Kamar VIP tempat Anne di rawat itu berhadapan dengan taman sepetak, tapi banyak sekali bunga yang sejajar rapi, dengan bermacam-macam jenis bunga. Aroma harumnya tercium begitu saja saat angin itu berhembus dan memporak pandakan tumbuhan-tumbuhan kecil itu.
Semua yang berhadapan dengan pandangan May sore itu adalah kelabu, menunggu apa sebenarnya syarat yang ia terima dari Vino. Apakah ia harus menjemput ke rumahnya seperti dulu?
May mengayunkan kakinya yang menggantung di atas lantai, mencoba membuat rilex dirinya agar tidak kaget saat Vino ingin mengungkapkan sesuatu. Tulang-tulangnya juga berbunyi nyaring saat ia memutar punggungnya ke kanan dan kiri.
Begitu lelahnya May hari itu, ia harus menempuh perjalanan jauh dari rumah menuju ke rumah sakit hanya dengan mengayuh sepeda tuanya. Tidak terlalu bermasalah menurut May, karena itu sudah menjadi kebiasaanya.