Chereads / Women Killer and Doctor / Chapter 20 - Bab 20

Chapter 20 - Bab 20

Tepat jam sembilan malam Dyanra pulang ke Apartement, saat masuk ke dalam Apartement itu, dia tidak menemukan Raihan di manapun, kerena tidak menemukan pria itu di dalam Apartement, Dyanra memilih naik ke atas kamar terlebih dahulu untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Setelah selesai membersihkan diri, gadis itu keluar dari kamar mandi, dan saat ini sedang mematut diri di depan cermin, dia memakai beberapa perawatan kulit, agar kulitnya tetap lembab dan kenyal, setelah itu beralih mengambil ponselnya yang tadi di letakkannya di atas kasur.

Saat hendak mengambil ponsel, secara tiba-tiba ada pesan masuk di ponselnya dari nomor yang tidak di kenal.

Pesan itu berisi ancaman, untuk Dyanra. Halo Dyanra apa kabar, setelah kamu menerima pesan ini, jangan harap kamu bisa hidup tenang lagi, perlahan-lahan, aku kan menghancurkan hidup semua orang yang kamu sayangi. Itulah akhir dari isi pesan yang di kirim orang itu pada Dyanra.

Gadis itu mendesis dan menggeretakkan giginya, dia juga membanting ponselnya hingga jatuh ke lantai.

Prang! Ponsel itu berhamburan di lantai hingga tak terbentuk.

Raihan yang baru saja datang sampai terkejut mendengar suaranya. Pria itu pun, dengan cepat berlari ke arah kamar Dyanra dan membuka pintu kamar gadis itu dengan paksa.

"Sayang ada apa ini?" tanya Raihan, yang baru saja membuka pintu kamar Dyanra, dan kaget melihat ponsel gadis yang sudah berhamburan di lantai dan tidak berbentuk lagi.

Dyanra yang mendengar pertanyaan Raihan segera merubah ekspresinya, menjadi begitu terkejut, dan memungut bagian-bagian ponsel itu, menghiraukan pertanyaan Raihan tadi.

"Dyanra, kenapa ponsel kamu bisa jatuh?" tanya Raihan lagi, yang sudah berjongkok di depan Dyanra, membantu gadis itu, memungut ponselnya.

"Ponselnya jatuh mas, tadi tangan aku licin, saat pegang ponselnya, jadinya jatuh deh, maaf ya mas, hadiah mas jadi rusak karena kecerobohanku," ucap Dyanra, sangat menyesal.

"Tidak apa-apa, kan bisa beli baru, lagi pula itu hanya ponsel, sewaktu-waktu juga bisa rusak, jika sudah lama di pakai, jadi kamu tidak perlu sedih begitu," ucap Raihan, telah selesai membersihkan pecahan kaca, dari ponsel Dyanra.

"Kenapa mas baru pulang, biasanyakan pulang lebih awal, tadi pada saat aku sampai di Apartement, aku sangat khawatir dengan mas, karena tidak biasanya mas pulang telat."

"Tadi setelah dari rumah sakit, mas ke kantor dulu karena ada meeting penting di perusahaan," ucap Raihan, kemudian menuntun Dyanra untuk duduk di kasur.

"Mas sudah makan malam?" tanya Dyanra.

"Sudah sayang, tadi mas makan malam dengan Vino, sehabis meeting," ucap Raihan, mulai mengangkat Dyanra ke atas pangkuannya.

"Mas mau apa?" gugup Dyanra, karena tiba-tiba saja, pria itu mengangkatnya dan mendudukkan Dyanra ke atas pangkuannya.

"Mas hanya ingin seperti ini saja," ucap Raihan, memeluk gadis itu dan membenamkan wajahnya kececuruk leher Dyanra.

"Mas geli jangan kayak gini," ucap Dyanra kegegelian, karena hembusan nafas pria itu terasa panas dan menggelitik tengkuknya.

Raihan yang menyadari Dyanra kegelian pun, melepsakan wajahnya dari tengkuk gadis itu, kemudian beralih menatap Dyanra denga tatapan lembut dan penuh cinta. "Mas senang banget bisa memiliki gadis cantik dan pengertian seperti kamu, jangan tinggalkan mas ya, apapun yang terjadi," ucap Raihan dengan tulus menatap mata jernih gadis itu, yang membuatnya semakin jatuh cinta.

"Seharusnya aku yang bilang begitu ke mas, jangan tinggalkan aku ya, apapun kebenaran yang akan mas dengar nanti, tetap percaya denganku, karena aku sangat mencintai mas," ucap Dyanra, menimpali perkataan Raihan.

Entah kenapa perasaan gadis itu terasa gelisah akhir-akhir ini, apalagi selalu ada teror pesan dari nomor yang tidak di kenal, dan Dyanra yakin, pengirim pesan itu dari orang yang di kenalnya, entah itu pamannya, atau siapapun yang membencinya di luar sana.

"Kenapa kamu bilang seperti itu, kamu tidak pernah mengecewakan mas, yang ada mas yang selalu mengecewakanmu dan sampai membohongimu," ucap Raihan masih menatap mata caramel Dyanra.

Dyanra pun hanya bisa tersenyum mendengar penuturan Raihan, gadis itu merasa kebahagiaan yang di dapatnya hari ini hanya sementara, dia takut jika Raihan mengetahui kebohongannya pria itu akan meninggalkannya atau bahkan masukkannya ke dalam percaya. Jadi biarkan dia menikmati momen bahagia ini meskipun hanya sebentar.

"Ya sudah kita tidur sekarang ya, sepertinya sudah tengah malam dan kamu juga butuh istrirahat, karena kamu belum pulih betul," ucap Raihan merebahkan Dyanra di atas kasur, dan menyelimuti gadis itu, sampai ke batas dada, setelah itu menyusul sang gadis berbaring di sampingnya.

"Nggak apa-apa kan mas tidur di sini?" tanya Raihan, di balas anggukan oleh Dyanra.

"Mas mau peluk," ucap Dyanra manja, dan menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan pria itu. Raihan pun menerimanya dengan senang hati dan mendekap Dyanra dengan erat, mereka saling mendekap di tengah sinar rembulan yang mengintip dari jendela kamar yang iri dengan kisah cinta mereka, yang terlihat bahagian namun menyakitkan pada saatnya nanti.

Keesokan paginya, keduan insan yang saling perpelukan kemarin malam itu masih mendekap dengan posisi yang sama, seolah sangat nyaman dengan dekapan itu tanpa mau melepasnya. Namun salah satu di antara mereka terbangun karena terganggu oleh sinar matahari yang masuk di sela-sela jendela kamar mereka.

Mata jernih itu perlahan terbuka, dan melihat dada bidang seorang pria yang sedang mendekapnya, gadis itu pun tidak bisa menahan senyumnya karena terlalu bahagia. Dyanra beralih menatap wajah Raihan yang terpahat indah mulai dari mata yang memiliki bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan juga rahang yang kokoh, dan tak lupa bibir merah semerah ceri yang sangat di sukai Dyanra.

"Suka dengan yang kamu lihat sayang?" tanya Raihan, yang melihat Dyanra sedari tadi menatap wajahnya dengan penuh binar di matanya.

"Sejak kapan mas bangun?" tanya Dyanra malu.

"Sejak kamu menatapku, dan membayakan hal mesum tentangku," ucap Raihan menggoda Dyanra. Sang gadis yang mendengar itu semakin menunduk malu dan membenamkan wajahnya ke dalam selimut.

Raihan yang meihat tingkah malu-malu Dyanra tidak bisa menahan senyumnya, dia sangat suka dengan tingkah gadis itu yang sangat menggemaskan. Pria itu pun kembali mendekap Dyanra, dan mengecup pucuk kepala gadis itu.

"Hari ini Weekend kan, bagaimana kalau kita jalan-jalan, sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu berdua, terakhir kali kita pergi berdua pada saat kamu baru saja keluar dari rumah sakit, jadi hari ini aku ingin kembali menghabiskan waktu dengan mu," ucap Raihan masih memeluk Dyanra dan membenamkan wajah gadis itu ke dada bidangnya.

"Mas lepas dulu, aku sesak nafas," ucap Dyanra, memberontak dalam pelukan Raihan, pria itu pun melepaskan pelukannya, dan melihat keadaan Dyanra dengan wajah memerah.

"Maaf ya sayang, mas terlalu senang, makanya sampai peluk kamu dengan erat, mas takut kamu lepas," ucap Raihan menangkup pipi Dyanra.

"Memang mas, ingin mengajakku kemana?" tanya Dyanra, yang saat ini, mendongakkan wajahnya melihat Raihan.

"Bagaimana jika kita ke pantai?" tanya Raihan.

Mendengar ucapan Raihan yang ingin mengajaknya ke pantai membuat Dyanra tiba-tiba teringat dengan larangan papanya, papanya sering kali bilang dia tidak boleh ke pantai, karena saat kecil dirinya hampir di culik di tempat itu. tapi tidak apa-apa kan dia ke sana sekarang, lagi pula dia juga sudah besar, bukan anak kecil lagi yang tidak tau apa-apa.

"Bagaimana sayang?" tanya Raihan lagi, kerena melihat Dyanra yang tiba-tiba termenung.

"Iya mas, ayo kita ke pantai, sudah lama juga aku tidak pernah berlibur ke pantai," ucap Dyanra tersenyum manis.

"Ya sudah kamu siap-siap sekarang ya, mas mau balik ke kamar dulu, mau mandi, kamu juga ya mandi sekarang," ucap Raihan beranjak dari kasur dan tak lupa mengecup kening Dyanra dengan lama sebelum beranjak dari kamar Dyanra.

"Semoga saja tidak terjadi apa-apa tuhan," gumam Dyanra, setelah itu beranjak dari atas ranjang, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

30 menit kemudian Dyanra telah selesai dengan acara mandinya. Saat ini gadis itu sedang memilih pakai yang cocok untuk di pakai di pantai, namun sedari tadi dia mencari, gadis itu tidak menemukan satu pun, pakaian yang menarik hati untuk di pakai.

"Sayang sudah belum? Aku sudah siap nih," tanya Raihan di depan pintu.

"Belum mas, aku nggak tau harus pakai baju apa," jawab Dyanra, yang masih pusing mencari pakaiannya, yang akan di pakainya.

"Mas boleh bantu, siapa tau selera mas cocok denganmu," ucap Raihan.

"Ya sudah, masuk aja mas, bantu aku cari bajunya."

Kreek....

"Sayang!" panggil Raihan yang sudah membuka pintu kamar kekasihnya.

Dan betapa terkejutnya pria itu saat melihat kamar Dyanra yang sudah seperti kapal pecah, pakaian berhamburan di mana-mana, dan yang paling membuat Raihan terkejut, saat ini gadis itu hanya memakai handuk yang di lilit dari dada hingga batas lutut, yang membuat betis mulus dan putih Dyanra terpampang nyata, yang membuat pria itu menelan ludahnya kasar.

Tapi Raihan dengan cepat menguasai dirinya dan menghilangkan pikiran-pikiran kotor yang menghampiri otaknya, dan segera menghampiri Dyanra, untuk membantu gadis itu mencari pakaian yang cocok untuknya.

"Sayang bagaimana kalau ini?" tanya Raihan, yang kini sedang memegang dress putih sebatas lutut yang sangat cantik jika di pakai Dyanra.

Gadis itu pun tersenyum manis dan mengambil dress yang di pegang Raihan. "Terima kasih ya mas," ucap Dyanra senang setelah itu berlalu dari sana menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. sedangkan Raihan yang masih berada di kamar itu, segera membereskan pakaian Dyanra yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam lemari.

"Besar juga," ucap Raihan saat menemukan bra Dyanra yang teronggok di lantai, segeralah pria itu memasukkannya ke dalam lemari dan mengenyahkan pikiran kotor yang ada di otaknya. Setelah selesai memasukkan semua pakaian Dyanra. Pria itu pun, beristirahat sejenak dan duduk di tepi kasur sembari menunggu Dyanra selesai berganti pakaian.

"Ayo mas!" ucap Dyanra, yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan menggunakan dress putih yang sangat cantik, hingga membuat Raihan terpesona.

"Mas ayo!" ucap Dyanra lagi, membuat Raihan sadar dari keterkagumannya.

"Ayo sayang!" ucap Raihan