"Diceritakan, pada tahun 1880-an, adalah Félicie, seorang gadis yatim piatu miskin yang bercita-cita menjadi seorang balerina. Namun sayangnya, Félicie tak punya pelatihan formal. Félicie lalu melarikan diri dari panti asuhannya di pedesaan Brittany dengan sahabatnya, Victor yang adalah seorang penemu muda. Bersama-sama, mereka pergi ke Paris yang indah. Lantaran sesuatu, mereka harus berpisah. Victor menjadi office boy di bengkel Gustave Eiffel. Félicie sendiri menemukan jalannya ke Opera Paris, di mana penjaga menangkapnya tanpa izin. Dia diselamatkan oleh pembersih misterius dengan pincang, Odette, yang setuju untuk membiarkan Félicie tinggal bersamanya sampai dia berdiri. Odette bekerja untuk Opera dan untuk Régine Le Haut yang kejam dan angkuh, seorang pemilik restoran kaya. Saat membantu Odette membersihkan, Félicie memata-matai putri Regine, Camille, berlatih balet. Camille melihat Félicie, menghinanya, dan melempar kotak musik berharga Félicie ke luar jendela. Kotak musik itu pecah.
Saat Félicie membawanya ke Victor untuk diperbaiki, dia mencegat tukang pos yang membawa surat dari Opera yang menerima Camille ke sekolah terkenal di Paris Opera Ballet. Félicie yang berada dalam kemarahannya, lantas menyembunyikan surat itu dan memutuskan untuk mengambil identitas Camille untuk masuk ke sekolah dan mengejar mimpinya. Tentu saja perjuangannya tak berakhir disana karena akhirnya identitasnya pun terbongkar Odette setuju untuk mengajar Félicie, yang kemudian belajar bahwa Odette adalah seorang mantan balerina prima. Félicie menemukan pelatihan sangat sulit, tetapi dengan surat penerimaan Camille, ia berhasil mengambil tempatnya di sekolah balet. Mérante (Terrence Scamell), koreografer mantan sekolah, mengumumkan bahwa salah satu gadis dari kelas akan dipilih untuk menari peran Clara dalam Nutcracker. Dia memecat penari terburuk di kelas setiap hari. Félicie meningkatkan setiap hari dan perlahan-lahan menghindari eliminasi, tapi beberapa hari sebelum eliminasi akhir, kebohongannya ditemukan. Mérante memutuskan untuk mengakui Camille masuk ke dalam kelas, sementara juga membiarkan Félicie tinggal; meskipun infraction Félicie's serius, Mérante sengaja melihat tari-nya di sebuah bar yang dia dan Victor kunjungi. Malam sebelum eliminasi terakhir, Félicie mengabaikan pelatihan untuk pergi kencan dengan Rudi, seorang anak tampan dari sekolah, yang mengecewakan Odette. Victor melihat Félicie dengan Rudi dan menjadi cemburu; dia dan berdebat. Keesokan harinya, Félicie terlambat untuk audisi dan tidak dapat melakukan dengan baik, sehingga bagian dari Clara pergi ke Camille.
Regine mengirim Félicie kembali ke panti asuhan, di mana ia kehilangan semangatnya. Dia bermimpi menjadi bayi dalam pelukan almarhum ibu, balerina, yang memberinya kotak musik. Dia memutuskan untuk kembali ke Paris untuk membantu Odette dan meminta maaf kepada Victor. Ketika membersihkan panggung, Félicie encounters Camille, dan mereka terlibat dalam pertempuran tari yang disaksikan oleh semua siswa, Odette dan Mérante. Félicie melakukan jeté setelah penerbangan tangga, sementara Camille tidak bisa. Mérante mendekati dua gadis dan meminta mereka mengapa mereka menari, yang Camille mengakui bahwa ia menari hanya karena ibunya mengatakan kepadanya, sementara Félicie berbicara dengan cepat tari sebagai warisan dan gairah. Camille mengakui bahwa Félicie harus menari Clara. Dekat workshop Eiffel, di mana Patung Liberty sedang dibangun, Félicie mengundang Victor untuk kinerja. Seorang gila Régine tiba, mengejar Félicie ke mahkota patung dan memaksa dia pergi, tapi Victor menyelamatkan dia dengan bantuan Camille. Mereka tiba di Opera tepat pada waktunya untuk Félicie untuk don Odette sepatu pointe khusus; fishie mencium Victor pada pipi, dan dia tampil di Nutcracker bersama principalerina. Dan kisah Félicie pun tamat." Cerita Dion dan Ega panjang lebar bergantian.
Tepuk tangan riuh menyambut cerita mereka berdua. Bahkan Suster Maria dan Emma juga nampak terharu melihat seluruh penghuni panti nampak gembira.
"Adakah dari kalian yang ingin bicara mengenai apa yang bisa kita dapat dari cerita yang sudah saya bagikan barusan?" Tanya Dion tersenyum.
"Kau harus kurus untuk menjadi seorang balerina." Ucap asal sang gadis bertubuh gempa sebelumnya.
"Astaga dia bodoh." Ucap seorang anak laki-laki.
"Bukan itu. Tidak peduli kau kurus atau gemuk, kau tetap bisa mewujudkan mimpimu jadi jangan pernah berhenti percaya ya." Ucap Ega tersenyum.
"Hm, kita harus giat dan berusaha." Ucap seorang anak laki-laki lainnya dengan kacamata tebal.
"Iya itu juga bisa benar. Tidak menyangka kalian semua sangat pintar." Puji Ega lagi.
"Angelina, kau juga menyukainya kan?" Tanya Dion pada gadis disampingnya itu.
"Yay a ya. Aku suka." Jawab polos gadis itu.
"Kau juga sama seperti Felicie. Cantik dan berbakat dank au pasti akan menemukan kebahagian suatu saat nanti dengan caramu sendiri." Ucap Dion lagi mengelus puncak kepala Angelina.
"Jadi siapapun kita, apapun warna kulit kita, bahkan agama kita, kita semua punya hak yang sama untuk menyampaikan pendapat. Terus cintai diri kita sendiri ya dan orang lain akan bisa menghargai kita." Ucap Ega akhirnya.
Suara riuh dan tepuk tangan menyambut mereka. Makanan dan minuman yang mereka bawa pun semua sudah habis dimakan. Dion dan Ega menatap para penghuni panti semua tersenyum tanpa terkecuali. Termasuk Emma yang menatap dari samping Suster Maria.
"Kalian hebat." Puji Suster Maria dengan senyum hangatnya.
"Ah, ini hanya sedikit saja." Ungkap Dion.
"Baiklah kalau begitu aku rasa kita harus pergi sekarang kan." Ajak Ega.
"Ah ya benar. Masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Suatu hari nanti kita pasti akan datang lagi." Ucap Dion.
"Atas nama panti ini aku juga ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi. Aku ingin menyerahkan ini." Emma menyerahkan dua tiket pertunjukan balerina minggu depan.
"Ah aku sebenarnya bukan pemeran utama. Aku akan memerankan saudara tiri Cinderella disana. Aku mengatakannya agar kalian tidak terlalu banyak berharap." Ucap Emma ramah.
"Ah, kau pasti akan jadi saudara tiri yang baik. Hehehe. Terima kasih untuk ini." Ucap Dion akhirnya dan mereka pun berpisah disana. Sesaat setelah melewati Orion,
"Bagaimana Emma menurutmu?" Tanya Dion memastikan.
"Dia? Sepertinya baik juga pastinya berbakat. Ada apa?" Tanya Ega lagi.
"Kau akan datang ke pertunjukkannya?" Tanya Dion.
"Entahlah. Sepertinya tidak. Kau sendiri bagaimana?" Ucap Ega.
"Aku? Aku juga belum tahu. Kemungkinan juga tidak." Ucap Dion.
"Apa kau menyukai gadis seperti Emma?" Tanya Ega lagi.
"Hah? Tiba-tiba sekali? Aku baru bertemu dengannya sekali jadi entahlah. Kenapa? Apa kau menyukainya?" Tanya Ega juga jadi penasaran.
"Hahaha. Tidak tidak." Tutup Dion akhirnya kikuk.
Mereka berdua turun ke lantai satu tempat tinggal mereka dan masuk ke dalam kamar masing-masing. Terus terang saja walau hanya bertemu satu kali dengan Emma, tapi entah kenapa mereka merasakan getaran yang aneh dan sama. Bagaimana untuk pertama kalinya mereka ingin bergerak sendiri tanpa satu sama lain. Hal yang belum disadari keduanya.