Tidak ada kata patah saat di mana ia tengah menjadi kewajiban diri sendiri sebagai orang pertama, dia akan menjadi ketenangan bagi orang lain tapi ia merelakan kebahagiaanya.
Di Rumah sakit yang memiliki julukan manjur itu Anne sedang di rawat, bu Sulistiani yang masih berputar-putar mencari keberadaan putrinya sudah hampir menyerah. Bu Sulistiani tidak punya ide untuk sekedar bertanya-tanya ke pihak rumah sakit tempat Anne di rawat sebelumnya, ia mengandalkan tebakanya sendiri yang hanya berujung jalan buntu.
Dalam keadaan tubuhnya yang lemas ia masih sanggup untuk berteriak kepada sopirnya protes, memintanya agar melajukan mobilnya dengan cepat, dan mencari informasi di mana Anne sekarang di rawat.
"Di mana ya bu? Kalau itu saya tidak faham bu" Seru sopir itu memang benar-benar tidak tau, ia sudah melewati perbatasan Sidoarjo-Surabaya. Yang di tempuh cukup memakan waktu yang lama, sopir itu tetap mengiyakan permintaan maijkanya meskipun sambil menggerutu ke capekan