Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Malghavan - The Magic Shop

🇮🇩Priminie
--
chs / week
--
NOT RATINGS
34k
Views
Synopsis
Malghavan, sebuah negeri diatas awan tempat dimana semua kebahagiaan tercipta. Tujuh demigod atau manusia setengah dewa yang mengendalikan tempat itu yaitu Basta, Alvo, Vaz, Dion, Ega, Orfe, dan Juno. Tujuh orang yang mengendalikan Malghavan ini disebut Xander. Masing-masing Xander memiliki cara mereka sendiri untuk menciptakan bahagia. Tapi siapa sangka mereka sendiri tak bahagia karena rahasia dan masalah yang sedang mereka hadapi masing-masing. Bagaimana perjalanan tujuh Xander ini menemukan kebahagiaannya? Apakah Malghavan dapat terus menciptakan bahagia bagi seluruh umat manusia?
VIEW MORE

Chapter 1 - Xanders

Lantunan suara terompet sore itu sungguh terdengar indah di telinga. Suara terompet dengan lagu riang dan penuh cinta yang terdengar dari sebuah kamar di sisi kanan kastil para Xander terdengar. "Ada apa?" Tanya Orfe yang masih berlatih terompet di kamarnya saat pintu itu terbuka.

"Wah Orfeee. Permainanmu semakin luar biasa." Dion yang lupa akan tujuan utamanya datang ke kamar itu bertepuk tangan dengan senyuman bangganya.

"Tidak perlu basa-basi. Apa tujuan utamamu kesini?" Tanya Orfe dengan suara khasnya yang berat.

"Ah ya itu benar, Basta meminta kita berkumpul di Althea segera. Aku akan kesana dulu dengan Ega." Ucap Dion.

"Ah iya aku akan segera menyusul." Ucap Orfe.

Orfe atau Addi Taehyung Orfeo adalah seorang Xander dengan kekuatan permainan musik terompetnya. Wajahnya sangat tampan dengan garis wajah tegas dan dingin tapi sebenarnya ketika tersenyum dia nampak begitu hangat dengan senyum kotaknya. Rambutnya keriting panjang sebahu selalu dikuncir di ujung kepalanya karena memang menutupi hampir sebagian wajahnya. Basta sudah terlalu sering memintanya memotong rambutnya tapi Orfe akan selalu begitu. Dia tak akan mau mendengar perintah begitu saja.

"Orfe sudah akan segera bergabung bersama kita kan?" Tanya Ega yang merupakan adik Dion.

"Ya tadi dia masih berlatih tapi aku sudah mengatakannya padanya. Kita tunggu saja diatas ya?" Langkah kaki keduanya terdengar berderap.

"Aku takut Basta akan memarahinya lagi." Ucap Ega yang juga sahabat baik dari Orfe karena mereka seumuran.

"Tenang saja. Ada yang lebih bisa memancing kemarahan Basta daripada Orfe. Kau tahu siapa maksudku kan?" Ucap Dion usil. Dion merangkul pundak Ega dengan sayang. Hal yang memang selalu mereka lakukan.

Dion dan Ega memang lah saudara kandung dari satu ayah dewa dan satu ibu manusia. Dion atau yang bernama lengkap Hoseok Dion Farando adalah satu Xander yang manis dengan empat buah lesung pipi di wajahnya. Hidung yang lurus tajam dengan rambut perak rapi di tata kebelakang. Ega atau Jimin Ega Ivander yang hanya satu tahun lebih muda adalah Xander yang juga manis. Memiliki senyum super tulus juga mata yang cantik saat tersenyum. Rambut hitam ditata rapi juga kebelakang. Mungkin karena mereka saudara kandung, mereka sangat dekat satu sama lain dan selalu mengerjakan semuanya bersama. Kekuatan mereka selain senyum tulus keduanya adalah minuman yang mereka buat khusus dari sebuah mata air bewarna fuschia yang terasa seperti anggur yang memabukkan.

Dion dan Ega memasuki Althea, sebuah ruangan super besar yang bearti ruangan yang menyembuhkan diikuti dengan Orfe di belakang mereka. Langsung duduk saja sesuai dengan kursi yang memang dibuat khusus untuk mereka. Althea sendiri adalah sebuah perpustakaan raksasa yang berisi ratusan juta buku mengenai seluruh cerita manusia yang ada di bumi. Semua buku bewarna terang seperti pelangi namun ketika ada kesedihan yang harus mereka singkirkan, buku akan mengeluarkan cahayanya. Buku yang bercahaya merupakan instruksi jelas dari para dewa untuk mengatasi kesedihan sang pemilik buku.

Di Althea sudah ada Basta yang duduk didampingi oleh Vaz dan Alvo.

Basta alias Jin Sebasta Abercio adalah pimpinan tertinggi sekaligus yang tertua di antara para Xander. Wajahnya sangat tampan dan sempurna dengan bibir penuh berwarna merah muda. Memiliki adik kandung Juno yang satu ayah dewa dan satu ibu manusia, sedangkan satu ayah dan beda ibu dengan Alvo yang juga tangan kanannya. Basta merupakan penanggungjawab dan pengambil keputusan di antara para Xanders. Seperti menentukan cara apa yang akan mereka gunakan atau siapa yang harus berangkat menyelamatkan. Tentu saja setelah hasil seuruh diskusinya bersama Xanders yang lain. Kekuatannya adalah memberi orang lain bahagia dengan masakan yang dia ciptakan.

Vaz adalah kakak dari Orfe walau mereka berbeda ibu. Hampir seperti Orfe, kekuatannya adalah permainan musik piano. Vaz berkulit sangat putih karena sejujurnya dia paling enggan mendapat tugas untuk membahagiakan orang lain seperti Xander lainnya. Cukup tampan dan hampir sama juga seperti Orfe, dia sangat dingin tapi tentu tidak kepada Xander lainnya. Vaz memiliki mata biru dan rambut putih lurus dengan panjang yang pas. Ada sebuah rahasia sebenarnya yang selalu Vaz Yoongi Macario tutupi mengenai alasan kenapa dia mulai jarang membantu di bawah sana. Untungnya dia memang ahli strategi yang tidak memaksanya sering turun ke bawah.

Sedangkan Alvo atau adalah Xan Namjoon Adalvino adalah orang yang paling dapat dipercaya oleh Basta. Tubuhnya yang kekar juga wajahnya yang manis ketika tersenyum karena lesung pipinya membuat orang dengan mudah menaruh harapan besar padanya. Kata-katanya memang selalu menjadi kekuatan jitu tidak hanya bagi manusia di muka bumi tapi juga para Xander lainnya. Alvo memang merupakan Xander yang paling pintar dan mungkin paling banyak bekerja keras diantara mereka. Selalu dan selalu dia yang akan menjadi penengah di setiap ada perdebatan dalam Xanders. Seperti apa yang mulai dia dengar kali ini.

"Hai kalian." Sapa Dion ramah.

"Hai Dion, apa kau melihat Juno?" Tanya Alvo yang memang selalu bertugas mengabsen semuanya.

"Belum. Aku sama sekali belum melihatnya. Apa sudah ada yang mencoba menghubunginya?" Tanya Dion balik.

"Aku rasa dia sedang melukis tapi entah dimana. Mungkin di bumi?" Tanya Vaz juga tak yakin

"Kemana saja dia? Apa dia tidak tahu aku sudah mencoba menghubunginya berkali-kali?" Tanya Basta mulai emosi.

"Ahm, biar aku yang akan menghubunginya lagi. Kau tunggu saja sebentar Basta." Alvo mencoba mencairkan suasana dan menelpon Juno dari ponselnya.

Hampir lima belas menit mereka memulai pembicaraan mereka karena belum juga Juno membalas telepon atau pesan mereka dan pintu Althea terbuka. Seseorang turun dari tangga menuju kemana mereka berkumpul sekarang. Tangannya bersarang cantik dalam saku celananya memandang kosong ke depan.

"Juno!" Panggil Basta sedikit berteriak.

"Kemana saja kau? Kita sudah mulai cukup lama dan kau baru menampakkan dirimu?" Tanya Basta mulai emosi.

Juno hanya mencibir saja dan tak menjawab hingga dirinya duduk di kursinya sendiri. Menyilangkan kakinya dan juga tangannya di depan dada ketika duduk. "Aku butuh waktu kan untuk perjalanan kesini."

"Jangan banyak alasan! Kau tahu kan mudah sekali menuju kesini dan kau menghabiskan 20 menit?" Tanya Basta mencemooh.

"Ayolah. Kau tahu kehadiranku tak terlalu dibutuhkan disini." Ucap Juno masih enggan.

"Dan kau tahu itu tidak benar Juno. Kita membutuhkanmu dan semua yang ada di ruangan ini sekarang semua saling membutuhkan." Ucap Alvo berusaha menenangkan suasana.

Itulah Juno atau Teon Jungkook Elenio. Tampan dengan rambut ungu yang panjang dan selalu dikuncirnya di atas kepala. Tato penuh makna menutupi seluruh tangan dan lengannya. Nampak berandal memang tapi sebenarnya dia yang paling muda diantara lainnya dan semua Xander menyayanginya. Satu-satunya alasan dia bertemperamen buruk adalah karena hingga saat ini dia belum mengetahui apa kekuatannya sebenarnya dan merasa bukan bagian yang penting dalam Xanders apalagi sang kakak adalah pemimpin.