"Hmm.... Ara itu, sahabat Gue, suaranya cempreng banget orangnya nggak bisa diam, udah gitu tukang marah, tapi dia baik kok, ehh kok gue jadi cerita tentang Ara," Jia tersadar kenapa dia harus menceritakan tentang Ara kepada Fera.
"Terus dia di mana? Ohh masuk jurusan lain ya?"
"Nggak! Dia udah nggak di dunia."
Fera menutup mulutnya, rasa bersalah kini memenuhi hatinya seharusnya dia tidak asal bertanya, melihat wajah Jia yang tiba-tiba berubah Fera rasa dia telah membuka kembali luka lama.
"Gue minta maaf"
"Ehh nggak papa kok," Jia mengusap air matanya entah kenapa dia jadi se cengeng ini.
"Woah ada cogan!" pekik Fera dengan girang, ternyata dia tidak salah ambil jurusan cogan itu seperti bonus yang dia dapatkan.
Jia tersenyum melihat Fera yang kegirangan melihat cogan, lihat saja matanya berbinar-binar melihat cogan yang lalu lalang sama seperti Ara matanya yang rabun ketika melihat pelajaran tapi akan terang ketika melihat cogan di sekolah mereka.
