"Kenzo yang asli gak gitu. Dulu dia baik sama semua orang. Entah kenapa, dia banyak berubah. Jadi dingin sama orang, kecuali yang udah kenal. Kalo ada yang bikin dia marah? Dia bakal balas dendam. Pantesan lo digituin tadi di kantin," ujar Keysia lagi.
Yap! Siapa yang tidak kenal dengan geng motor The Lion King. Geng besar dan ternama di kota Bandung. Kenzo lah ketua dari geng itu. Memiliki ratusan anggota, dan bahkan ribuan. The Lion King bukan geng yang suka bikin rusuh dan membuat resah masyarakat, melainkan geng yang suka membantu terhadap sesama.
"Yang dibilang Keysia bener banget. Lo jangan cari masalah lagi sama dia. Kita gak bakal bisa bantuin lo kalo sudah berurusan dengan Kenzo." Gracia menimpali.
"Gue maunya juga gitu"
"Btw, kok lo tau banyak tentang tuh cowok?" tanya Nata menatap Keysia, meminta penjelasan dan jawaban.
"Ya tau lah, Nat. Secara 'kan cowok Keysia sahabatan sama Kenzo. Malahan cowok Keysia anggota inti The Lion King," jawab Amanda.
"Hah? Serius, Key? Cowok lo anak geng? Anggota inti?" tanya Nata tak percaya.
"Ya, gitu deh, Nat." Keysia menggaruk leher yang tak gatal dan cengengesan.
"Nanti lo bakal kita kenalin sama anggota intinya. Pada ganteng semua. Kita juga sering ngumpul sama mereka. Seperti pas makan di kantin," ucap Amanda.
"Oke deh"
***
Nata dan kelima sahabatnya duduk di depan kelas. Kebetulan guru di kelas mereka belum masuk. Alhasil mereka duduk di sana. Nata bersandar pada bahu Amanda. Ia lihat, ternyata Amanda tengah sibuk bermain game cacing. Nata jadi geli sendiri. Nata baru tahu kalo cacing bisa makan keju, makan buah, dan makan kue lainnya di dalam ponsel milik Amanda.
"Lo mau coba?" tanya Amanda yang sibuk mengendalikan cacingnya yang tengah memakan makanan yang ada. "Ini seru banget. Tapi gue sering nabrak cacing yang lain."
"Gue liatin lo aja. Gue geli liatnya walaupun bentuk cacingnya lucu." Nata cekikikan.
"Yah ..., mati deh gue!" Amanda cemberut. Ia menabrak cacing besar yang ada di depan cacingnya. Alhasil jadi game over.
"Man? Lo liat cacing gue, nih?! Udah gede banget malah, tapi nabrak yang lain." Gracia menyodorkan ponsel ke amanda. Ia perlihatkan hasil yang ia screenshoot setelah ia game over.
"Gede banget. Gue gak sampe segede itu aja udah mati duluan," jawab Amanda seraya mengembalikan ponsel milik Gracia.
"Gue juga mau main cacing kayaknya." Nata terkekeh. Ia jadi kepo giman rasanya main game itu. "Nama aplikasinya?"
"Worm zone," jawab Amanda dan Gracia bersamaan.
"Game cacing mulu. Ntar jadi cacing baru tau rasa," ucap Indah yang sedari tadi menatap sahabatnya yang sibuk membahas cacing.
"Mana bisa bidadari kayak gue jadi cacing," jawab Amanda seraya mengibaskan rambut panjang miliknya ke belakang.
"Bisa!"
***
Kenzo duduk di lapangan. Ia tersenyum puas mengingat kejadian yang terjadi di kantin tadi. Kenzo bersandar pada pohon yang ada di dekat lapangan basket.
"Zo? Buat lo!" Seorang cowok yang memiliki kulit putih pucat. Ia menyodorkan sebotol air mineral, dan diterima oleh Kenzo.
"Thanks," ucap Kenzo dan meneguk air itu hingga tersisa setengah. Ia meletakkan air yang tersisa di atas rumput.
"Gue denger ada murid baru di sekolah kita, kelas 11 IPS 1," ucap cowok berhidung mancung. Ia dengar berita itu karena ada yang membahas itu waktu di kelas.
"Hah? Serius? Sekelas sama cewek gue dong?"
"Hooh! Banyak yang bilang kalo tuh cewek cantik banget. Gue jadi penasaran kek apa," ucapnya lagi.
"Ntar kita samperin. Sekalian gue mau mampir ketemu Keysia."
"Keenakan di elo! Bisa pacaran! Lah gue?!"
"Salah siapa gak punya pacar. Percuma wajah ganteng, gak di gunain. Sumbangin aja wajah lo itu sama yang membutuhkan."
Kenzo hanya diam, sesekali geleng kepala lihat tingkah sahabatnya itu. Ia tidak ikut membahas tentang anak pindahan, karena ia sudah tahu.
***
Nata terbangun dari tidur karena cahaya matahari mulai masuk melalui celah cendela pintu kamarnya disertai bunyi kendaraan yang berlalu lalang diluar sana.
"Udah jam berapa, ya?" Nata duduk dan melihat jam di atas meja belajar. "Whatttt! Astaga mati gue!" Nata langsung berlari secepat kilat ke dalam kamar mandi.
Karena kecerobohannya menonton Drakor sampai larut malam, akhirnya Nata bangun kesiangan, dan lebih sialnya lagi Barga sudah berangkat. Terpaksa Nata harus naik Angkot.
Sampai di sekolah. Nata sudah disuguhi pemandangan yang luar biasa. Guru sudah bersidekap dada menatapnya dengan tajam. Nata menelan ludah dengan kasar. Ia pastikan guru di depannya ini akan mengamuk dan menceramahi dirinya.
"Kamu anak baru itu kan? Kenapa terlambat?" tanya Bu Siska, yang merupakan guru BK.
"Saya ketiduran bu," jawab Nata jujur dengan memasang wajah memelas, semoga guru itu bisa mengampuninya dan memperbolehkan masuk ke kelas.
Suara derap langkah kaki dan cekikikan dari arah lain membuat Bu Siska menoleh, berbeda dengan Natalie yang hanya diam menunduk. Tidak berani menoleh kanan-kiri.
"Heh kalian!" tunjuk Bu Siska pada segerombolan murid laki-laki yang datang terlambat. Ia melayangkan tatapan tajam pada segerombolan anak nakal itu.
"Kapan sadarnya?! Tiap hari terlambat! Kalian mau jadi apa kalau begini terus?!" Bu Siska tak habis pikir dan geleng kepala. Ia mengisyaratkan untuk mendekat dan bergabung, berdiri tak jauh dari Natalie berada.
Semua yang ada di sana berjalan mendekat pada Bu Siska, bukannya takut, mereka semua malah cengengesan tidak jelas, dan yang satu lagi berwajah datar.
"Ibu nanya saya mau jadi apa? Saya mau jadi Ironmen, Bu." Seorang cowok menjawab, membuat semua anak cowok yang ada di sana terbahak, ada juga yang bertepuk tangan heboh.
Mendengar suara cowok itu membuat Nata ikut menoleh ke belakang dan mendapati cowok aneh itu. Siapa lagi kalau bukan Kenzo. Kenapa ada dia lagi, sih! batin Natalie dan kembali menunduk.
"Masih ngejawab kamu!" bentak Bu Siska dengan emosi yang membuncah dan melayangkan tatapan tajam pada semua murid yang ada di sana.
"Semua yang terlambat silakan ke lapangan! Kalian berdiri di sana dengan tangan hormat pada bendera! Sampai jam istirahat!" putusnya dengan suara kencang dan melengking.
Natalie tersentak mendengar hukuman itu. Tentu ia merasa sangat keberatan dengan hukuman yang diberikan oleh Bu Siksa, padahal ia baru ini sekali terlambat. "Tapi, Bu, ak—"
"Gak ada tapi-tapian! Cepat ke lapangan!" potong Bu Siska dengan cepat. Ia menunjuk lapangan dan mendorong satu cowok menuju ke sana.
Natalie hanya bisa mendengkus dengan pasrah, berjalan dengan lesu ke arah lapangan, diikuti oleh Kenzo dan sahabatnya yang lain. Lingga sudah duluan diseret ke lapangan.
Bu Siska berkacak pinggang melihat barisan yang tidak senonoh itu. Ia menatap semua cowok bandel itu dengan tajam, penuh kemarahan.
"Semuanya baris yang rapi dan hormat bendera! Jangan ada yang kabur kalian! Saya akan mengawasi kalian dari sana!" Bu Siska menunjuk tempat ia akan mengawasi semua orang itu.