Di sini Nata berdiri. Di depan bangunan besar yang bertuliskan SMA Garuda. Merupakan sekolah barunya. Barga sudah pergi beberapa menit yang lalu. Mereka tidak satu sekolah.
Nata menarik napas dan menghembuskannya dengan pelan. Ia mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam gerbang. Nata sedikit gugup, ketika ada yang menatapnya. Ini hari pertama Nata masuk ke sekolah ini. Tentu mereka merasa aneh, dan berbisik-bisik, seperti yang Nata lihat sekarang.
Nata melangkah ke depan. Ia tidak tahu tentang seluk-beluk di sekolah itu. Nata memberanikan diri dan menghampiri seorang perempuan yang sepertinya seusia dengan Nata. "Permisi? Ruang kepsek di mana, ya?"
Perempuan yang memakai tas berwarna maroon itu menoleh dan menatap Nata dari atas sampai bawah. Ia cuma sekali ini baru melihat Nata. "Lo anak baru, ya?"
Nata mengangguk dak tersenyum tipis. "Iya. Kalo boleh tau? Ruang kepsek di mana?"
"Oh iya. Ruang kepsek ada di sebelah sana. Lo tinggal lurus aja, trus lo belok kanan. Di sana ada tiga ruangan. Ruangan yang pertama itu ruang kepsek."
"Oh, ok. Makasih ya, permisi." Nata menampilkan senyum tipis, dan dibalas oleh perempuan itu. Tanpa buang waktu, Nata melangkah menjauh dari sana. Ia harus bergegas menemui Pak Kepsek.
Nata mengingat penjelasan dari perempuan tadi. Ia berjalan dengan sedikit tergesa dan berbelok ke arah kanan. Mungkin ini yang dimaksud oleh perempuan tadi. Di sana ada tiga ruangan. Nata berlari kecil.
Nata tak sengaja menabrak seorang cowok. Nata terhuyung, sedangkan cowok itu terduduk di atas lantai. Nata sedikit meringis menyadari hal itu. Pasti pantat cowok itu menjadi sakit karena terhempas ke atas lantai keramik. Nata merasa tidak enak hati. Baru pertama masuk sekolah di sini, sudah menabrak orang.
"Ehh, sorry. Gue gak sengaja." Nata sedikit membungkuk dan mengulurkan tangan. Ia ingin membantu cowok itu untuk berdiri.
"Sorry sorry! Kalo jalan tuh pake mata!" Cowok itu mendongak dan menatap Nata dengan marah. Ia menepis tangan Nata dengan kasar, dan langsung berdiri.
"Dih! Orang emang gak sengaja! Lagian ya, kalo jalan tuh pake kaki bukan pake mata!" Nata mendelik kesal. Padahal ia sudah bilang tidak sengaja. Tapi mengapa cowok itu malah memarahinya. Soal adu mulut, Nata tidak akan pernah kalah.
"Lo--?"
"Apa lo?! Gak usah nunjuk-nunjuk gitu! Gak sopan!" Nata menepis tangan cowok itu. Nata maju satu langkah. Ia melebarkan mata, dan bersedekap dada.
"Awas aja lo! Urusan kita belum selesai!" Cowok itu berucap dengan dingin dan penuh penekanan. Setelah itu ia melenggang pergi dari hadapan Nata.
Nata menarik napas dalam. Ia kembali melanjutkan langkah menuju ruang kepsek. Sampai di depan pintu Nata berhenti. Ia mulai merasa gugup kedua kalinya. Nata mengeratkan pegangan pada tali tas yang tengah pakai.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam," jawab semua guru yang ada di dalam ruangan. "Silakan masuk!"
Nata mengangguk samar dan masuk ke dalam ruangan. Ia melangkah mendekat ke arah pria paru baya, yang merupakan Kepala Sekolah di SMA itu. Nata tahu dari tulisan yang tertulis di papan nama yang ada di atas meja.
"Begini, pak, saya murid pindahan. Jadi kelas saya di mana, ya?" tanya Nata to the point dan berdiri di depan Pak Kepsek. Yang saat ini Nata belum ketahui nama pria paru baya di depannya itu.
"Nama kamu?"
"Natalie Fransisca Miller"
"Jadi kamu putri dari Bapak Sagara Miller yang punya perusahaan ternama itu, ya?" tanya seorang guru yang paling muda, yang tengah duduk di samping Pak Kepsek.
Nata mengangguk mengiyakan. Nata kembali fokus pada Pak Kepsek yang sepertinya tengah mencari sesuatu di ponsel.
"Kamu kelas 11 IPS 1"
"Bu Susi? Tolong antar Natalie ke kelas"
"Baik, pak," jawab seorang wanita yang tengah duduk di pojok kanan ruangan. Ia berdiri dan melangkah ke arah Nata berdiri. "Mari ibu antar."
"Permisi, pak," ucap Nata dan Bu Susi bersamaan. Keduanya keluar dari ruangan menuju kelas 11 IPS 1.
"Assalamualaikum, anak-anak? Ibu bawa murid baru nih!" Bu susi melangkah masuk dan berdiri di depan kelas.
Nata mengikuti Bu Susi dan berjalan di belakang guru itu. Setelah sampai di depan kelas, Nata mengangkat kepala menatap semua orang yang ada di ruang kelas.
"Gilaaa! Cantik bangett"
"Minta nomernya dong, cantik"
"Ya ampun udah kayak malaikat aja"
Masih banyak lagi decakan kekaguman yang dilontarkan oleh murid yang ada di dalam kelas. Membuat seisi kelas heboh karena melihat kecantikan dari seorang gadis pindahan yang bernama Natalie Fransisca Miller.
"Jangan berisik! Silakan perkenalkan diri," ucap Bu Susi mempersilakan, dan diangguki oleh Nata.
"Hai semua?" sapa Nata seraya melambaikan tangan.
"Hai ...," jawab semua murid yang ada di dalam kelas dengan kompak. Apalagi suara cowok. Paling kencang terdengar.
"Kenalin, nama gue Natalie Fransisca Miller. Panggil aja Nata. Semoga kita semua di sini bisa berteman baik." Nata mengulas senyum.
"Silakan duduk Nata. Kamu duduk di samping Arrabela. Arra? Angkat tangan kamu ke atas," ujar Bu Susi, dan perempuan yang bernama Arrabela mengangkat tangan ke atas.
"Nah, itu Arrabela. Kamu duduk di sebelahnya," tunjuk Bu Susi dan diangguki oleh Nata.
Nata melangkah menuju bangku yang ditunjuk oleh Bu Susi, dan segera duduk di bangku kosong yang tersedia untuk Nata. Ia meletakkan tas di atas meja dan mengeluarkan satu buku kosong.
"Lo yang di depan tadi 'kan? Yang nanya ruang kepsek?" Arrabela memastikan.
"Iyaa"
"Hai? Gue Amanda." Seorang perempuan yang duduk di depan Nata mengulurkan tangan. Tentu saja Nata membalas uluran tangannya.
"Gue Nata. Salam kenal." Nata tersenyum, begitupun dengan Amanda.
"Kalian ibu tinggal dulu. Yang belum kenalan sama Nata, silakan kenalan. Tapi jangan berisik," ucap Bu Susi dan diangguki dengan semangat oleh murid yang ada di kelas. Bu Susi melangkah keluar dan menutup pintu.
"Hai? Gue Indah," ujar seorang perempuan yang duduk di samping Amanda. Ia tersenyum manis seraya mengulurkan tangan , dan langsung dibalas oleh Nata. "Tangan lo lembut banget!" Indah berucap jujur.
"Nat? Yang di depan itu namanya Keisya, dan terus itu, Gracia." Amanda menunjuk Keysia dan Gracia bergantian. "Kita semuanya yang ada di sini sahabatan, dan gue berharap lo bisa jadi sahabat kita. Lo mau, gak?"
"Mau banget!" jawab Nata semangat. Nampaknya mereka semua baik. Nata jadi senang. Hari pertama sudah mendapat sahabat di sekolah barunya.
"Lo cantik banget ya, Nat. Keturunan Dewi Yunani?" tanya Indah membuat Nata tertawa dan menggeleng pelan.
"Iya, Nat. Lo cantik banget! Malahan kalah cantik gue!" teriak Keysia dari depan.
Kuping Gracia langsung pengang karena teriakan dari Keysia. Ia menjitak kepala Keysia, membuat perempuan itu meringis.