa kamu melukai diri kamu sendiri, hanya untuk mendapatkan perhatian saya, karena sampai kapanpun saya tidak akan tertarik sama kamu, jadi stop mengganggu saya ok," sarkas Raihan. setelah itu mengobati luka yang ada pada gadis itu, kerena tidak mungkin dia meninggalkan wanita itu dalam keadaan terluka, bagaimanapun dia seorang dokter di sekolah itu, dan sudah tanggung jawabnya merawat murid yang terluka.
Setelah membalut perban di luka gadis itu. Raihan pun menginggalkan gadis itu dengan temannya, dia tidak peduli jika gadis itu marah atau kesal padanya, yang dia pikirkan saat ini, nasib Dyanra yang semakin hari, semakin banyak yang ingin melenyapkannya, dan dia tidak akan membiarkan orang-orang itu melukai Dyanra.
"Siapa Han? Tanya Yuda saat melihat Raihan sudah kembali ke ruangannya.
"Biasa siswi yang cari perhatian dengan melukai dirinya sendiri," ucap Raihan, mengindikkan bahunya.
"Aku tak habis pikir dengan siswi di sini, kenapa bisa mereka sampai nekat seperti itu, melukai diri sendiri, hanya untuk mendapatkan perhatianmu, padahal jika di lihat, kau tidak tampan, malah tampanan aku," ucap Yuda, yang membuat Raihan kesal.
"Sialan lo!" umpat Raihan, yang membuat Yuda tertawa.
Sedangkan Selly yang di tinggal begitu saja oleh Raihan, menggeram kesal. "Kenapa sih itu dokter sok, jual mahal banget, apa yang kurang dari gue sampai dia sama sekali tidak tertari, gue sexy cantik apalagi yang dia cari," batin Selly.
"Lo kenapa Sel?" tanya teman gadis itu, yang melihat Selly tampak kesal dan mengepalkan tangannya dengan erat.
"Gue nggak apa-apa, bantu gue berdiri!" perintah selly.