Chereads / Fons Cafe #2 / Chapter 8 - Episode 47

Chapter 8 - Episode 47

"Jadi ini adalah anaknya Vega?!" Tanya Kris untuk ketiga kalinya sejak Leo datang bersama dengan William ke Fons sore tadi.

"Cukup Kris! Harus berapa kali aku mengatakannya memangnya?" Seru Leo kesal karena Kris sudah mengulang pernyataan yang sama berkali-kali. "Anak ini memag anaknya Vega, dan aku diminta olehnya untuk menjaga anak ini karena dia harus di operasi."

"Memangnya Vega sakit apa, Le?" Tanya Tatsuya yang juga berada disana. "Sepertinya dia lebih besar di bandingkan dengan Clement..."

"Umurnya 7 tahun."

"Clement saja baru 5 tahun!" Seru Tatsuya terkejut. "Apa Vega..."

"Tatsuya...!" Desis Leo, lalu Leo pun melihat William yang duduk di sebelahnya. Bocah lelaki ini lucu, dan menggemaskan. Sayangnya dia anak Vega, perempuan yang mencampakkannya delapan tahun lalu, dan memilih menikah dengan orang kaya. "Hei, ibumu sakit apa sebenarnya?"

William menoleh kepada Leo yang bertanya dengan nada suara yang lembut, namun William hanya menggeleng, "Aku tidak tahu, Om..."

"Apa ibumu sakit parah?"

"Bisa dibilang begitu.."

Leo hanya bisa berpikir kalau Vega sakit kanker. Bukan karena dia adalah ahli onkologi dan tangannya gatal ingin operasi, tapi karena memang kanker adalah penyakit parah, berbahaya dan ganas bukan?

"Kenapa kau tidak cari tahu sendiri saja, Le?" Balas Tatsuya, "Kau kan bisa memiliki akses untuk data pasien bukan?"

"Hanya Presdir yang diizinkan melakukan itu. Semua data pasien adalah privasi bagi Sang Pasien dan dokter yang menanganinya saja," jelas Leo.

Gaby

Tatsuya, jangan lupa menjemput Clement!

Pesan singkat yang masuk ke dalam ponsel Tatsuya langsung membuatnya bergerak cepat. "Aku harus pergi dulu menjemput Clement. Semoga saja Eugene memiliki jantung yang sehat dan tidak langsung menceraikanmu saat melihat anak ini. Sampai nanti!"

Leo mendengus sebal. Sepuluh menit berlalu setelah Tatsuya pergi. Pintu Fons pun terbuka lagi. Dan suara David pun memenuhi Fons, dengan suara perempuan yang mirip dengan suara Eugene.

"Oh, ternyata memang disini suamimu berada!" Seru David, "Leo! Kemana saja kau? Bukankah biasanya kau memiliki jadwal yang lebih lama untuk hari Rabu.." celotehannya berhenti saat David melihat anak kecil yang duduk disebelah Leo. "Anak siapa ini? Leo?!"

Eugene pun ikut melihatnya, namun dia tidak terkejut, malah sebaliknya dia memerhatikan bocah itu.

"Anaknya Vega, Vid," jawab Kris.

Eugene gemas dengan pipi tembam William dan mencubitnya. "Siapa itu Vega?" Tanya Eugene, dengan wajah polosnya.

"Ah.. itu..." David memutar omongannya, "Dia..."

"Cinta pertamaku," jawab Leo dengan cepat. "Dan hanya kepada dia aku pernah mencintai seseorang dengan begitu hangat. William, anak ini, adalah anaknya."

Eugene manggut-manggut, tidak ada wajah sedih, atau kecewa atau marah. "Oh begitu... Tapi kenapa kau berada disini?" Tanya Eugene pada anak tersebut.

"Ibunya sakit, dan akan dioperasi 3 hari lagi."

Eugene paham sekarang. "Baiklah. Jadi kau dititipkan kepada Om Leo ya?"

Kali ini William yang mengangguk.

"Baiklah kalau begitu.."

-----

"Kau tidak marah kepadaku?" Tanya Leo kepada Eugene selama perjalanan mereka pulang ke rumah. William akhirnya dititipkan kepada dua lajang yang masih tertinggal di Fons, yaknie Kris dan David. Lalu setelah makan malam disana, Leo dan Eugene pun pulang.

"Untuk apa aku marah padamu?" Balasnya. "Kalau memang Will adalah anak mantan kekasihmu, cinta pertamamu pula, apa yang bisa aku lakukan?"

"Aku pikir kau akan marah dan akan memberikan surat cerai yang dikirimkan pengacara kepadaku besok pagi."

Eugene tertawa renyah. "Hahaha! Kau ini! Apa kau pikir aku adalah salah satu dari perempuan bodoh yang akan dengan mudah memberikan surat cerai kepada suaminya hanya karena mantan kekasihnya menitipkan anaknya karena dia sedang sakit?"

Leo tersenyum kecil.

"Aku tidak tahu mengapa ibunya menitipkan Will padamu, tapi aku yakin dia memiliki alasan yang pastinya tidak bodoh untuk menitipkannya padamu."

Leo mengangguk. Jelas wanita disebelahnya, ya, istrinya itu, bukanlah wanita dengan pikiran yang dangkal. "Eugene," panggil Leo.

"Hmm?"

"Sebelumnya kau adalah seorang celebrity chef bukan?" Tanya Leo.

"Yup!"

"Kau kuliah kuliner?"

"Tidak," jawabnya riang.

"Lalu?"

"Aku kuliah pendidikan sekolah dasar."

Leo menghentikan laju mobil yang dikendarainya seketika. "Kau seorang guru?"

"Eventually. Tapi aku memilih untuk mengembangkan hobiku dari dulu, memasak."

Leo sudah melanjutkan kegitannya untuk mengendarai mobil. "Bagaimana ceritanya kau bisa menjadi seorang celebrity chef?"

"Aku bingung untuk mengambil jurusan apa saat lulus SMA. Aku suka mengajar, dan anak kecil, jadi aku memilih pendidikan. Setelah aku lulus dan bekerja setengah tahun sebagai guru bantu, aku baru tahu apa yang aku benar-benar inginkan."

"Celebrity chef?"

"Tidak, aku ingin membuka restoran sendiri, dan Dad memberiku kesempatan itu. Kau tahu? GAE, restoranku itu mendapat penghargaan 3 bintang michelin. Dari situlah aku di lirik, dan hal itu juga yang mengundangku untuk bisa menjadi celebrity chef di Amerika."

"GAE itu milikmu?"

Eugene mengangguk. "Gunawan Anastasia Eugene. Itu artinya."

Leo berpikir, "Lalu kenapa kau berhenti dari acara itu?"

Mereka sudah sampai dirumah, dan Leo pun mematikan mesin mobilnya.

"Hmm... itu rahasia! Ayo turun!"

-----

Besoknya, Leo sudah pergi ke rumah sakit terlebih dulu, dan melakukan operasi sesuai jadwal yang sudah di terimanya. Sementara Eugene sedang memasak di rumah, mengajari Lita dan Bibi Linda untuk mengolah scallop yang diberikan oleh Isabelle saat Eugene kemarin berkunjung ke rumahnya.

"Sepertinya itu sudah terlalu lama," kata Bibi Linda mengingatkan Eugene, dan dengan cepat kedua tangan terampilnya langsung melihat scallop yang di panggang itu.

"Tidak Bibi. Kalau kita mengangkatnya sekarang, rasa pasirnya masih akan terasa di lidah yang memakannya."

Lita mencatat segala hal yang di lakukan dan bumbu yang di masukkan ke dalam scallop yang mereka masak. Setelah selesai di panggang, scallop itu pun di angkat dan di hidangkan. Selanjutnya mereka membuat makanan utama.

"Leo benar-benar beruntung memiliki istri yang pandai memasak sepertimu," puji Bibi Linda tulus.

Eugene pun bersyukur karena indera perasanya hari ini bekerja dengan baik selama ia memasak, sehingga Bibi dan Lita pun dapat mengerti masakan yang dibuatnya.

"Kau mau membawa makanan itu untuk Leo?" Tanya Bibi Linda.

Eugene menggeleng. "Ah, tidak.. aku akan membuatkan kepiting lada hitam untuknya."

"Wah, kau tahu dari mana kalau Leo menyukai makanan pedas?"

Eugene hanya tersenyum ketika Bibi menanyakannya. "Makanan apa lagi yang disukai oleh Leo, Bibi?"

"Banyak sekali! Leo suka makanan apapun, tahu, tempe, ikan, daging, ayam dan lainnya lagi. Tapi sejak menjadi dokter ia menjadi pemilih terhadap makanan yang dianggapnya tidak berkelas."

"Jadi Leo suka itu semua?" Seru Eugene riang."

"Ya. Dan Leo suka sekali soto santan dengan daging ayam. Namun dia tidak pernah memakannya lagi jika aku memasak itu untuknya."

"Soto santan?"

"Iya! Kau bisa memasaknya bukan?"

Eugene tersenyum, karena ternyata makanan favorit suaminya bukanlah makanan yang sulit dan memerlukan bahan yamg tak lazim. "Tentu saja. Aku akan memasakan soto itu untuknya kapan-kapan."